Isyarat-Isyarat Pendidikan Peristiwa Isra Mi’raj

Penulis: Eri Fauzi Rahman

Dibaca: 158 kali

Eri Fauzi Rahman

Oleh Eri Fauzi Rahman

(Guru SMKN 1 Sukanagara/KACI)


 

Isra Mi’raj merupakan salah satu peristiwa agung yang dialami Rasulullah SAW semasa hidupnya. Sebuah peristiwa yang menandakan keluhuran derajat kerasulan Muhammad SAW.

Literatur tentang Isra Mi’raj sudah banyak kita ketahui sejak lama. Baik dari Kitab Suci, Hadist, kitab para ulama ataupun buku-buku yang menyingkap kejadian dan hikmahnya secara runut dan sistematis.

Sering juga diuraikan oleh para guru atau penceramah yang secara khusus membahasnya pada acara-acara peringatan Isra Mi’raj (Rajaban) setiap bulan Rajab.

Memang peristiwa Isra Mi’raj ini banyak menyingkap pelajaran dan hikmah. Apakah itu mau dikaji dari sisi ilmu tauhid, ilmu sejarah, sosial, sain teknologi, ilmu pendidikan, kajian sufistik hingga politik bahkan mungkin masih banyak lagi.

Nah, dari sisi kajian ilmu pendidikan, kiranya ada beberapa hikmah yang bisa kita petik. Terutama bagaimana seorang guru memperlakukan peserta didiknya, agar mereka sampai pada derajat keutamaan.

Pertama, peristiwa Rasulullah dibersihkan hatinya oleh Malaikat Jibril di sumur zamzam.

Bukan berarti bawa dalam hati Rasulullah itu tertanam sifat-sirat keburukan. Namun pembersihan hati ini mengisyaratkan kepada kita bahwa kebersahan hati itu sangatlah penting.

Untuk menggapai derajat keutamaan dalam memperoleh pengetahuan tertinggi, maka kita sebagai manusia biasa harus berusaha untuk membersihkan hati.

Mialnya dengan berusaha menjauhkan diri dari sifat sombong sera sifat-sifat lainnya, yang bisa mencegah ilmu pengetahuan masuk kedalam kalbu kita.

Bukankan kesombongan Iblis yang mencegah dirinya menerima kebenaran Adam sebagai makhluk yang dimuliakan Allah SWT.

Oleh sebab itu, sebagai guru kita harus mampu membimbing peserta didik agar mereka terlatih untuk belajar membersihkan hati mereka. Karena di sanalah motivasi belajar mereka akan muncul kuat dari dalam dirinya.

Kedua, peristiwa diperlihatkannya balasan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan (Surga) dan keburukan (Neraka)

Maka dari peristiwa ini memperlihatkan akan pentingnya literasi sejarah dalam pendidikan. Maksudnya, ajarkan para peserta didik itu pengetahuan tentang kebijaksanaan melalui cerita-cerita masa lampau atau sejarah.

Sehingga mereka bisa memetik hikmahnya bahwa kebaikan yang kita perbuat akan kembali kepada kita, juga keburukan yang kita taburkan akan menumbuhkan benih keburukan lainnya.

Berikan mereka Basyiro wa Nadziro, kabar gembira bagi orang yang berbuat baik dan kabar buruk seandainya kita berbuat kezaliman.

Ketiga, bertemu dengan para nabi sebelumnya.

Meskipun Nabi Muhammad SAW ialah nabi yang paling mulia, pada peristiwa Isra Miraj beliau dipertemukan dengan para pendahulunya.

Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa setinggi-tingginya keilmuan yang kita miliki hari ini, jangan pernah melupakan para pendahulu kita, diantaranya orang tua dan guru-guru kita. Ini merupakan etika tertinggi seorang pengagum pengetahuan.

Ajarkan para peserta didik untuk senantiasa menghormati orang tua dan guru-gurunya. Jangan pernah putus bersilaturahmi dengan mereka. Bisa sengaja menemuinya atau mendoakannya. Orang tua adalah garis nasab dan guru merupakan garis sabab dalam kehidupan kita.

Keempat, bertemu dengan Allah SWT di Sidrotil Muntaha

Bertemunya Rasulullah SAW saat Mi’raj dengan Allah SWT mengisyaratkan bahwa, puncak keutamaan yang paling utama dalam proses pendidikan ialah proses pendidikan langsung antara guru dan peserta didik.

Bertemunya guru dan murid itu merupakan penegasan dalam ranah sanad keilmuan seseorang. Sehingga level keilmuannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (shohih).

Begitu juga dalam pendidikan era teknologi sekarang. Tetap peran guru tidak bisa digantikan dengan apapun. Teknologi metaverse sekalipun tidak akan mengganti perannya secara utuh.

Dari keempat penggalan besar peristiwa Isra Mi’raj tersebut, maka bisa ditarik keterkaitannya dengan ilmu tasawuf. Dalam dunia tasawuf ada istilah yang yang disebut dengan takhalli, tahalli dan tajalli.

Dalam konteks pendidikan, Takhalli berarti pembersihan hati dari sifat-sifat negatif seperti kesombongan diri dan lainnya. Tahalli itu sibuk mengisi pikiran dan hati dengan ilmu dan hikmah, lalu dengan tajalli maka ia akan sampai pada puncak keutamaan dan kebahagiaan sejati dari ilmu dan hikmah.

Semoga melalui peristiwa Isra Mi’raj ini, kita semua mencapai derajat keutamaan dan kebahagiaan yang sebenarnya (Tajalli). Tentunya setelah kita melewati proses Takhalli dan Tahalli.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...