Penulis: Ade Fathurahman
Ade Fathurahman
Oleh Ade Fathurahman
(SMANSA KOTA SUKABUMI)
Hanya berbekal kemampuan menyalakan lap top dan mengetikkan kata, walau
tanpa tema yang direncanakan, akhirnya bisa juga menghadirkan tulisan.
Alhamdulillah, meski dengan sangat sederhana dan keterbatasan. Karena ternyata,
baru pada penulisan kata terakhir dari kalimat pembuka muncul tema tulisan ini
yang kemudian diwakili oleh judul yang segera saya tulis di atas.
Tulisan ini hanya sebuah tulisan yang berisi kronologis berpikir dan
menulis yang saya lakukan saat ini. Dari beberapa tema yang biasanya didapatkan
dari hasil membuka status, sharing serta bewara-bewara di sosmed yang tadi saya
baca, terakumulasilah beberapa tema yang bisa saya hadirkan sebagai judul bagi
tulisan ini. Sayang, saking dinamisnya perubahan sosial yang terjadi saat ini, baik
di lingkup lokal, nasional, dan internasional, sejatinya memberikan saya ilham
untuk menghadirkan banyak tulisan, tapi menjadikan saya tajam dalam menulis.
Aneh juga, tiba-tiba muncul rasa takut, jika nanti malah saya menghabiskan
waktu di depan lap top, karena keinginan menulis yang meledak-ledak. Untuk
itulah, maka saya hadirkan judul di atas agar setidaknya saya tidak khawatir
menjadi seorang penulis yang meghabiskan waktunya di depan lap top di saat
beberapa pekerjaan yang tak kalah pentingnya memerlukan waktu luang saya untuk
menuntaskannya.
Lucu memang, kok ada perasaan takut keranjingan menulis, padahal dulu saya
pernah kesulitan untuk menulis. Wajar juga, karena dulu saat pertamakali
melek menulis dan terkooptasi gejala "perfectionis" sebagai dampak
dari kultur yang sebenarnya bagus dari perkuliahan yang trend-nya mengarahkan
kita untuk lebih konseptual dan sistematis. Bisa jadi, pengaruh tuntutan
sebagai seorang mediator pendidikan untuk menyajikan literasi yang runtut dan
terurai (sistematis) serta sumber literasi yang valid telah menjadi salah satu
penghambat kebiasaan menulis saya dan beberapa rekan guru (mediator
pendidikan).
Berbeda sekali dengan keadaan saya saat ini, saya menulis tanpa beban,
karena tak dituntut untuk memprtanggung-jawabkannya di depan dosen (saat
kuliah) ataupun Tim kurikulum (saat bekerja) yang akan memeriksa tulisan
saya dengan penuh ketelitian, hingga masalah teknis, lembar per-lembar.
Menulis, karena memang harus menulis dan yakin bahwa kegiatan ini akan
mengangsur waktu, sehingga dikemudian hari saya tidak terjebak untuk
menghabiskan waktu saya hanya untuk menulis. Saya menganggap menulis saat ini
hanyalah sebagai penelusuran jalan pikiran di saat-sat rehat dari aktivitas
keseharian.
Menulis di waktu sisa-sisa rehat inilah yang mnyebabkan saya tak fokus
pada permasalahan yang khusus, yang dikhawatirkan akan menjadikan urat syaraf
saya menegang. Sebagaimana umumnya tujuan rehat tidak lain untuk merenggangkan
urang syaraf yang terasa tegang dan kelelahan. Menulis waktu rehat dengan judul:
“Ketika Harus Menulis” yang sebelumnya terlihat tidak mengerucut pada satu
tujuan tertentu itu ternyata saya telah menjadikan saya fokus pada satu tujuan,
yakni saya harus menulis saat ini.
Saya harus menulis saat ini, tapi saya harus santai dan urat syaraf saya
tak boleh menegang karenanya. Saya harus menulis sambal tersenyum dan hati
riang gembira. Saya harus menulis tanpa tuntutan yang berlebihan, apakah
tulisan saya ini akan memuaskan pembaca atau tidak. Bahkan, samapai pada titik
kesiapan, apakah tulisan saya ini akan dibaca, oleh orang ataupun tidak. Cuma
saya tak bisa memungkiri bahwa ada terbetik dalam hati, saya akan merasa
bahagia, ketika minimal ada yang menoleh sekilas, karena kepenasarannya,
sehingga dia berpendapat, walau mungkin pendapatnya menyatakan bahwa tulisan
saya ini tidak penting. Pada akhirnya saya cukup puas, tatkala bagian layar
pojok kiri word ini tertulis “520 words”. Maka saya kira cukup saya menulis
sampai di sini. Selamat Beristirahat semoga kesehatan dan kebahagiaan bagi kita
semua. Salam Hormat. (542 words). #03072021