“Nasionalisme Bukan Sekadar Kata”

Penulis: Revinerita Gandini

Dibaca: 648 kali

Revinerita Gandini

Oleh Revinerita Gandini

(Guru Sejarah SMANSA Sukabumi)

 

Nasionalisme adalah satu kata yang mungkin tidak asing lagi bagi warga Indonesia terutama bagi kaum pelajar. Ada beberapa tokoh yang mengemukakan mengenai pengertian nasionalisme. Menurut Ernest Renan, nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara. Menurut Otto Bauar, nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter yang timbul karena perasaan senasib. Menurut L. Stoddard, nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa. Dari tiga pengertian yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa nasionalisme adalah paham kebangsaan cinta tanah air yang timbul akibat adanya persamaan nasib dan keinginan untuk bersatu.

Lalu kapankah nasionalisme di Indonesia muncul? Nasionalisme di Indonesia muncul melalui proses yang sangat panjang. Indonesia adalah negara yang berbentuk kepulauan, bukan hal mudah untuk membangkitkan rasa nasionalisme rakyat Indonesia yang memiliki suku, adat-istiadat, dan kepercayaan yang beragam. Secara tidak langsung kolonialisme dan imperialisme di Indonesia berperan penting dalam membangkitkan semangat nasionalisme rakyat Indonesia. Berawal dari trilogi Van Deventer yang salah satu isinya adalah edukasi. Melalui edukasi munculah golongan terpelajar di Indonesia yang dalam perkembangan berikutnya membentuk suatu organisasi pergerakan nasional yang diberi nama Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908. Benih nasionalisme sudah ditanamkan dalam organisasi pergerakan nasional pertama tersebut. Puncaknya adalah ketika para pelajar Indonesia yang sedang belajar di Belanda mendeklarasikan sebuah sumpah yang diberi nama Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Mereka telah menyatakan bahwa satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa, yaitu Indonesia. Artinya perlu waktu kurang lebih 20 tahun untuk benar-benar menanamkan nasionalisme kepada rakyat Indonesia.

Saat ini bangsa Indonesia telah merdeka seutuhnya. Apakah nasionalisme masih tertanam dalam diri pemuda pemudi Indonesia? Fenomena pelajar saat ini di Indonesia adalah banyak pelajar yang tidak menyadari arti penting nasionalisme. Mereka hanya sekadar “belajar” tanpa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kebanyakan pelajar berpikiran bahwa wujud rasa cinta terhadap tanah air ditunjukan dengan cara ikut dalam pertempuran mengangkat senjata melawan penjajah atau dengan masuk menjadi anggota TNI yang bertugas melindungi negara. Ada juga pelajar yang berpikiran, bahwa hanya dengan mengikuti upacara bendera setiap hari Senin di sekolah sudah menunjukan rasa nasionalisme. Padahal jika kita mengkaji lebih jauh mengenai nasionalisme, kita bisa melakukan hal-hal yang sederhana yang bisa menunjukan rasa cinta kita terhadap negara. Salah satu contohnya adalah dengan menjaga fasilitas umum, fasilitas sekolah, dan belajar dengan baik. Pelajar yang melakukan tawuran dan merusak fasilitas umum tidak menyadari bahwa mereka telah mengganggu hak warga negara lain. Jika fasilitas umum yang disediakan oleh negara saja dirusak oleh mereka bagaimana mungkin mereka bisa melindungi bangsa dan negaranya?

Hilangnya kesadaran nasionalisme dalam jiwa generasi muda saat ini terutama pelajar merupakan tanggung jawab bersama. Tidak hanya menjadi tugas untuk guru Pendidikan Kewarganegaraan ataupun guru sejarahnya. Kesadaran nasionalisme harus ditanamkan dari lingkungan masyarakat terkecil, yaitu keluarga. Banyak anak-anak Indonesia yang lebih mengenal tokoh-tokoh asing daripada tokoh-tokoh dari Indonesia. Tidak sedikit pula generasi muda saat ini yang lebih bangga menggunakan produk-produk dari negara lain daripada produk Indonesia. Tidak mengherankan jika banyak warga negara Indonesia yang tidak hafal dengan dasar negara Indonesia yaitu Pancasila.

Apakah mereka telah lupa bagaimana sulitnya menyusun dasar negara? Apakah mereka lupa bagaimana sulitnya mengibarkan bendera Merah Putih? Bahkan nyawa menjadi taruhannya. Apakah mereka lupa berapa abad waktu yang dibutuhkan untuk mencapai proklamasi? Peringatan hari besar kenegaraan harus lebih dimaknai sebagai pengingat betapa sulit bangsa ini dapat merebut kemerdekaan dari bangsa asing. Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno pernah mengatakan “JAS MERAH” (Jangan sekali-kali melupakan Sejarah), bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat sejarahnya.

Nasionalisme bukan hanya sekadar kata. Nasionalisme harus ditanamkan dalam diri sertiap rakyat Indonesia. Nasionalisme bukan tentang berapa banyak lagu nasional yang dihafal, bukan tentang berapa banyak jumlah pahlawan yang diketahui, bukan pula tentang berapa banyak tempat bersejarah yang pernah dikunjungi. Nasionalisme adalah tentang seberapa banyak pengorbanan untuk negara. Mengutip kata-kata John. F. Kennedy “Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang sudah kau berikan untuk negaramu. 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...