Penulis Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana
Oleh Ahmad Rusdiana
Kekuasaan dan taktik mempengaruhi orang lain, adalah dua hal yang sangat
penting untuk diketahui oleh pemimpin yang ingin berhasil, karena disadari atau
tidak disadari olehnya, ia selalu berhubungan dengan berbagai kekuasaan serta
kekuatan yang ada di dalam organisasinya, yang dapat mempengaruhi
keberhasilannya dalam memimpin organisasi tersebut mencapai tujuan. Adanya
kekuasaan di dalam organisasi, bisa merupakan suatu kekuatan/kelebihan namun
dapat pula merupakan suatu ancaman bagi organisasi. Dengan mengetahui
sumber-sumber kekuasaan, cara-cara untuk meningkatkan atau mengurangi
kekuasaan, dan taktik-taktik untuk mendapatkan kekuasaan, seorang pemimpin
dapat mengendalikan kekuasaan yang ada di dalam organisasinya, sehingga dapat
lebih efektif mengendalikan organisasi yang dipimpinnya.
Untuk bisa menggerakkan orang lain, maka pemimpin harus memiliki kekuasaan.
Tanpa kekuasaan maka pemimpin tidak bisa berbuat apa-apa. Kekuasaan berarti
kemampuan untuk menyuruh orang lain agar berbuat sesuatu atau tidak berbuat,
memeriksa, memutuskan, membuat agenda. Dakam Konteks pilar kepemimpinan Abad
21, 5K Johanes Djohan, (2016), menempatkan Kekuasaan pada urutan pertama (K-1).
Kekuasaan
mengandung suatu potensi/kemampuan yang belum tentu efektif jika dilaksanakan,
dan suatu hubungan ketergantungan. Bisa saja seseorang memiliki suatu kekuasaan
namun tidak digunakan oleh orang tersebut. Jadi kekuasaan merupakan suatu
kemampuan atau potensi yang tidak akan terjadi jika tidak digunakan oleh orang
yang memilikinya. Kekuasaan juga merupakan suatu fungsi ketergantungan. Semakin
besar ketergantungan Y kepada X, maka akan semakin besar kekuasaan X dalam
hubungan tersebut. Jadi ketergantungan didasarkan pada alternatif yang
dipersepsikan oleh Y dan pentingnya alternatif yang ditempatkan oleh Y untuk
dikendalikan oleh X. (Maria Merry Marianti, 2011).
Kipnis dan Schmidt (1982), adalah
peneliti yang pertama kali meneliti taktik-taktik yang biasa digunakan orang
untuk mempengaruhi orang lain. Berbagai alat ukur telah dibuat untuk meneliti
taktik mempengaruhi, dan salah satu yang terbaik adalah yang dibuat oleh Yukl
dkk, yaitu yang disebut Influence Behavior Questionnaire (Yukl, Lepsinger,
and Lucia, 1992). Hasil penelitian Yukl dkk, menunjukkan ada sembilan jenis
taktik yang biasa digunakan di dalam organisasi lebih efektif (Hughes et all,
2009), yaitu:
Pertama; Persuasi Rasional (Rational
Persuasion), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan
alasan yang logis dan bukti-bukti nyata agar orang lain tertarik.
Kedua; Daya-tarik Inspirasional (Inspirational Appeals), terjadi jika seseorang
mempen-garuhi orang lain dengan menggunakan suatu permintaan atau proposal
untuk membangkitkan antusiasme atau gairah pada orang lain. Misalnya dengan mem-berikan penjelasan yang menarik
tentang nilai-nilai yang diinginkan, kebutuhan, harapan, dan aspirasinya.
Ketiga; Konsultasi (Consultation), terjadi jika seseorang
mempengaruhi orang lain de-ngan mengajak dan melibatkan orang yang dijadikan
target untuk berpartisipasi dalam pembuatan suatu rencana atau perubahan yang
akan dilaksanakan.
Keempat; Mengucapkan kata-kata manis (Ingratiation), terjadi jika seseorang
mempen-garuhi orang lain dengan menggunakan kata-kata yang membahagiakan,
mem-berikan pujian, atau sikap bersahabat dalam memohon sesuatu.
Kelima;
Daya-tarik Pribadi (Personal Appeals), terjadi jika seseorang mempengaruhi
orang lain atau memintanya untuk melakukan sesuatu karena merupakan teman atau
karena dianggap loyal.
Keenam;
Pertukaran (Exchange), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan
memberikan sesuatu keuntungan tertentu kepada orang yang dijadikan target,
sebagai imbalan atas kemauannya mengikuti suatu permintaan tertentu.
Ketujuh; Koalisi
(Coalitions), terjadi jika seseorang meminta bantuan dan dukungan dari orang
lain untuk membujuk atau sebagai alasan agar orang yang dijadikan target
setuju.
Kedelapan; Tekanan
(Pressure), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan
ancaman, peringatan, atau permintaan yang berulang-ulang dalam meminta sesuatu.
Ksembilan; Mengesahkan (Legitimacy), terjadi jika seseorang
mempengaruhi orang lain de-ngan menggunakan jabatannya, kekuasaannya, atau
dengan mengatakan bahwa suatu permintaan adalah sesuai dengan kebijakan atau
aturan organisasi.
Anda akan lebih efektif jika mulainya
dengan taktik-taktik yang lebih lembut/halus (softer tactics), yang mendasarkan
diri pada personal power, seperti personal appeals, inspirational
appeals, rational persuasion dan consultation. Jika gagal, maka anda dapat
beralih pada taktik-taktik yang lebih keras (harder tactics), yang menekankan
kekuasaan formal dan melibatkan biaya dan risiko yang lebih besar (Robbins dan
Judge,2007).
Nye. Jr., Joseph S.(2008) dalam
tulisannya berjudul ”Soft Power, mix it with hard power”, mengatakan
bahwa kekuasaan halus (soft power) adalah kemampuan
mendapatkan apa yang anda inginkan dengan membuat orang tertarik, bukan dengan
paksaan atau uang.
Hal
yang menarik, adalah temuan yang menyatakan bahwa ”menggunakan suatu single
soft tactic adalah lebih efektif daripada menggunakan suatu single hard
tactic”, dan ”kombinasi dua soft tactics, atau suatu soft tactic
dan rational persuasion, adalah lebih efektif dari pada menggunakan suatu
single soft tactic atau suatu kombinasi dari hard tactics”
(Robbins dan Judge, 2007). Dalam kenyataan, biasanya orang
menggunakan beberapa taktik secara sekaligus. Misalnya seseorang menggunakan Ingratiation dikombinasikan
dengan Rational Persuasion dan Exchange atau Personal Appeals.
Taktik Kekuasaan dan Pengaruh, selalu ada dalam
organisasi manapun. Untuk menjadi efektif pemimpin atau manajer,
setiap pemimpin perlu mengetahui keduanya. Sebab kekuasaan, sumber-sumber kekuasaan,
jenis-jenis kekuasaan, cara menambah atau mengurangi kekuasaan, koalisi
(kekuasaan dalam kelompok), dan taktik pengaruh yang biasanya digunakan dalam
suatu organisasi. Arah taktik pengaruh bisa ke atas, ke samping,
atau ke bawah. Kekuatan dibedakan menjadi soft power dan hard power. Menggunakan soft-power
lebih efektif daripada hard-power. Untuk menjadi pemimpin yang efektif,
seorang pemimpin yang bijaksana akan menggunakan soft-power dan menghindari
penggunaan hard-power.
Wallahu A'lam Bishowab
Penulis:
Ahmad
Rusdiana, Founder
tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah
manajemen pendidikan; Penulis buku: Kepemimpinan Pendidikan; Kebijakan
Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi; Manajemen Risiko, Kewirausahaan Teori
dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan; Guru Besar Manajemen
Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi;
Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung
yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta
garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat
Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri
Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap
tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung.
Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket
A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag
Kecamatan Panawangan Kab. Ciamis Jawa
Barat. Korespondensi :(1) http://a.rusdiana.id (2)
http://tresnabhakti.org/webprofil; (3)
http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators (4)
https://www.google.com/search?q=buku+ a.rusdiana +shopee&source (5)
https://play.google.com/store/books/author?id.