Penulis: Iis Aisyah, S.Pd.I.
Iis Aisyah, S.Pd.I.
Oleh Iis Aisyah, S.Pd.I.
(Guru Prakarya dan Kewirausahaan SMA Negeri 1
Luragung)
Tahun pelajaran baru identik dengan hal-hal yang baru. Ada yang punya
seragam baru, sepatu baru, tas baru, buku baru, sekolah baru, teman-teman baru,
guru-guru baru, bahkan ada kurikukum baru. Wah, ada kurikulum baru? Tidak usah
takut menghadapi kurikulum baru tersebut, mari kita sambut dengan semangat
baru.
Kurikulum baru tersebut dikenal dengan nama Kurikulum Merdeka. Mengutip
dari Buku Saku Kurikulum Merdeka Belajar, Kurikulum Merdeka adalah
kurikulum dengan pembelajaran yang beragam. Kurikulum Merdeka berfokus pada
konten-konten yang esensial agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk
mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Ada dua hal yang harus diperhatikan
oleh guru dalam implementasi Kurikulum Merdeka, yaitu: asesmen awal
pembelajaran dan pembelajaran terdiferensiasi.
Asesmen awal pembelajaran atau disebut juga dengan sebutan asesmen
diagnostik adalah asesmen untuk belajar yang dilakukan oleh guru pada awal
pembelajaran dengan tujuan untuk mengatur strategi setelah mempelajari
kompetensi dan proses perkembangan belajar sesuai kebutuhan setiap murid.
Dengan Melakukan asesmen di awal pembelajaran, maka guru dapat
mengumpulkan dan mengelola informasi untuk dapat mengelompokkan para murid
berdasarkan tingkat capaian, kesiapan dan kemampuan para murid, sehingga dapat
melakukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kesiapan dan minat
para murid. Setelah mengetahui data dan kondisi murid, guru dapat melakukan
kegiatan pembelajaran dengan beragam aktifitas sesuai dengan level pembelajaran
tersebut, tidak hanya melihat dari usia dan fase saja. Guru perlu mengajarkan
kemampuan-kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh setiap peserta didik dan
terus memantau kemajuan perkembangan yang dimiliki oleh peserta didik.
Asesmen diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa
dan mengetahui kondisi awal siswa. Asesmen diagnostik terbagi menjadi asesmen
diagnostik non-kognitif dan asesmen diagnosis kognitif.
A. Asesmen diagnostik
non-kognitif
Tujuan asesmen diagnostik non-kognitif adalah:
1. Mengetahui
kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa
2. Mengetahui aktivitas
selama belajar di rumah
3. Mengetahui latar
belakang pergaulan siswa
4. Mengetahui gaya
belajar, karakter serta minat siswa
B. Asesmen diagnostik
kognitif
Tujuan asesmen diagnostik kognitif adalah:
1. Mengidentifikasi
capaian kompetensi siswa
2. Menyesuaikan
pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa
3. Memberikan kelas
remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa yang kompetensinya di bawah
rata-rata
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi
keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan
kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut. Melalui
pembelajaran berdiferensiasi, setiap siswa difasilitasi untuk mengembangkan
potensi terbaiknya. Pembelajaran berdiferensi berfokus pada tiga hal, yaitu:
diferensiasi konten/materi, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.
Terdapat tiga strategi diferensiasi, yaitu:
1. Diferensiasi
konten/materi
Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten dapat
dibedakan sebagai tanggapan terhadapa kesiapan, minat, dan profil belajar murid
maupun kombinasi dari ketiganya.
2. Diferensiasi proses
Proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa
yang dipelajari.
3. Diferensiasi produk
Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan
murid kepada kita (karangan, pidato, rekaman, doagram) atau sesuatu yang ada
wujudnya.
Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tentunya kita akan
mengalami berbagai tantangan dan hambatan. Guru harus tetap dapat bersikap
positif. Hal yang dapat kita lakukan untuk tetap dapat bersikap positif
meskipun banyak tantangan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi adalah:
Salah satu filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah sistem
“among”, guru harus dapat menuntun murid untuk berkembang sesuai dengan
kodratnya, hal ini sangat sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi sebagai upaya mewujudkan merdeka belajar mencetak
profil pelajar Pancasila.