Penulis Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana
Oleh Ahmad Rusdiana
Salah satu fungsi utama pemimpin adalah pengambilan keputusan. Setiap
keputusan selalu mengandung resiko, sehingga untuk membuat sebuah keputusan,
diperlukan keberanian untuk mengambil resiko tersebut. Keberanian berarti
kemampuan bertahan dari rasa khawatir dan rasa takut. Dakam Konteks 5K Lima
pilar kepemimpinan Abad 21, Johanes Djohan, (2016), menempatkan keberanian pada
urutan kelima (terakhir), setelah melalui kekuasaan, kompetensi, kredibilitas; kemauan
dan semangat. Selanjunta, kelima atau terakir "keberanian"
selanjutnya disebut (K-5).
Winston Churchil mengatakan: "Keberanian benar-benar dianggap
sebagai kualitas utama dalam diri manusia, karena kualitas inilah yang menjamin
kualitas lainnya." Keberanian mudah dilihat dalam diri para pahlawan
perang dan juga pada setiap pemimpin besar dalam pemerintahan, bisnis,
keagamaan, dll. Setiap kali kita melihat kemajuan pesat dalam sebuah
organisasi, umumnya pemimpinnya telah mengambil keputusan yang
"berani".
Pemimpin yang tidak berani mengambil keputusan, sebenarnya sudah
membuat keputusan, yaitu tidak mengambil keputusan. Maxwell (2014) menyampaikan fakta-fakta tentang keberanian: (1) Keberanian
dimulai dengan pergumulan batin. Seperti juga otot, keberanian harus dilatih
agar menjadi berkembang; (2) Keberanian artinya membuat segalanya berjalan
dengan benar, bukan hanya sekedar menghaluskannya. (3) Keberanian dalam diri seorang pemimpin membangkitkan komitmen dan
motivasi para pengikutnya.
Untuk hal itu Billy Graham, seorang tokoh spiritual
Amerika mengatakan: "Keberanian itu menular, jika seorang pemberani
berdiri tegak, maka yang lainpun juga akan dikuatkan untuk ikut berdiri tegak.
Keberanian yang diperlihatkan oleh seorang pemimpin akan memotivasi dan membuat
orang lain ingin jadi pengikutnya. Ungkapan keberanian yang mendorong orang
lain untuk melakukan hal yang benar, dan berani untuk mengatakan yang benar.
Hal inilah yang sekarang langka di negeri kita.
Keberanian dibagi menjadi dua jenis: Keberanian Internal
dan Keberanian Eksternal. Ada pemimpin yang hanya memiliki salah satu keberanian
saja, namun ada pula pemimpin yang memiliki kedua jenis keberanian tersebut.
Tokoh-tokoh perjuangan kemerdakaan Republik Indonesia umumnya memiliki kedua
jenis keberanian tersebut (Johanes
Djohan, 2016):
Pertama Keberanian Internal; Yaitu keberanian untuk mendengarkan nurani dan
menjalankannya tanpa kompromi. Steven Covey menyebutnya sebagai inner
voice atau suara hati. Berdasarkan jenis keberanian ini digolongkan dua
jenis pemimpin: (1) Pemimpin konsensus adalah pemimpin yang menerima tugas
kepemimpinannya sebagai kewajiban saja. Mekanisme kepemimpinannya berprinsip
transaksional atau prinsip penawaran diri. Pemimpin melakukan tawar menawar
sehingga usaha, kerja, dan kinerja kepemimpinnya selalu di hubungkan dengan
seberapa besar hasil dan resiko yang ia peroleh. Pemimpin tipe ini akan lari
dari tanggung jawab jika ia menghadapi resiko atau bahaya. (2) Pemimpin Konsensus selalu memperhitungkan bobot
rasa aman kepemimpinan dibanding resiko yang harus dihadapi. Ia tidak berani
melawan arus besar, tidak berani mengambil sikap atau keputusan yang tidak
populer. Peter Drucker mengatakan DZ" Tugas utama pemimpin adalah
melakukan hal yang benar, bukan melakukan sesuatu dengan benar". Saat ini
Indonesia banyak memiliki pemimpin jenis ini. (3) Pemimpin kontributif;
Pemimpin kontributif yaitu pemimpin yang memiliki keberanian untuk mendengarkan
nuraninya sekaligus menjalankan nyaris tanpa konpromi. Ia berani dan mampu
melawan arus besar suara mayoritas, suara partai, bahkan otoritas yang lebih
tinggi , ia berani mengambil keputusan dan sikap yang penting dan benar
meskipun tidak populer. Indonesia
pernah memiliki pemimpin jenis kontributif ini dengan keinsanian yang indah
antara lain: Ki Hajar Dewantara. Bung
Hatta, Bung Sjahril, Hoegeng.
Kedua Keberanian
Eksternal; Suatu organisasi tidak
selalu berjalan dengan mulus dan nyaman. Terkadang ditemui hambatan-hambatan
dan tantangan-tantangan dimana pemimpin harus mengambil suatu keputusan yang
mengandung resiko. Hambatan dan tantangan tersebut bisa berasal dari luar
organisasi seperti perubahan peraturan peraturan pemerintah, kondisi ekonomi,
kondisi sosial, dsb. Bisa juga berasal dari dalam organisasi, seperti perubahan
struktur kepemilikan, konflik internal, dsb. Sebelum mengambil keputusan yang
beresiko, pemimpin yang bijak tentu menganalisa resiko yang mungkin terjadi. Seorang pemimpin
yang baik tidak selalu membuat pengikutnya ataupun pihak-pihak di luar
organisasi merasa senang.
Ada kalanya
pemimpin harus menghadapi orang orang yang menentang dia. Pemimpin sejati
berani menghadapi orang orang yang menentangnya bahkan yang brutal sekalipun.
Pemimpin yang memiliki keberanian seperti ini di sebut juga sebagai "Lincoln Type Leader". Ia
bahkan terkadang mati dibunuh seperti yang di alami mantan presiden Amerika Serikat
Abraham Lincoln yang memperjuangkan persamaan hak. Lee Kuan Yew juga termasuk
pemimpin tipe ini yang berhasil memimpin Singapura yang tadinya miskin, tidak
memiliki sumber alam, kas negara kosong, kotor, sering terjadi pertikaian antar
etnis, menjadi negara yang bersih, disiplin, jujur, tertib, makmur, dengan
penghasilan nomer tiga didunia, dan di hormati oleh bangsa bangsa lain. Lee
Kuan Yew mempimpin singapura dengan gaya otoriter yang cocok untuk penduduk
Singapura saat itu.
Sebenarnya bagi Umat Islam telah diajarkan melalui
keberanian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Berbagai bentuk keberanian
Rasulullah SAW., yang beliau tunjukkan dan tercatat dalam lembaran sejarah
adalah petunjuk penting bagi umatnya untuk diteladani dan dijadikan acuan
sekaligus point evaluasi dalam menghadapi tantangan dakwah di masa dan kondisi
sosial masing-masing Pertempuran Badar
Kubra. Perang Uhud; Perang Hunain; Keberanian Akal Rasulullah SAW.,
selain keberanian hati atau mental, juga memiliki keberanian akal. Keberanian
akal beliau tampak jelas ketika menghadapi kekerasan yang dilakukan Suhail bin
Amr ketika beliau sedang mendiktekan isi surat perjanjian Hudaibiyah.
Wallahu a’lam Bishowab.
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Founder tresnabhakti.org, pegiat Rumah
Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku:
Kepemimpinan Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi;
Manajemen Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan
Pendidikan; Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana
Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA,
MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan
Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun
1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan
pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70
mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna
Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kab. Ciamis Jawa Barat.
Korespondensi :(1) http://a.rusdiana.id (2) http://tresnabhakti.org/webprofil; (3) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators
(4) https://www.google.com/search?q=buku+ a.rusdiana +shopee&source (5)
https://play.google.com/store/books/author?id.