Dr. Bambang Aryan Soekisno, M.Pd
Oleh Dr. Bambang Aryan Soekisno, M.Pd
(Kepala SMAN 1
Kota Bogor/Komunitas Cinta Indonesia-KACI # PASTI BISA)
bambang_aryan@yahoo.com
Informasi resmi
yang sedang ramai disampaikan oleh pemerintah, baik pemerintah daerah maupun
pusat adalah saat ini berada dalam pandemi. Sebenarnya yang terjadi ada dua
hal. Satu, kita semua tahu sedang terjadi penyebaran virus corona, dan kedua:
pandemi ketakutan. Betapa tidak, semua orang serasa berada dalam cengkeraman
kepedihan dan menyakitkan bila dalam krisis apa pun. Hal yang tidak dapat dimungkiri bahwa ketika
perlu berpikir jernih dan tetap tenang, panik pun mengarahkan otak ke dalam
pemikiran “berkabut” dan tubuh menjadi tegang.
Inilah
masalahnya, seseorang tidak bisa mengendalikan apa yang dirasakan, kapan kita
akan merasakannya, atau seberapa kuat perasaan itu. Perasaan seperti panik
datang tanpa diminta. Pilihan akan hadir secara spontan begitu perasaan (panik,
takut, khawatir) muncul.
Ketahanan
memiliki makna pulih dari gangguan seperti kepanikan, ketakutan dan
kekhawatiran datang lebih cepat, sehingga pikiran dapat berpikir sebaik mungkin
dan merasa tenang. Penelitian telah mengidentifikasi beberapa cara untuk
meningkatkan kapasitas ketahanan untuk pemulihan. Salah satu cara hasil
penelitian yang dilakukan oleh Goleman El (2020), bagaimana fokus pada
pernapasan dan mengabaikan tarikan gangguan, dan bagaimana memindai tubuh untuk
melihat tanda-tanda kecemasan dan membiarkannya hilang. Ketahanan mengacu pada
kecepatan pemulihan dari kepanikan, ketakutan dan kekhawatiran. Untuk itu,
langkah pertama untuk menghadapinya tetap tenang dan jelas ketika membaca
tentang COVID-19 dan bagaimana cara menghindarinya.
Berikut salah
satu cara ketahanan dapat membantu dalam membuat keputusan yang lebih baik
tentang pengaruh COVID-19. Kenali masalahnya: berita palsu (hoax) menyebar
online jauh lebih cepat dan lebih jauh dari kebenaran. Ini bukan sekedar
tulisan yang tidak memiliki dasar. Berita palsu (hoax) telah diteliti oleh tiga
ilmuwan komputer MIT yang menerbitkan sebuah studi pada bulan Maret tahun 2018
dalam jurnal Science Vol. 359. Vosoughi et al. (2018; 1146), mereka
menganalisis lebih dari 126.000 rumor yang disebarkan oleh sekitar 3 juta
orang.
Lantas,
bagaimana bisa mengatakan bahwa itu berita palsu? News Literacy Project memberi tahu kepada
kita semua cara membedakannya. Berikut adalah beberapa tips untuk membedakan
yang sebenarnya dari kepalsuan:
Tanyakan pada
diri sendiri siapa yang menciptakan ini, dan apa motif mereka?
Apakah ini
hanya untuk menjual produk (memengaruhi) kepada Anda, misalnya?
Sebuah
pelanggaran jika tidak ada sumber yang disebutkan sama sekali. Apakah ada?
Apakah
sumber-sumber itu (jika ada) dapat dipercaya, independen, dapat dipercaya?
Jika artikel
atau berita, apakah menawarkan sudut pandang yang berbeda, atau hanya mencoba
meyakinkan Anda tentang satu hal?
Singkatnya,
haruskah Anda mempercayai ini?
Jika Anda ragu,
cari sumber lain yang mungkin mengkonfirmasi atau membatalkan konfirmasi.
Kembali ke
hasil penelitian dari Vosoughi et al. (sumber yang menurut saya kredibel). Satu
persen berita hoax tingkat populeritasnya dapat mencapai hingga 100.000 orang,
sementara kebenaran hanya mencapai sekitar seribu orang saja. Mengapa? Vosoughi
et al. mengatakan itu adalah dampak emosional dari informasi yang menyebarkan
hoax. Otak kita terhubung untuk merespons lebih banyak ketika emosi kita
diaduk. Selanjutnya, datang hoax baru (terutama jika itu menjual produk atau
agenda) telah diasah oleh keterampilan tingkat tinggi, terutama ketika datang yang
menyertakan/ada kaitannya dengan emosional.
Di situlah
kecerdasan emosional dapat membantu.
Kondisi
sekarang Anda mungkin seorang kepala sekolah yang harus memimpin sekolah dalam
situasi tiba-tiba terkena dampak dan para guru yang sekarang bekerja di rumah.
Atau mungkin Anda salah satu dari orang-orang yang harus mencari cara untuk
bekerja secara produktif dari rumah atau bagaimana tetap aman dan sehat jika
masih harus masuk kerja. Tantangan yang luar biasa, ketika wabah COVID-19
mengkhawatirkan semua kehidupan dan membuat kekhawatiran semua pihak yang tak
terhitung jumlahnya.
Kekhawatiran
ketika menghadapi beberapa ancaman mendesak, merupakan puncak produktif yang
hilang begitu bahaya berlalu. Dilain pihak kepanikan menunjukkan jenis
kekhawatiran terburuk, merenungkan ancaman (seperti virus corona) dan akhirnya
membayangkan hal terburuk yang bisa terjadi tanpa menghasilkan langkah-langkah
positif yang mungkin diambil.
Peneliti
Lyubomirsky et al. (1993;339) menyebut kekhawatiran yang begitu kuat sebagai
rumination, yang hanya bergaung dan menguatkan dalam pikiran. Kekhawatiran
beracun seperti itu telah menjadi pandemi dalam dirinya sendiri. Rumination
adalah suatu pikiran yang mucul (tanpa disengaja, tanpa disadari) tentang suatu
kejadian dimasa lalu yang tidak mengenakkan. Kecenderungan untuk
mengkhawatirkan diri sendiri sampai pada titik panik adalah peninggalan masa
lalu leluhur, masa pra-sejarah manusia purba ketika harus berjaga-jaga terhadap
bahaya, seperti binatang buas besar yang ingin memakan.
Semoga berhasil
dan tetap sehat!
Daftar Pustaka
Goleman El.
(2020).Virus Survival Mind Hack. Diakses dari https://www.linkedin.com/pulse/
virus-survival-mind-hack-1-danielgoleman/?trackingId=jNj332AAHnaoAVMzv85
aOA%3D%3D. Tanggal 02 April 2020 pukul 07.01
Lyubomirsky.,
Sonja., Nolen-Hoeksema., Susan. Self-perpetuating properties of dysphoric
rumination. Journal of Personality and Social Psychology, Vol 65(2), Aug 1993,
339-349.
News Literacy
Project. (2020). Diakses dari https://newslit.org/educators/checkology/, Tanggal 02 April 2020 pukul 08.15
Vosoughi
Soroush., Deb Roy., Sinan Aral. (2018).
The spread of true and false news online. Journals Science Vol. 359,
Issue 6380, pp. 1146-1151. Diakses dari
https://science.sciencemag.org/content/359/6380/1146 tanggal 02 April 2020
pukul 07.52
INDEPENDENSI ASN
Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi
EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT
THE NEW NORMAL LEARNING
MENATA PENDIDIKAN WUJUDKAN SDM CERDAS-SPIRITUAL BERKEPRIBADIAN INDONESIA REBUT PERADABAN DAN MEGATREND DUNIA 2045
MENGENAL CIRI-CIRI PRODUK PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH YANG BERBAHAYA
RAMADAN BULAN MAGHFIRAH
PEMIMPIN AUTHENTIK: RUH KEPEMIMPINAN MODERN
Problematika Profesi Guru dalam Perspektif Hukum Pendidikan
PKB DAN PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU
CORONA DAN BELA NEGARA
BELAJAR BERPIKIR SPIRITUAL
MODEL PEMBELAJARAN CIRC BERBASIS HOTS
BELAJAR BERPIKIR TINGKAT TINGGI
ANGIN SEGAR PENDIDIKAN VOKASI
"Sedikit Bicara Banyak Mendengar"
SEMUA BISA SEKOLAH #MERDEKA BELAJAR#
GURU MILLENIAL
MODEL KOMPETENSI GURU DAN STRUKTUR MODEL KOMPETENSI GURU YANG BARU
HIDUP 99% GAIB
Menangkal Hoax Meningkatkan Ketahanan Tubuh saat COVID 19
Virus Corona dan Workshop Online
Eksperimental Evidence Uji Kompetensi Guru di Situasi Merebak Covid- 19
COVID-19 DAN PHBS
Semangat Revitalisasi di Mata Angkie
INDEPENDENSI ASN
Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi
EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT