Maha Data Telur Covid-19

Penulis: Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.

Dibaca: 383 kali

Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.

Oleh Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.

(Guru di MTs Cijangkar Ciawi Tasikmalaya. Aktif sebagai pegiat literasi dan tergabung sebagai anggota Perkumpulan Guru Madrasah Penulis/Pergumapi Indonesia, juga aktif di Forum Guru Menulis (Gumeulis) Tasikmalaya, pegiat literasi Guru Madrasah pada forum Kalima/Komunitas Aktifis Literasi Madrasah Tasikmalaya)

Kebijakan pemerintah melakukan social dan physical distancing guna memutus rantai penyebaran covid-19 memaksa manusia untuk menyelesaikan sebagian aktivitasnya secara daring, hampir semua aktivitas dilakukan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam hal ini internet. Tak ada pilihan lain karena kemudahan dan keefektifan penggunaannya tanpa harus berinteraksi secara langsung dengan orang lain di tengah covid-19 yang sedang mewabah.

Penggunaan internet sebagai media tanpa batas ruang dan waktu memudahkan manusia berinteraksi untuk memenuhi kebutuhannya kapan saja, di mana saja dan dengan siapa saja. Intensitas yang tinggi dalam penggunaan gawai, menyebabkan tak terbendungnya data yang masuk ke dalam memori, entah itu data yang dibutuhkan atau data yang tidak dibutuhkan bahkan tidak bermanfaat.

Bagi yang tidak biasa menggunakan TIK dalam kehidupan sehari-harinya, mungkin mereka akan merasa shok dengan pertambahan dan cepatnya data yang mereka terima. Perlu kesiapan dalam menangani dan mengolah data yang jumlahnya tak wajar agar tidak menjadi beban mental dan beban perangkat yang digunakan sehingga tidak terjadi eror yang menyebabkan masalah baru dalam kehidupan manusia.

Maha data, lebih dikenal dengan istilah bahasa Inggris big data, adalah  istilah  umum  untuk  segala himpunan data (data set) dalam jumlah yang sangat besar, rumit dan tak terstruktur sehingga menjadikannya sukar ditangani apabila hanya menggunakan perkakas manajemen basis data biasa atau aplikasi pemroses data tradisional belaka. (Wikipedia)

Maha data atau big data disebabkan oleh cepatnya pertumbuhan dan pertambahan data, dalam istilah matematika disebut pertumbuhan eksponensial/perpangkatan. Untuk sebuah perusahaan, maha data atau big data mungkin bisa menjadi aset yang berharga bagi pengembangan korporasinya, sehingga mereka menyiapkan perangkat khusus pengolah data tersebut untuk dimanfaatkan bagi pemenuhan kepentingannya, bahkan saat ini tersedia perangkat lunak atau software khusus untuk mengolah data seperti Gephi, Python, Netlytics, NiFi, dan Tableau.

Big data di tengah pandemi covid-19 seperti saat ini sebetulnya juga bisa bermanfaat membantu pemerintah dalam menerapkan kebijakan social dan physical distancing. Dengan menggunakan gawai pemiliknya, pemerintah dapat memantau pergerakan penduduknya ketika akan berinteraksi setelah mereka mengisi berbagai pertanyaan melalui aplikasi yang dibuat terkait dengan kondisi kesehatannya.

Hal ini ternyata efektif untuk memutus wabah covid-19 seperti yang dilakukan di kota Wuhan provinsi Hubei Tiongkok saat kebijakan lockdown dilakukan. Pemerintah dapat mengontrol pergerakan penduduknya melalui gawai yang mereka miliki dan dengan mudah mencegah orang yang disinyalir terpapar covid-19 untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Informasi kesehatan yang diberikan oleh setiap penduduknya secara jujur akan terlihat dari warna layar ponsel yang mereka bawa.

Walaupun banyak mendapat protes dari beberapa negara karena terlalu dalam ikut campur urusan pribadi penduduknya sehingga mengganggu kebebasan mereka, namun belakangan beberapa negara yang memiliki kasus tinggi terkena wabah covid-19 meniru cara yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok karena ternyata sangat efektif memutus rantai penyebaran virus corona.

Big data yang diolah untuk kepentingan bersama sangat baik dampaknya dirasakan oleh masyarakat. Namun semestinya pemerintah juga bertanggung jawab ikut melindungi data pribadi penduduknya agar tidak dimanfaatkan oknum tertentu untuk mendapatkan keuntungan secara pribadi atau golongan, dan yang paling berbahaya adalah apabila data-data tersebut digunakan untuk melakukan tindakan kejahatan.

Bagi pengguna teknologi secara individu, maha data/big data bisa juga diterima dengan deras  walau volumenya tidak sebanyak korporasi atau organisasi. Data yang diterima menjadi peluang bagi sesorang untuk mendapatkan keuntungan secara cepat sehingga memicu persaingan yang ketat antar individu. Pentingnya informasi saat ini menjadikan seseorang yang menguasainya akan menjadi pemenang dalam persaingan tersebut.

Namun tak dapat dipungkiri juga bahwa kebayakan kita sebagai individu sering kali menerima data yang begitu banyak, namun tidak memberikan manfaat atau keuntungan. Hal ini tidak bisa lepas dari rendahnya literasi teknologi, mereka sepertinya masih banyak yang latah dalam menggunakan perangkat teknologi, sehingga belum bisa menyaring informasi yang semestinya mereka berikan atau dapatkan melalui perangkat tersebut.

Setiap hari kita sering menerima informasi yang kadang tidak kita butuhkan, namun memaksa masuk ke gawai kita, bahkan informasi tersebut hanya akan menjadi sampah yang memenuhi ruang memori gawai kita. Informasi yang bermanfaat mungkin jumlahnya lebih sedikit dan bahkan tidak sampai kepada kita karena sudah tersalip informasi baru yang masuk sebelum informasi penting itu kita terima.

Dalam menggunakan perangkat TIK tersebut, semestinya kita saat ini harus sudah berpikir untuk menggunakannya pada hal-hal yang positif, kita harus sadar bahwa perilaku latah kita itu justru merugikan kita sendiri dan memberikan keuntungan dengan mudah kepada orang atau korporasi tertentu padahal bagi kita sama sekali tidak bermanfaat, bahkan kadang-kadang merugikan. Kita harus bisa memilih dan memilah informasi apa yang mesti kita bagi ke orang lain, jangan sampai berita yang tidak penting dan bahkan menimbulkan potensi konflik kita sebar begitu saja.

Tanpa kita sadari biaya yang kita keluarkan untuk menyebar informasi yang tak berguna tersebut tersedot dengan mudahnya. Hal ini terjadi karena biaya yang diambil sedikit demi sedikit namun dalam intensitas yang banyak sehingga kalau dikalikan akan menghasilkan jumlah yang pantastis. Kita baru sadar setelah quota yang kita miliki berkurang secara cepat dan dengan terpaksa kita harus mengeluarkan biaya kembali untuk hal-hal yang tidak begitu berguna.

Melakukan suatu secara berlebihan apalagi tidak memberikan manfaat merupakan perbuatan yang sangat dibenci oleh Alloh swt, karena itu mencontoh perbuatan syetan yang selalu mengajak pada keburukan. Sebagaimana firman Alloh dalam al-Quran yang artinya: "Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-Isra: 26-27)

Semestinya kita bisa menghindari untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat, sangat disayangkan energi yang kita keluarkan bahkan dengan biaya sendiri kita hambur-hamburkan. Dan seandinya kita menemukan hal-hal yang tidak berguna maka kita patut untuk mengabaikannya sebagaimana firman Alloh dalam Al-Quran yang artinya: “Dan apabila mereka bersua dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berguna, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya”. (QS. Al-Furqan: 72)

Semoga kita semua bisa menjaga kehormatan diri dengan tidak ikut-kutan melakukan perbuatan yang tidak berguna walaupun itu mudah kita lakukan demi menjaga kesucian diri dari perbuatan- perbuatan yang sangat dibenci oleh Alloh swt. Amin.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...