CAPAIAN PEMBELAJARAN VS KOMPETENSI INTI

Penulis: TATANG SUNENDAR

Dibaca: 6484 kali

TATANG SUNENDAR

OLEH TATANG SUNENDAR

(Widyaiwara PPPPTK IPA/Anggota KACI)

 

Kurikulum paradigma baru atau juga disebut kurikulum merdeka telah dicanangkan walaupun pemberlakuannya baru di kalangan terbatas melalui sekolah penggerak serta sekolah yang dianggap mampu melaksanakan hal tersebut. Digadang-gadang ada 7 perbedaan kurikulum paradigma baru dengan kurikulum 13, salah satunya adalah tentang capaian pembelajaran (CP). Jika pada kurikulum 13 hal baru saat itu Kompetensi Inti (KI) dan pada Kurikulum prototipe adalah capaian pembelajaran apa yang membedakan keduanya.  

Capaian Pembelajaran (CP) merupakan suatu ungkapan tujuan pendidikan, yang merupakan suatu pernyataan tentang apa yang diharapkan diketahui, dipahami, dan dapat dikerjakan oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu periode belajar. Prinsip Capaian Pembelajaran terukur dan spesifik serta fleksibel (sesuai proses dan tahap belajar siswa).

Kompetensi inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas.  Kompetensi inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas kompetensi inti sikap spiritual; kompetensi inti sikap sosial; kompetensi inti pengetahuan; dan kompetensi inti keterampilan.

Capaian Pembelajaran ditulis dalam bentuk paragraf, sehingga keterkaitan antara pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi umum terlihat jelas dan utuh sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam pembelajaran dan menggambarkan apa yang akan dicapai peserta didik di akhir pembelajaran.

Contoh rumusan capaian pembelajaran untuk IPAS “Peserta didik mengidentifikasi proses perubahan wujud zat dan perubahan bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik mengidentifikasi sumber dan bentuk energi serta menjelaskan proses perubahan bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari (contoh: energi kalor, listrik, bunyi, cahaya). Peserta didik memanfaatkan gejala kemagnetan dalam kehidupan sehari-hari dan mendemonstrasikan bagaimana beragam jenis gaya memengaruhi gerak benda”.

Capaian Pembelajaran dibagi menjadi beberapa fase. Setiap fase merupakan deskripsi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, serta kompetensi umum. Selanjutnya diturunkan menjadi capaian pembelajaran menurut elemen yang dipetakan menurut perkembangan siswa. Pembagian fase dalam CP dapat digambarkan sebagai berikut Fase A: Pada umumnya SD Kelas 1-2, Fase B: Pada umumnya SD Kelas 3-4, Fase C: Pada umumnya SD Kelas 5-6, Fase D: Pada umumnya SMP Kelas 7-9, Fase E: Pada umumnya SMA Kelas 10.

Sedangkan kompetensi inti dan komptensi dasar dirumuskan untuk tiap jenjang kelas 1, 2, 3, dst.  Komptensi inti dan Kompetnsi dasar, guru sudah bisa melihat keterkaiatan KI, KD sedangkan pada capaian pembelajaran guru harus menelaah lebih lanjut.

Contoh rumusan Kompetensi Inti 

Capaian pembelajaran dijabarkan menjadi alur tujuan pembelajaran, model pembelajaran, sedangkan kompetensi inti dijabarkan menjadi kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajarn serta rencana peleksananan pembelajaran. Pada capaian pembelajaran lebih menekankan pada kompetensi yang harus dikuasai siswa bukan konten materi pelajaran sehingga guru dianggap telah menguasai konten secara keseluruhan.

Bagi guru yang telah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum capaian pembelajaran adalah KI yang dibuat menjadi paragraf dan dikelompokkan menjadi beberapa fase. Untuk menjabarkan capaian pembelajaran menjadi sebuah model pembelajaran atau RPP dibutuhkan  keterampilan di antaranya:

Pertama guru harus mampu menjabarkan capaian pembelajaran menjadi alur tujuan pembelajaran dan tujuan pembelajaran dengan cara mengindentifikasi kata kerja yang ada pada capaian pembelajaran untuk digunakan dalam setiap fase.

Kedua guru harus menguasai struktur keilmuan dari setiap materi karena tidak ada materi yang diulang untuk setiap fase, berbeda dengan Kurikulum 13 materi bersifat berlapis berulang, sehingga guru SMA harus bisa mengidentifikasi materi yang telah dibahas di jenjang SD, SMP karena pada capaian pembelajaran lebih diutamakan kompetensi bukan konten.

Ketiga guru mampu mengindetifikasi materi yang cocok dengan 7 tema profil pelajaran Pancasila, karena jumlah jam reguler terpotong dengan jam projek profil pelajaran Pancasila. Jika tidak mampu maka jumlah jam regular mata pelajaran yang diampu akan berkurang, sehingga guru harus merangkap mengajar reguler dengan mengampu projek profil pelajaran Pancasila.

Keempat guru harus mampu mengindentifikasi karakteristik dan kompetensi anak sebab dengan pendekatan fase A (1-2) fase B (3-4) fase C (5-6 ) fase D ( 7,8,9 ) dalam satu kelas dimungkinkan ada siswa yang berbeda kelas misalkan di kelas 2 dua ada siswa kls 1, di kelas 4 ada siswa kls 3, di kelas 8 ada siswa kelas 7 yang diakibatkan belum terpenuhinya capaian pembelajaran oleh siswa dalam setiap fasenya dan  siswa harus dilayani sesuai dengan kebutuhannya.

Kelima guru akan lebih banyak direpotkan untuk membuat modul pembelajaran yang komponennya lebih banyak dari RPP. Jika RPP ada 13 komponen sedangkan modul ajar 18 komponen, sungguh bertolak belakang dengan Surat Edaran Nomor  14 Tahun 2019 tentang RPP satu halaman.

Keenam dibutuhkan kerja kolaboratif antar sesama guru di satuan pendidikan, dari guru kelas dengan guru kelas selanjutnya agar guru dalam menganalisis capaian pembelajaran tidak ada materi yang terlewatkan dan sesuai dengan karakteristik siswa.

Ketujuh guru merancang pembelajaran berdasarkan hasil asesmen. Asesmen dikembangkan sejak awal perencanaan pembelajaran, sehingga kegiatan asesmen terintegrasi dan berkaitan erat dengan pembelajaran. Keterkaitan antara tujuan pembelajaran dan asesmen yang dirancang: Termasuk dengan kriteria penilaian hasil belajar siswa, Asesmen yang target sesuai kebutuhan belajar, dan Asesmen memberikan pengaruh pada apa dan bagaimana peserta didik belajar, dan juga sebaliknya.

Capaian pembelajaran maupun kompetensi inti merupakan acuan guru dalam merancang proses pembelajaran agar siswa kita tumbuh dan berkembang sesuai dengan visi nasional dalam bidang pendidikan sehingga siap mengarungi tantangan di era teknologi. Berangkat dari pengalaman pergantian kurikulum tidak mengalami suatu goncangan yang berarti, hanya repot pada saat awalnya saja seterusnya berjalan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu mari kita songsong perubahan kurkulum ini penuh dengan optimis, karena sukses dan tidaknya perubahan itu berpulang pada kita sendiri yang ada di depan kelas. Semoga.

 

 

 

 

 

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...