GURU DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA

Penulis: Iis Aisyah, S.Pd.I.

Dibaca: 141 kali

Iis Aisyah, S.Pd.I.

Oleh Iis Aisyah, S.Pd.I.

(Guru Prakarya dan Kewirausahaan SMA Negeri 1 Luragung)

 

Tahun pelajaran baru identik dengan hal-hal yang baru. Ada yang punya seragam baru, sepatu baru, tas baru, buku baru, sekolah baru, teman-teman baru, guru-guru baru, bahkan ada kurikukum baru. Wah, ada kurikulum baru? Tidak usah takut menghadapi kurikulum baru tersebut, mari kita sambut dengan semangat baru.

Kurikulum baru tersebut dikenal dengan nama Kurikulum Merdeka. Mengutip dari Buku Saku Kurikulum Merdeka Belajar, Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran yang beragam. Kurikulum Merdeka berfokus pada konten-konten yang esensial agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam implementasi Kurikulum Merdeka, yaitu: asesmen awal pembelajaran dan pembelajaran terdiferensiasi.

Asesmen awal pembelajaran atau disebut juga dengan sebutan asesmen diagnostik adalah asesmen untuk belajar yang dilakukan oleh guru pada awal pembelajaran dengan tujuan untuk mengatur strategi setelah mempelajari kompetensi dan proses perkembangan belajar sesuai kebutuhan setiap murid.

Dengan Melakukan asesmen di awal pembelajaran, maka guru dapat mengumpulkan dan mengelola informasi untuk dapat mengelompokkan para murid berdasarkan tingkat capaian, kesiapan dan kemampuan para murid, sehingga dapat melakukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kesiapan dan minat para murid. Setelah mengetahui data dan kondisi murid, guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan beragam aktifitas sesuai dengan level pembelajaran tersebut, tidak hanya melihat dari usia dan fase saja. Guru perlu mengajarkan kemampuan-kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh setiap peserta didik dan terus memantau kemajuan perkembangan yang dimiliki oleh peserta didik.

Asesmen diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan mengetahui kondisi awal siswa. Asesmen diagnostik terbagi menjadi asesmen diagnostik non-kognitif dan asesmen diagnosis kognitif.

A.        Asesmen diagnostik non-kognitif

Tujuan asesmen diagnostik non-kognitif adalah:

1.         Mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa

2.         Mengetahui aktivitas selama belajar di rumah

3.         Mengetahui latar belakang pergaulan siswa

4.         Mengetahui gaya belajar, karakter serta minat siswa

B.        Asesmen diagnostik kognitif

Tujuan asesmen diagnostik kognitif adalah:

1.         Mengidentifikasi capaian kompetensi siswa

2.         Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa

3.         Memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa yang kompetensinya di bawah rata-rata

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, setiap siswa difasilitasi untuk mengembangkan potensi terbaiknya. Pembelajaran berdiferensi berfokus pada tiga hal, yaitu: diferensiasi konten/materi, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

Terdapat tiga strategi diferensiasi, yaitu:

1.         Diferensiasi konten/materi

Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadapa kesiapan, minat, dan profil belajar murid maupun kombinasi dari ketiganya.

2.         Diferensiasi proses

Proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa yang dipelajari.

3.         Diferensiasi produk

Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan murid kepada kita (karangan, pidato, rekaman, doagram) atau sesuatu yang ada wujudnya.

Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tentunya kita akan mengalami berbagai tantangan dan hambatan. Guru harus tetap dapat bersikap positif. Hal yang dapat kita lakukan untuk tetap dapat bersikap positif meskipun banyak tantangan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi adalah:

  • Terus belajar dan berbagi pengalaman dengan teman sejawat lainnya yang mempunyai masalah yang sama dengan kita.
  • Saling mendukung dan memberi semangat dengan sesama teman sejawat.
  • Menerapkan apa yang sudah kita peroleh dan bisa kita terapkan meskipun belum maksimal.
  • Terus berusaha untuk mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran yang sudah diterapkan.

Salah satu filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah sistem “among”, guru harus dapat menuntun murid untuk berkembang sesuai dengan kodratnya, hal ini sangat sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi sebagai upaya mewujudkan merdeka belajar mencetak profil pelajar Pancasila.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...