Belajar dari Covid-19

Penulis: Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.

Dibaca: 436 kali

Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.

Oleh Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.

Guru di MTs Cijangkar Ciawi Tasikmalaya, anggota Forum Guru Menulis (Gumeulis) Tasikmalaya, pegiat literasi Guru Madrasah pada forum Kalimah (Komunitas Aktifis Literasi Madrasah) Tasikmalaya

 

Tidak selamanya musibah membawa kemadratan kalau kita mampu mengambil hikmah dari suatu kejadian

Tahun 2020 masyarakat dunia diguncang oleh suatu Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu munculnya satu virus yang mematikan. Makhluk kecil namun berkekuatan monster ini begitu cepat menyebar dan menginfeksi ratusan ribu orang di seluruh dunia bahkan puluhan ribu di antaranya sudah meninggal menjadi korban kegansasan virus yang belakangan juga dikenal dengan sebutan covid-19.

Kota Wuhan yang terletak di Provinsi Hubei negara Tiongkok merupakan tempat pertama di mana ditemukannya masyarakat yang terpapar virus tersebut dan menyebar dengan sangat cepat sehingga menimbulkan korban yang cukup banyak di kota tersebut. Virus yang dikenal dengan nama corona atau covid-19 ini menyebar melalui interaksi sosial masyarakat dengan masa inkubinasi kurang lebih 14 hari.

Kota Wuhan diisolasi untuk mencegah penyebaran virus tersebut sehingga kota tersebut menjadi tempat yang sangat menakutkan bagi seluruh penduduknya termasuk warga asing dari berbagai negara yang tinggal di sana. Negara-negara yang warganya tinggal di sana mengevakusi mereka dengan sangat hati-hati sesuai standar yang seharusnya dilakukan.

Situasi yang mencekam tersebut membuat rasa cemas yang sangat tinggi. Betapa tidak kota yang tadinya merupakan tempat yang sibuk dengan berbagai aktivitas, dalam waktu sekejap seolah menjadi kota mati yang memenjara warganya sehingga harus menjalani kehidupan dalam situasi kacau dan ketidakpastian, kebutuhan hidup sehari-hari menjadi langka dan kalaupun ada menjadi rebutan dan harganya melambung sangat tinggi.

Kasus mewabahnya penyakit yang diakibatkan oleh virus corona atau dikenal dengan istilah Covid-19 ini mengguncangkan dunia, hampir tak ada satu pun negara yang tidak menerima dampak dari KLB ini. Bahkan badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa wabah ini sudah menjadi pandemi global.

Pernyataan WHO ini tak urung membuat negara-negara di seluruh dunia menjadi panik. Berbagai strategi untuk mencegah penyebaran virus ini pun dilakukan, bahkan berbagai negara membentuk badan khusus untuk menangani bencana ini. Segala upaya dilakukan dari mulai pemantauan terhadap warga asing yang masuk ke wilayah negara, pemantauan terhadap warga yang terinfeksi serta penanganannya secara khusus dan banyak hal yang dilakukan untuk mengantisipasi wabah ini.

Dalam waktu yang tidak begitu lama, ribuan warga di seluruh dunia terpapar virus tersebut dan sudah banyak yang meninggal. Penularan yang begitu cepat diakibatkan dari kontak sosial antarmanusia, dan hal itu menjadi salah satu penyebab cepatnya virus ini beranak pinak. Oleh karena itu banyak negara yang menepakan aturan terhadap warganya untuk mengurangi interaksi sosial selama beberapa hari untuk memutus penyebaran virus tersebut.

Pembatasan interaksi sosial ini dilakukan untuk mencegah orang yang terinfeksi virus melakukan kontak langsung dengan orang yang belum terinfeksi, kegiatan ini dikenal dengan istilah social distancing. Cara ini terbukti efektif dalam memutus rantai penyebaran virus corona walaupun dampak negatif juga sangat besar.

Belakangan WHO mengubah frase social distancing dengan physical distancing. Social distancing pada awalnya merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk mencegah menyebarnya penyakit menular dengan cara pembatasan interaksi soial, namun karena penyebaran covid-19 ini begitu dahsyat, maka istilah social distancing diubah menjadi physical distancing yaitu mengurangi kontak fisik manusia.

Kerugian moril dan materil dari penerapan kebijakan social distancing atau physical distancing ini mulai dirasakan oleh masyarakat. Pembatasan interaksi sosial membuat lumpuh berbagai macam aktivitas yang melibatkan orang banyak. Hampir semua bidang kehidupan terdampak akibat kebijakan ini, bidang sosial, agama, ekonomi, politik, pendidikan dan bidang-bidang lainnya menjadi lumpuh dan mengakibatkan kesulitan di masyarakat.

Sungguh begitu dahsyat dampak yang diakibatkan oleh makluk mini yang disebut virus corona atau covid-19 yang belakangan juga dikenal dengan istilah SARS-CoV-2 ini. Manusia dibuat tak berdaya menghadapi serangannya, di beberapa negara bahkan para pejabatnya mengundurkan diri karena tidak sanggup menangani wabah ini, virus ini sangat cepat menyebar sehingga kepanikan terjadi setiap hari dan akhirnya menimbulkan masalah lainnya di kalangan masyarakat.

Manusia yang katanya makhluk paling sempurna dan memiliki kemampuan super dibanding makhluk lainnya yang diciptakan oleh Tuhan, kini harus pasrah mmenghadapi ulah makhluk super kecil yang tak nampak oleh kasat mata. Berbagai upaya telah dilakukan, namun sang penguasa keadaan terus bekerja tanpa henti seolah ingin menunjukkan kepada manusia bahwa saat ini mereka adalah sang raja.

Manusia dipaksa untuk tunduk terhadap keiinginan pasukan berani mati yang super mini namun berkekuatan raksasa ini. Dalam situasi yang lemah ini akhirnya manusia mengikuti keiinginan sang penguasa, berbagai kebijakan dikeluarkan oleh pemerintah seperti misalnya dengan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang memberikan dampak negatif terhadap tatanan kehidupan.

Tak ada jalan lain yang lebih baik untuk menghentikan wabah ini, berbagai risiko harus siap ditanggung agar monster pembunuh ini segera beranjak dari permukaan bumi, semua masyarakat harus kompak bersatu padu melawan ganasnya serangan ini kalau mereka mau selamat. Pemerintah pun tak segan-segan akan memberikan hukuman kepada masyarakat yang mencoba melanggar kebijakan yang sedang dilakukan.

Berbagai bidang kehidupan menjadi lumpuh, semua merasakan dampak negatifnya. Masalah baru terjadi di mana-mana terutama masalah ekonomi yang menyangkut hajat hidup semua orang yang tidak bisa ditunda, manusia harus memeras otak agar kehidupannya tetap berlangsung dalam suasana yang serba terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang tidak bisa dikompromikan.

Jeritan dan tangisan tak tertahan, kesulitan hidup yang membelenggu membuat perasaan manusia hancur lebur karena sangat banyak orang yang tidak bisa bertahan dalam suasana seperti itu. Kebebasan menjadi suatu hal yang sangat mahal dilakukan karena berbagai aktivitas diawasi dengan ketat dan kalau melanggar maka siap-siap saja untuk menerima sanksi, bagai buah simalakama.

Kejadian ini semestinya menjadi pelajaran besar bagi seluruh umat manusia, sifat sombong, rakus, tamak, dan sifat-sifat buruk lainnya ternyata tidak mampu menolong mereka. Ulah makhluk kecil yang disebut covid-19 ternyata mampu membuat manusia bertekuk lutut dan kesulitan untuk menanganinya, maka tak sepantasnya manusia untuk merasa bahwa mereka makhluk yang paling berkuasa, karena kekuasaannya dibatasi oleh kuasa sang penciptanya.

Salah satu yang terdampak adalah bidang pendidikan. Pemerintah yang menyatakan penyebaran virus corona sebagai KLB di daerahnya memutuskan untuk memindahkan Proses Belajar Mengajar (PBM) dari sekolah/madrasah ke rumah. Guru dan siswa melakukan PBM dari rumah dengan memanfaatkan media daring, karena seluruh masyarakat dilarang untuk melakukan kegiatan bersama di tempat-tempat umum.

Setiap kejadian pasti memiliki hikmah yang terkandung di dalamnya. Sebagai umat beragama terutama umat Islam, kita menyakini bahwa kejadian ini merupakan kehendak Alloh swt sebagai tanda kekuasannya. Tidak semata-mata Alloh swt memberikan suatu tanda/kejadian tanpa maksud tertentu dan Alloh swt tidak akan memberikan ujian kepada umatnya yang tidak sanggup untuk menanggungnya.

Dengan diterapkannya social distancing atau physical distancing yang berlaku untuk seluruh warga tak terkecuali anak-anak usia sekolah. PBM secara daring yang dilakukan di rumah masing-masing sebenarnya akan memberikan peluang positif bagi anak dan orang tua untuk membina hubungan yang lebih baik dengan seluruh anggota keluarganya.

Kegiatan yang padat selama menjalankan aktivitas sehari-hari menyebabkan hubungan yang renggang antaranggota keluarga, kini bisa diupayakan dengan lebih baik dan hangat. Kesempatan waktu luang semestinya dimanfaatkan dengan baik, banyak hal yang bisa dilakukan bersama anggota keluarga seperti makan bersama, beribadah bersama-sama, mengerjakan pekerjaan rumah bersama-sama bahkan hiburan atau bermain dengan anak yang dilakukan di rumah.

Kesempatan yang jarang terjadi ini akan memberikan kebahagian bagi seluruh anggota keluarga jika kita mampu betul-betul memanfaatkannya. Kebersamaan yang penuh kehangatan akan membangun hubungan baik antaranggota keluarga, mereka tumpahkan rasa kangen antarsatu dengan yang lainnya, tertawa lepas, saling sayang, saling memperhatikan dan ngobrol bebas tanpa beban yang selama ini menumpuk dalam pundak masing-masing.

Tidak perlu mahal untuk bahagia, dengan kesederhanaan kita dapat meraih itu semua. Kita dapat memanfaatkan halaman rumah misalnya untuk bermain bola dengan anak atau melakukan permainan apa saja yang membuat anak kita bahagia. Kontak badan ketika kita bermain sambil tertawa lepas memberikan kehangatan hubungan keluarga dan kebahagiaan yang luar biasa.

Badan menjadi bugar, pikiran menjadi cerah dan ringan, tidak banyak pengeluaran yang menguras finansial, semua merasa bergembira, badan kita sehat sehingga penyakit pun enggan hinggap dalam tubuh kita karena kekebalan yang meningkat sebagai akibat dari kegiatan positif yang kita lakukan.

Musibah memang selalu menyisakan kesedihan dan kepedihan, namun semua ini tidaklah selalu merugikan karena Alloh swt tahu apa yang kita butuhkan. Kasih sayang Alloh swt sebenarnya sedang dicurahkan, namun tidak ada yang tahu maksud yang diinginkan-Nya kecuali bagi orang-orang yang beriman dan selalu mengambil hikmah dari segala kejadian.

Mudah-mudahan kita selalu mendapatkan perlindungan dari segala musibah yang dapat merusak keimanan. Amin

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...