Islam Sekarang dan Masa Depan

Penulis: Rahmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I

Dibaca: 609 kali

Rahmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I

Oleh Rahmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I

(Guru PAI SMAN 1 Cigombong Bogor)

 

Sesungguhnya Indonesia bukanlah negara Islam tapi negara yang tetap bisa menjaga Islam rahmatan lil 'aalamin.

Islam rahmatan lil alamin terdiri dari dua kata, yakni rahmat yang berarti kasih sayang dan lil 'aalamin yang berarti seluruh alam. Namun, ulama tafsir berbeda pendapat mengenai maksud rahmatan lil alamin yang terdapat dalam Al Quran surat Al Anbiya ayat 107, Allah Swt berfirman mengenai rahmatan lil alamin, yaitu:

Wa m? arsaln?ka ill? ra?matal lil-'?lam?n

Artinya: Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.

Menurut Ath-Thabari yang paling benar adalah rahmat bagi orang-orang yang beriman maka sesungguhnya Allah Swt memberikan petunjuk kepadanya dan memasukkan keimanan ke dalam dirinya serta akan memasukkanya ke dalam surga dengan mengerjakan amal yang diperintahkan Allah Swt.

Sementara itu, Islam rahmatan lil alamin adalah konsep abstrak yang mengembangkan pola hubungan antar manusia yang pluralis, humanis, dialogis, dan toleran. Selain itu, konsep ini mengembangkan pemanfaatan dan pengelolaan alam dengan rasa kasih sayang.

Sederhananya, maksud Islam rahmatan lil alamin adalah Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta.

Ruh keislaman yang memberikan rahmat bagi seluruh alam harus terus menerus dijaga lewat pendidikan terbaik yang diberikan kepada anak-anak terpelajar.

Generasi muda ke depan harus lebih terarah dan jelas bagaimana lembaga pendidikan bisa memberikan sumbangsih terbesar kepada mereka dalam memperluas wawasan keIslaman.

Tidak memperbesar perbedaan/ikhtilafi karena akan memecah belah persatuan dan kesatuan umat Islam.

Sebuah kerugian besar bagi umat Islam dan peradaban Islam jika selalu memperuncing ikhtilafi.

Masyarakat terdidik tidak hanya kaya dengan anugerah kesamaan, tapi juga ada ujian ikhtilafi/perbedaan. Dan ini harus diantisipasi oleh kita semua, karena itu sesungguhnya adalah khasanah keilmuan berharga bagi ruh setiap generasi bangsa.

Karena dengan berbeda, maka kita akan saling menolong dan saling membutuhkan. Dan karena memiliki ketidaksamaan, maka  harus bisa saling komunikasi dan  bekerjasama. Begitulah hakikinya ketika kita mensikapi dalam segala hal perbedaan. Ibarat grup band yang terdiri beragam alat-alat musik, ketika dimainkan akan  bersatu memadu rasa dan menghasilkan suara musik yang indah dan harmoni.

Kita disatukan bukan hanya oleh kesamaan tetapi juga oleh perbedaan. Karenanya, dengan kesamaan tidak melahirkan sikap menang sendiri, arogansi dan dikarenakan perbedaan tidak  menyebabkan permusuhan dan saling menyalahkan.

Selanjutnya peran mendasar yang paling penting adalah umat Islam harus mempunyai wawasan pengetahuan jauh lebih luas agar energi umat untuk melakukan keilmuan menjadi lebih besar.

Ruh panca jiwa seperti pendidikan pesantren Gontor dengan motto kebebasan, artinya berfikiran bebas setelah berpengetahuan luas menunjukkan keikhlasan dan kesederhanaan dalam bersikap dan berperilaku.

Dengan kearifan bahwa kebebasan harus bersyaratkan pengetahuan luas dan cerdas dalam berwawasan keislaman.

Pendidikannya berdiri di atas semua golongan dan untuk semua golongan.

Dapat menjadikannya sebagai perekat umat dan mengedukasi umat Islam agar tidak terjebak dengan ikhtilafiah/perbedaan.

Rasulullah SAW mengajarkan dalam haditsnya yang berbunyi “ikhtilafu ummati rahmah,” yang artinya perbedaan umatku merupakan sebuah rahmat. Jadi, sudah semestinya rahmat itu dimaknai dengan saling melengkapi, membangun dan memperbaiki, bukan menjadi perselisihan dan perpecahan. Ironisnya, ajaran tersebut seolah tak lagi terdengar dan tersampaikan.

Jika ini tidak dikembalikan lagi dalam konteks ke-Indonesiaan, menjadi Bhinneka Tunggal Ika, berbeda tetapi menuju satu tujuan. Yang terjadi sekarang, perbedaan malah menjadi perpecahan. Tugas kita untuk mengembalikan semuanya ini.

Karena perbedaan itu rahmat, maksudnya adalah dengan adanya perbedaan pendapat, maka kita akan lebih bisa atau mampu menghargai dan menghormati orang lain. Dengan begitu, sikap toleransi dan ukhuwah antar sesama pun semakin erat. Hal inilah merupakan rahmat dari Allah Swt yang harus terus menerus dijaga menuju kerukunan umat beragama dan antar umat beragama.

Islam di masa depan sudah seharusnya damai dan akan terus melahirkan generasi mujaddid yang berpegang teguh kepada Alqur'an dan Hadis secara benar dan kaffah menuju Izzul Islam wal muslimin.

Wallahu a'lam bissowaab.

 

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...