Penulis: Ade Fathurahman
Ade Fathurahman
Kajian terintegrasi Geografi dan IMTAQ
Oleh Ade
Fathurahman
(SMANSA KOTA
SUKABUMI)
Berdasarkan hasil
observasi melalui obrolan-obrolan ringan: ”nyaris hampir semua teman yang sudah
memasuki masa lanjut usia awal (46 – 55 tahun), maupun akhir (56 – 65 tahun)
mendapatkan pendampingan dari Tuhan untuk dapat bangun lebih pagi dengan mudah
di usianya sekarang, dibanding saat mereka masih lebih muda dahulu.” Tentu saja
hal ini tidak bisa digeneralisasikan pada setiap manusia. Walaupun demikian,
setidaknya beberapa orang kolega saya yang pernah melakukan percakapan tentang
hal tersebut, kebanyakan dari mereka membenarkan tren “lebih cepat bangun”
tersebut.
Mungkin pula hal
tersebut yang menyebabkan kebanyakan dari “lansia” yang dulunya pernah beraktivitas
harian sejak pagi hari, ketika memasuki masa lanjut usia dengan senang hati
melakukan kegiatan yang bisa menyehatkan mereka melalui berbagai aktivitas yang
tidak mengikat. Aktivitas harian yang sebelumnya dilakukan dengan dasar
tuntutan profesi, kini beralih menjadi suatu kebutuhan. Kebutuhan bergerak dan
berpikir agar otot tidak menjadi kaku dan otak tidak menjadi beku.
Hal yang sangat
menarik bagi saya, dari semua aktivitas yang dilakukan lansia adalah berolah
raga ringan hingga agak berat. Jalan santai, joging, tenis meja, badminton, golf,
bersepeda, hingga tenis lapangan dan yang sejenisnya. Kegiatan yang membuat
otot yang kaku menjadi agak lemas dan otak menjadi fresh inilah yang
kemudian menjadi pengganti kegiatan harian yang sebelumnya secara rutin mereka
lakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut juga dilakukan para lansia awal seperti rekan-rekan
seusia yang masih menjalankan tugas kedinasan atau kewirausahaannya.
Tiga paragraf di atas,
jika diperhatikan adalah bentuk-bentuk perilaku bersyukur kita akan anugerah
Allah Yang Maha Kuasa berupa kesempatan dan kesehatan. Kebanyakan dari kita
tentunya sepakat, jika dengan cara bersyukurlah seseorang akan bertambah
kebugaran dan imunnya, mengingatkan saya pada lirik lagunya Ebiet G. Ade yang
berjudul “Masih Ada Waktu”. Bagian lirik yang sering menjadi bagian dari narasi
saya, manakala sedang bertugas memberikan spirit pada kawula muda. Bagian lirik:
“…. Kita mesti bersyukur bahwa masih diberi waktu...” dan “bersyukur masih bisa
bertemu matahari.”
“Masih diberi
waktu dan bertemu matahari” adalah keajaiban bagi manusia yang pandai bersyukur,
apalagi bagi mereka yang sudah faham begitu banyak keberuntungan yang
didapatkannya, dibandingkan dengan sesama manusia lain yang harus berjuang
keras untuk mendapatkan kedua anugerah tersebut. Secara kolektif, kita Bangsa
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia yang mendapatkan keberuntungan
dihadirkan Allah Yang Maha Kuasa di wilayah tropis tanpa harus berjuang sebelumnya.
Kita wajib
bersyukur, karena tak harus berjuang untuk mendapatkan matahari yang sebagian
besar orang di iklim sedang, baik di Belahan Bumi Utara, maupun Belahan Bumi
Selatan harus mengalami masa puasa tidak bisa bertemu matahari saat musim dingin.
Tak harus berjuang keras mengumpulkan makanan, pakaian dan cahaya untuk
menghadapi musim dingin selama tiga bulan atau bahkan harus menabung untuk
persiapan libur musim dingin mereka dengan cara meninggalkan negaranya menuju
negara-negara tropis, seperti halnya Indonesia.
Anugerah Allah
Yang Maha Kuasa untuk wilayah tropis, seperti yang kita dapatkan di pelajaran
Geografi sejak SD adalah fenomena hujan sepanjang tahun dan matahari bersinar
sepanjang tahun pula. Artinya, kita yang di Tropis, sekali-kali akan
mendapatkan hujan, walau pada musim kemarau dan akan senantiasa mendapatkan sinar
matahari, walau pada musim penghujan sekalipun. Keberadaan musim yang seperti
ini pula yang menyebabkan masyarakat kita yang determinis (kehidupannya sanagat
ditentukan alam) menjadi cenderung lebih rendah etos kerjanya, dibanding mereka
yang di negara-negara wilayah iklim sedang. Tentu saja generalisasi ini pun ada
pengecualiannya untuk wilayah-wilayah sabana dan semi arid tropis. Fenomena
negara maju di dunia pun menunjukkan bahwa bangsa-bangsa di iklim sedang secara
umum mendominasi kemajuan peradaban modern saat ini, jika melihat HDI/IPM
(Human Development Index/ Indeks pembangunan Manusia) yang ditentukan UNDP
melalui 3 parameternya, yakni kesehatan, pendidikaan, dan ekonomi. Tentu saja
dengan pengecualian untuk negara maju di Tropis seperti Singapura atau
negara-negara Eropa Timur yang belum maju di iklim sedang di pecahan
negara-negara Uni Soviet dahulu.
Sayang sekali, banyak
generasi muda kita yang masih belum menyadari betapa mahalnya pancaran sinar
matahari pagi yang kaya akan kandungan vitamin D dengan kebiasaan begadang
setiap malam, apalagi saat ini milenia disibukkan dengan game online yang
dilakukan hingga larut malam, sehingga kadang sebagian dari mereka saat
berkegiatan di pagi hari lebih mendekati tempat tidur. Saat yang bersamaan Allah
Yang Maha Kuasa sedang menebarkan anugerahnya berupa sinar matahari pagi yang
penuh energi bagi tubuh kita.
Sebagian dari
mereka sering lupa bahwa Rasulullaah Muhammad SAW telah mewanti-wanti agar kita
menyegerakan tidur dan menyegerakan bangun. Beliau juga sangat melarang
kegiatan tidur yang dilakukan pada rentang waktu antara shalat waktu shubuh
hingga dhuhur dan di rentang waktu antara ‘Ashar dan Maghrib.
BERSAMBUNG…