HALAL BIHALAL MOMENTUM MENGERATKAN KOHESI SOSIAL DAN MEMPERKUAT MODERASI

Penulis: A. Rusdiana

Dibaca: 230 kali

A. Rusdiana

Oleh A. Rusdiana


Makna Halalbihalal dari tinjauan hukum, bahasa, dan qur'ani menjelaskan, bahwa, halal bihalal diartikan sebagai “hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, yang biasanya diadakan di sebuah tempat oleh sekelompok orang”. Berhalalbihalal artinya bermaaf-maafan pada saat lebaran. Meski halal bihalal khas Indonesia namun berasal dari bahasa Arab yang tidak lazim dipakai penutur bahasa Arab. (baca: http://beritadisdik.com/news/kaji/menyingkap-makna-halalbihalal).

Secara historis, istilah halal bihalal dimunculkan muassis jami'iyyah, KH Wahab Chasbullah, sebagai pengganti kata silaturahim yang dianggap biasa, untuk mengatasi konflik antara tokoh politik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. di Tengah Ketegangan Politik. Konteks ini, semakin menekankan substansi moderasi beragama dalam halal bihalal, baik dalam aspek komitmen kebangsaan, anti-kekerasan, maupun toleransi. "Bahwa potensi konflik perlu dikelola dengan baik agar tidak melunturkan komitmen kebangsaan, tidak berujung pada tindak kekerasan, dan justru bisa diubah menjadi energi positif untuk terus merajut toleransi," Pendiri bangsa kita menemukan salah satu caranya yang kemudian mentradisi sebagai halalbihalal,"

Keterkaitan yang erat antara kata halal bihalal dengan esensi silaturahim.  Kata ‘halal’ berasal dari kata ‘halla’ atau ‘halala’, mempunyai makna yang berkisar pada “menyelesaikan kesulitan”, “mencairkan yang beku”, “melepaskan yang membelenggu”.  Melalui halal bihalal, di saat lebaran ini diharapkan terjadi perubahan suasana dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Dari beku menjadi cair, dari sulit menjadi mudah, dan dari terikat menjadi terlepas. Makna ini bisa dicapai, di antaranya, dengan cara saling maaf-memaafkan. "Halal bihalal sangat relevan menjadi momentum penguatan moderasi beragama. Menurut Wibowo (2022), ada empat indikator: penguatan moderasi beragama, yaitu anti kekerasan, komitmen kebangsaan, toleransi, dan ramah tradisi. Bila ditelisik satu persatu akan menjadi pembelajaran yang berharga dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara, antara lain sebagai berikut:

Pertama Anti-kekerasan; Kata ‘halal’ berasal dari kata ‘halla’ atau ‘halala’, mempunyai makna yang berkisar pada “menyelesaikan kesulitan”, “mencairkan yang beku”, “melepaskan yang membelenggu”. Kekerasan bisa saja terjadi akibat dari ketidak mampuan menyelesaikan kesulitan-kusulitan itu. Faktor penyebab perilaku kekerasan menurut teori ini adalah faktor pribadi dan faktor sosial. Faktor pribadi yaitu meliputi kelainan jiwa, seperti psikopat, stres, depresi, serta pengaruh obat bius. Sedangkan faktor yang bersifat sosial antara lain seperti konflik rumah tangga, faktor budaya, dan media massa.

Melalui halal bihalal, di saat lebaran ini diharapkan terjadi perubahan suasana dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Dari beku menjadi cair, dari sulit menjadi mudah, dan dari terikat menjadi terlepas. Makna ini bisa dicapai, di antaranya, dengan cara saling maaf-memaafkan.

Kedua Komitmen kebangsaan; Secara praksis, komitmen kebangsaan sebagai indikator moderasi beragama, seperti sering disampaikan para petinggi Kemenag. Dalam perspektif Moderasi Beragama, mengamalkan ajaran agama (Puasa, bayar zakat, idull fitri, halal bihalal/silaturahim) adalah sama dengan menjalankan kewajiban sebagai warga negara, sebagaimana menunaikan kewajiban sebagai warga negara adalah wujud pengamalan ajaran agama.

Ketiga mempupuk Toleransi; Indonesia yang toleran, saling menghormati kepada sesama pemeluk agama. Tidak ada sekat dalam halal bihalal, semua pemeluk agama saling maaf memaafkan tanpa melihat status atau agama seseorang. Makanya lebaran juga untuk semua (masyarakat)," 

Keempat: Ramah tradisi; Halal bihalal adalah salah satu tradisi khas Indonesia yang harus, dilestarikan. Halal bihalal ini adalah wajah kita, Indonesia yang toleran, saling menghormati kepada sesama pemeluk agama. Nggak ada sekat dalam halal bihalal, semua pemeluk agama saling maaf memaafkan tanpa melihat status atau agama seseorang. Makanya halalbihalal lebaran juga untuk semua (masyarakat),"

Kohesi sosial secara sederhana bisa diterangkan sebagai perekat atau ikatan yang menjaga masyarakat tetap bersatu atau terintegrasi. Ada nilai-nilai, keyakinan, atau tujuan bersama yang dibagi ke seluruh anggota masyarakat sebagai acuan moral. Hal itu kemudian menumbuhkan rasa saling percaya. 

Halal bihalal menjadi momentum merajut persaudaraan sekaligus menjadi modal dalam menyongsong tahun politik yang sudah mulai terasa hiruk pikuknya di tengah keragaman Indonesia," pesannya. "Perbedaan adalah sunnatullah dan tidak bisa ditolak. Namun, seberapa pun perbedaan yang ada, hal itu tidak boleh berujung pada tindak kekerasan, intoleransi, apalagi sampai menghilangkan komitmen kebangsaan. Menjadi tugas kita bersama untuk terus menguatkan moderasi beragama,"

Wallahu A'lam Bishowab. 

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Lahir di Ciamis, 21 April 1961. Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Pegiat Rumah Baca Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui:(1)http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2)https://www.google.com/search?q=buku+a.rusdiana+shopee&source(3)https://play.google.com/store/books/author?id=Prof.+DR.+H.+A.+Rusdiana,+M.M.

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...