Penulis: TATANG SUNENDAR
TATANG SUNENDAR
OLEH TATANG
SUNENDAR
(Widyaiwara PPPPTK
IPA/Anggota KACI)
Kurikulum
paradigma baru atau juga disebut kurikulum merdeka telah dicanangkan walaupun
pemberlakuannya baru di kalangan terbatas melalui sekolah penggerak serta
sekolah yang dianggap mampu melaksanakan hal tersebut. Digadang-gadang ada 7
perbedaan kurikulum paradigma baru dengan kurikulum 13, salah satunya adalah
tentang capaian pembelajaran (CP). Jika pada kurikulum 13 hal baru saat itu
Kompetensi Inti (KI) dan pada Kurikulum prototipe adalah capaian pembelajaran
apa yang membedakan keduanya.
Capaian
Pembelajaran (CP) merupakan suatu ungkapan tujuan pendidikan, yang merupakan
suatu pernyataan tentang apa yang diharapkan diketahui, dipahami, dan dapat
dikerjakan oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu periode belajar.
Prinsip Capaian Pembelajaran terukur dan spesifik serta fleksibel (sesuai
proses dan tahap belajar siswa).
Kompetensi inti
pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap
tingkat kelas. Kompetensi inti
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas kompetensi inti sikap
spiritual; kompetensi inti sikap sosial; kompetensi inti pengetahuan; dan kompetensi
inti keterampilan.
Capaian
Pembelajaran ditulis dalam bentuk paragraf, sehingga keterkaitan antara
pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi umum terlihat jelas dan utuh sebagai
satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam pembelajaran dan menggambarkan apa
yang akan dicapai peserta didik di akhir pembelajaran.
Contoh rumusan
capaian pembelajaran untuk IPAS “Peserta
didik mengidentifikasi proses perubahan wujud zat dan perubahan bentuk energi
dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik mengidentifikasi sumber dan bentuk
energi serta menjelaskan proses perubahan bentuk energi dalam kehidupan
sehari-hari (contoh: energi kalor, listrik, bunyi, cahaya). Peserta didik
memanfaatkan gejala kemagnetan dalam kehidupan sehari-hari dan
mendemonstrasikan bagaimana beragam jenis gaya memengaruhi gerak benda”.
Capaian
Pembelajaran dibagi menjadi beberapa fase. Setiap fase merupakan deskripsi yang
mencakup pengetahuan, keterampilan, serta kompetensi umum. Selanjutnya
diturunkan menjadi capaian pembelajaran menurut elemen yang dipetakan menurut
perkembangan siswa. Pembagian fase dalam CP dapat digambarkan sebagai berikut Fase
A: Pada umumnya SD Kelas 1-2, Fase B: Pada umumnya SD Kelas 3-4, Fase C: Pada
umumnya SD Kelas 5-6, Fase D: Pada umumnya SMP Kelas 7-9, Fase E: Pada umumnya
SMA Kelas 10.
Sedangkan
kompetensi inti dan komptensi dasar dirumuskan untuk tiap jenjang kelas 1, 2, 3,
dst. Komptensi inti dan Kompetnsi dasar,
guru sudah bisa melihat keterkaiatan KI, KD sedangkan pada capaian pembelajaran
guru harus menelaah lebih lanjut.
Contoh rumusan Kompetensi Inti
Capaian
pembelajaran dijabarkan menjadi alur tujuan pembelajaran, model pembelajaran,
sedangkan kompetensi inti dijabarkan menjadi kompetensi dasar, indikator
pencapaian kompetensi, tujuan pembelajarn serta rencana peleksananan pembelajaran.
Pada capaian pembelajaran lebih menekankan pada kompetensi yang harus dikuasai
siswa bukan konten materi pelajaran sehingga guru dianggap telah menguasai
konten secara keseluruhan.
Bagi guru yang
telah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum capaian pembelajaran adalah
KI yang dibuat menjadi paragraf dan dikelompokkan menjadi beberapa fase. Untuk
menjabarkan capaian pembelajaran menjadi sebuah model pembelajaran atau RPP dibutuhkan
keterampilan di antaranya:
Pertama guru harus mampu menjabarkan capaian
pembelajaran menjadi alur tujuan pembelajaran dan tujuan pembelajaran dengan
cara mengindentifikasi kata kerja yang ada pada capaian pembelajaran untuk
digunakan dalam setiap fase.
Kedua guru harus menguasai struktur keilmuan
dari setiap materi karena tidak ada materi yang diulang untuk setiap fase,
berbeda dengan Kurikulum 13 materi bersifat berlapis berulang, sehingga guru
SMA harus bisa mengidentifikasi materi yang telah dibahas di jenjang SD, SMP
karena pada capaian pembelajaran lebih diutamakan kompetensi bukan konten.
Ketiga guru mampu mengindetifikasi materi yang
cocok dengan 7 tema profil pelajaran Pancasila, karena jumlah jam reguler
terpotong dengan jam projek profil pelajaran Pancasila. Jika tidak mampu maka
jumlah jam regular mata pelajaran yang diampu akan berkurang, sehingga guru
harus merangkap mengajar reguler dengan mengampu projek profil pelajaran
Pancasila.
Keempat guru harus mampu mengindentifikasi
karakteristik dan kompetensi anak sebab dengan pendekatan fase A (1-2) fase B
(3-4) fase C (5-6 ) fase D ( 7,8,9 ) dalam satu kelas dimungkinkan ada siswa
yang berbeda kelas misalkan di kelas 2 dua ada siswa kls 1, di kelas 4 ada
siswa kls 3, di kelas 8 ada siswa kelas 7 yang diakibatkan belum terpenuhinya
capaian pembelajaran oleh siswa dalam setiap fasenya dan siswa harus dilayani sesuai dengan
kebutuhannya.
Kelima guru akan lebih banyak direpotkan untuk
membuat modul pembelajaran yang komponennya lebih banyak dari RPP. Jika RPP ada
13 komponen sedangkan modul ajar 18 komponen, sungguh bertolak belakang dengan Surat
Edaran Nomor 14 Tahun 2019 tentang RPP
satu halaman.
Keenam dibutuhkan kerja kolaboratif antar sesama
guru di satuan pendidikan, dari guru kelas dengan guru kelas selanjutnya agar
guru dalam menganalisis capaian pembelajaran tidak ada materi yang terlewatkan
dan sesuai dengan karakteristik siswa.
Ketujuh guru merancang pembelajaran berdasarkan
hasil asesmen. Asesmen dikembangkan sejak awal perencanaan pembelajaran, sehingga
kegiatan asesmen terintegrasi dan berkaitan erat dengan pembelajaran.
Keterkaitan antara tujuan pembelajaran dan asesmen yang dirancang: Termasuk
dengan kriteria penilaian hasil belajar siswa, Asesmen yang target sesuai
kebutuhan belajar, dan Asesmen memberikan pengaruh pada apa dan bagaimana
peserta didik belajar, dan juga sebaliknya.
Capaian
pembelajaran maupun kompetensi inti merupakan acuan guru dalam merancang proses
pembelajaran agar siswa kita tumbuh dan berkembang sesuai dengan visi nasional
dalam bidang pendidikan sehingga siap mengarungi tantangan di era teknologi.
Berangkat dari pengalaman pergantian kurikulum tidak mengalami suatu goncangan
yang berarti, hanya repot pada saat awalnya saja seterusnya berjalan sebagaimana
mestinya. Oleh karena itu mari kita songsong perubahan kurkulum ini penuh dengan
optimis, karena sukses dan tidaknya perubahan itu berpulang pada kita sendiri
yang ada di depan kelas. Semoga.