Penulis: Eri Fauzi Rahman
Eri Fauzi Rahman
Oleh Eri Fauzi Rahman
(Guru SMKN 1 Sukanagara/KACI)
Isra Mi’raj merupakan salah satu peristiwa agung yang dialami
Rasulullah SAW semasa hidupnya. Sebuah peristiwa yang menandakan keluhuran
derajat kerasulan Muhammad SAW.
Literatur tentang Isra Mi’raj sudah banyak kita ketahui sejak lama.
Baik dari Kitab Suci, Hadist, kitab para ulama ataupun buku-buku yang
menyingkap kejadian dan hikmahnya secara runut dan sistematis.
Sering juga diuraikan oleh para guru atau penceramah yang secara
khusus membahasnya pada acara-acara peringatan Isra Mi’raj (Rajaban) setiap bulan
Rajab.
Memang peristiwa Isra Mi’raj ini banyak menyingkap pelajaran dan
hikmah. Apakah itu mau dikaji dari sisi ilmu tauhid, ilmu sejarah, sosial, sain
teknologi, ilmu pendidikan, kajian sufistik hingga politik bahkan mungkin masih
banyak lagi.
Nah, dari sisi kajian ilmu pendidikan, kiranya ada beberapa hikmah
yang bisa kita petik. Terutama bagaimana seorang guru memperlakukan peserta
didiknya, agar mereka sampai pada derajat keutamaan.
Pertama, peristiwa Rasulullah dibersihkan
hatinya oleh Malaikat Jibril di sumur zamzam.
Bukan berarti bawa dalam hati Rasulullah itu tertanam sifat-sirat
keburukan. Namun pembersihan hati ini mengisyaratkan kepada kita bahwa
kebersahan hati itu sangatlah penting.
Untuk menggapai derajat keutamaan dalam memperoleh pengetahuan
tertinggi, maka kita sebagai manusia biasa harus berusaha untuk membersihkan
hati.
Mialnya dengan berusaha menjauhkan diri dari sifat sombong sera sifat-sifat
lainnya, yang bisa mencegah ilmu pengetahuan masuk kedalam kalbu kita.
Bukankan kesombongan Iblis yang mencegah dirinya menerima kebenaran
Adam sebagai makhluk yang dimuliakan Allah SWT.
Oleh sebab itu, sebagai guru kita harus mampu membimbing peserta
didik agar mereka terlatih untuk belajar membersihkan hati mereka. Karena di
sanalah motivasi belajar mereka akan muncul kuat dari dalam dirinya.
Kedua, peristiwa diperlihatkannya balasan
bagi orang-orang yang berbuat kebajikan (Surga) dan keburukan (Neraka)
Maka dari peristiwa ini memperlihatkan akan pentingnya literasi
sejarah dalam pendidikan. Maksudnya, ajarkan para peserta didik itu pengetahuan
tentang kebijaksanaan melalui cerita-cerita masa lampau atau sejarah.
Sehingga mereka bisa memetik hikmahnya bahwa kebaikan yang kita
perbuat akan kembali kepada kita, juga keburukan yang kita taburkan akan
menumbuhkan benih keburukan lainnya.
Berikan mereka Basyiro wa Nadziro, kabar
gembira bagi orang yang berbuat baik dan kabar buruk seandainya kita berbuat
kezaliman.
Ketiga, bertemu dengan para nabi
sebelumnya.
Meskipun Nabi Muhammad SAW ialah nabi yang paling mulia, pada
peristiwa Isra Miraj beliau dipertemukan dengan para pendahulunya.
Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa setinggi-tingginya
keilmuan yang kita miliki hari ini, jangan pernah melupakan para pendahulu
kita, diantaranya orang tua dan guru-guru kita. Ini merupakan etika tertinggi
seorang pengagum pengetahuan.
Ajarkan para peserta didik untuk senantiasa menghormati orang tua
dan guru-gurunya. Jangan pernah putus bersilaturahmi dengan mereka. Bisa
sengaja menemuinya atau mendoakannya. Orang tua adalah garis nasab dan guru
merupakan garis sabab dalam kehidupan kita.
Keempat, bertemu dengan Allah SWT di
Sidrotil Muntaha
Bertemunya Rasulullah SAW saat Mi’raj dengan Allah SWT
mengisyaratkan bahwa, puncak keutamaan yang paling utama dalam proses
pendidikan ialah proses pendidikan langsung antara guru dan peserta didik.
Bertemunya guru dan murid itu merupakan penegasan dalam ranah sanad
keilmuan seseorang. Sehingga level keilmuannya dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah (shohih).
Begitu juga dalam pendidikan era teknologi sekarang. Tetap peran
guru tidak bisa digantikan dengan apapun. Teknologi metaverse sekalipun tidak
akan mengganti perannya secara utuh.
Dari keempat penggalan besar peristiwa Isra Mi’raj tersebut, maka
bisa ditarik keterkaitannya dengan ilmu tasawuf. Dalam dunia tasawuf ada
istilah yang yang disebut dengan takhalli, tahalli dan tajalli.
Dalam konteks pendidikan, Takhalli berarti pembersihan hati
dari sifat-sifat negatif seperti kesombongan diri dan lainnya. Tahalli itu
sibuk mengisi pikiran dan hati dengan ilmu dan hikmah, lalu dengan tajalli
maka ia akan sampai pada puncak keutamaan dan kebahagiaan sejati dari ilmu dan
hikmah.
Semoga melalui peristiwa Isra Mi’raj ini, kita semua mencapai
derajat keutamaan dan kebahagiaan yang sebenarnya (Tajalli). Tentunya
setelah kita melewati proses Takhalli dan Tahalli.