Penulis: Ninik Solihat
HGN 2021
Oleh
Ninik Solihat
(Guru
SMANI Cikembar)
Peran
guru dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sungguh besar dan sangat
menentukan. Sejak masa penjajahan, guru selalu menanamkan kesadaran akan harga
diri sebagai bangsa dan menanamkan semangat nasionalisme kepada peserta didik
dan masyarakat. Pada tahap awal kebangkitan nasional, para guru aktif dalam
organisasi pemuda pembela tanah air dan pembina jiwa serta semangat para pemuda
pelajar.
Guru
adalah sosok Pahlawan tanpa tanda jasa yang tak kenal lelah mencetak generasi
penerus sebagai pemimpin selanjutnya Bangsa Indonesia. Orang filsuf pernah
berkata, “Orang hebat bisa melahirkan beberapa karya bermutu, namun guru yang
bermutu dapat melahirkan ribuan orang-orang hebat” Guru adalah sumber kekuatan
yang dimiliki Bangsa Indonesia dalam memajukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
unggul.
Sebagaimana
kutipan di bawah ini:
“Kita
hitung berapa jumlah orang guru yang selamat dan masih hidup di antara
puing-puing reruntuhan negara kita. Amankan mereka sebab dengan merekalah
negara ini dapat bangkit dan berjaya lagi!” (Pidato Kaisar Hirohito setelah
Hiroshima dan Nagasaki dibom atom tahun 1945).
Apa
yang dikatakan Kaisar Jepang menandakan bahwa peranan guru sangat penting dalam
membangun sebuah bangsa yang bermartabat. Karena jasa gurulah anak-anak bangsa
menemukan jati diri yang sesungguhnya. Guru adalah pembangkit
hidup di saat anak-anak bangsa kehilangan arah dan tersesat dalam menjalani
kehidupan.
Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dengan demikian, guru merupakan salah satu faktor yang strategis dalam
menentukan keberhasilan pendidikan yang meletakkan dasar serta turut
mempersiapkan pengembangan potensi peserta didik untuk masa depan bangsa.
Sebagai
penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan
Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan tanggal 25 November selain sebagai HUT
PGRI juga sebagai Hari Guru Nasional. Untuk memperingati momentum yang berharga
ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah memberikan
berbagai apresiasi terhadap dedikasi guru.
Mengutip
laman gtkdikdas.kemdikbud.go.id, tema Hari Guru Nasional 2021 adalah “Bergerak dengan Hati,
Pulihkan Pendidikan.”
Tema
tersebut memang sangat sesuai dengan kondisi saat ini. Di mana perjuangan para
guru sebagai tenaga pendidik menghadapi tantangan yang semakin berat, dengan
adanya pandemi covid-19 yang masih belum berakhir. Sejak awal pandemi, terjadi
perubahan besar dalam dunia pendidikan, terutama pada pelaksanaan proses
belajar mengajar. Seiring berjalannya waktu, kini situasi mulai membaik setelah
berbagai upaya dilakukan. Dunia pendidikan sudah mulai berjalan secara tatap
muka walaupun masih terbatas.
Adapun
makna dari tema Hari Guru Nasional 2021 yang diusung, “Bergerak dengan Hati,
Pulihkan Pendidikan” diharapakan dapat menjadi acuan para pendidik dalam
mengarahkan peserta didiknya menjadi pemuda dan pemudi yang memahami
perkembangan zaman.
Sedangkan
bergerak dengan hati, bermakna membawa siswa mengetahui lebih banyak ilmu
pengetahuan dengan empati yang tinggi, agar mereka bisa menyerap ilmu
pengetahuan dengan baik.
Makna
kata pulihkan pendidikan menjadi kunci hari Guru Nasional kali ini. Setelah
dengan keadaan sebelumnya banyak murid mengalami kesulitan untuk mendapatkan
pembelajaran jarak jauh.
Pandemi Menginspirasi Guru Bangkit
Berinovasi dalam Pembelajaran
Pandemi
yang membatasi pergerakan manusia dan mengurangi, bahkan meniadakan aktivitas
pertemuan dengan jumlah orang yang banyak, menyebabkan kegiatan belajar
mengajar di sekolah tak dapat lagi dilaksanakan.
Pertemuan
Tatap Muka (PTM) dikurangi bahkan ditiadakan. Keadaan ini tentu saja berpotensi
menyebabkan terganggunya proses pendidikan yang mengancam masa depan para
pelajar sebagai generasi penerus bangsa.
Tidak semua guru telah terbiasa menggunakan teknologi
pembelajaran online. Dalam keadaan
sulit, para guru tidak berputus asa. Mereka yang tadinya tidak familiar, mau
tak mau harus bersedia mempelajari cara-cara mengajar online. Butuh waktu, kesabaran, tenaga bahkan biaya dalam
prosesnya.
Bahkan
ada guru yang telah berusia lanjut, di mana kebanyakan teknologi bukanlah
sahabat terbaik mereka. Namun sekali lagi, hati ikhlas mereka mendorong
semangat untuk berusaha mempelajari berbagai hal baru. Mulai dari mengajar
dengan aneka sarana pertemuan online,
sampai pada upaya mempersiapkan bahan ajar yang lebih sesuai.
PTM Terbatas Sebagai Awal Pemulihan Pembelajaran
Kini,
situasi sudah menjadi lebih baik, sekolah dapat memfasilitasi murid-murid untuk
mendapatkan pendidikan sebagai bekal kehidupan.
Berdasarkan
laman ditpsd.kemdikbud.go.id, saat
ini strategi pendidikan di era pasca pandemi juga menyesuaikan dengan kebutuhan
dan bertransformasi dengan teknologi.
Guru
memiliki tugas yang cukup berat dalam menjalankan perannya untuk terus
mencerdaskan kehidupan bangsa. Terlebih di masa Pandemi Covid-19 saat ini,
peran guru dalam mengawal pendidikan menjadi pilar utama dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Perjuangan dan Semangat Guru di
Tengah Pandemi
Seperti
kita ketahui, kegiatan belajar mengajar selama 2 tahun terakhir menggunakan
sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Maka
dari itu, Kemendikbud memberikan apresiasi terhadap seluruh guru dan tenaga
pendidik yang berjasa dalam mengatasi learning
loss akibat pandemi Covid-19.
Para
guru hendaknya bertekad untuk mengajak dan menggerakkan rekan guru lainnya agar
memiliki prinsip yang sama, menomorsatukan murid dalam setiap keputusannya
sebagai pendidik. Perubahan pola pikir yang paling mengesankan dari semuanya
adalah terlihat sebuah perubahan pola pikir guru-guru. Hal ini merupakan salah
satu program terobosan Merdeka Belajar. Guru-guru ini bertransformasi menjadi
pemecah masalah. Jika ada masalah, mereka cenderung memikirkan apa solusi yang
bisa dilakukan. Mereka tidak berhenti pada keluh kesah dan perasaan tidak
berdaya. Mereka bersikap positif, tidak hilang akal. Ibarat pepatah, tidak ada
rotan, akar pun jadi. Mereka memiliki keyakinan diri, kemauan kuat untuk terus
belajar, daya juang (resilience), dan
semangat berkolaborasi. Mereka tidak merasa sendirian, saling membantu satu dan
lainnya.
Semangat
belajar dan berbagi Sebuah transformasi fundamental saat ini sedang terjadi
diantara para guru seluruh Indonesia. Kini, jutaan guru lainnya sedang
bertransformasi dalam masa pandemi ini. Karena dipaksa oleh keadaan, guru
melakukan adaptasi pembelajaran. Mereka mulai bereksperimentasi dengan
menggunakan teknologi. Pemulihan pembelajaran sedang terjadi di sekolah setelah
melalui pembelajaran di masa pandemi yang berkepanjangan. Budaya belajar
semakin menguat diantara para guru Indonesia selama pandemi. Misalnya dalam
platform belajar bernama Guru Belajar dan Berbagi yang dikembangkan
Kemendikbudristek. Dalam platform ini guru-guru dari berbagai mata pelajaran
dan jenjang dapat mengikuti berbagai program belajar mandiri
secara gratis. Platform ini juga membuka ruang kolaborasi pemerintah, guru,
komunitas, dan penggerak pendidikan untuk bergotong royong berbagi ide dan
praktik baik.
Transformasi "Guru Merdeka
Belajar”
Merdeka Belajar sesungguhnya merupakan filosofi kebijakan
pendidikan yang berpijak pada filosofi Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar
Dewantara. Nilai utama seorang guru tersirat dalam semboyan beliau, yaitu Ing
ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Guru sejatinya
adalah seorang teladan, yang senantiasa membangkitkan semangat dan menguatkan
kemauan, dan mendorong kemandirian dan kemerdekaan muridnya. Dari filosofi Ki
Hajar Dewantara, kita bisa mencermati tiga ciri utama guru yang baik.
Pertama, guru harus memandang anak dengan rasa hormat. Inilah nilai
yang paling fundamental seorang guru. Setiap anak memiliki keunikan
masing-masing. Bahkan dua anak kembar pun memiliki ciri khasnya
sendiri-sendiri. Ki Hajar menganalogikan pendidik seperti petani, dan murid
seperti bibit yang dirawat oleh petani tersebut. Jika petani mendapat bibit
padi, maka ia harus menumbuhkan bibit tersebut menjadi padi. Tidaklah realistis
mengharapkan bibit padi tumbuh menjadi jagung. Itu berarti berlawanan dengan
kodrat penciptaan padi. Selain itu, sang petani harus menumbuhkan padi sesuai
dengan ilmu perawatan padi. Janganlah merawat padi dengan ilmu merawat jagung.
Maka padi tidak akan dapat tumbuh dengan sempurna. Karena itu, guru yang baik
harus mampu memahami karakteristik dan keunikan setiap muridnya sehingga dapat
menumbuhkembangkannya sesuai dengan kodratnya sang murid.
Kedua, guru perlu mendidik murid dengan holistik. Dalam bahasanya
Ki Hajar, pendidikan yang holistik tersebut adalah pendidikan yang menjaga
keseimbangan olah cipta, olah rasa, olah karsa, dan olah raga. Pendidikan
hendaknya bertujuan untuk menajamkan pikiran, menghaluskan perasaan, menguatkan
kemauan dan menyehatkan jasmani. Menurut Ki Hajar, keseimbangan proses
pendidikan yang holistik akan menghasilkan manusia-manusia yang penuh
kebijaksanaan.
Ketiga, guru perlu mendidik murid secara relevan sesuai dengan
kodrat keadaannya. Selain kodrat alam kebudayaan dan kebangsaaannya, guru
haruslah mendidik murid sesuai dengan kodrat zamannya. Kodrat zaman kita adalah
revolusi teknologi digital di semua sektor, atau yang dinamakan revolusi
industri 4.0 yang terus bergerak maju dengan sangat cepat. Kita juga sedang
dihadapkan pada krisis pandemi global Covid-19 yang telah dan akan terus
memengaruhi berbagai dimensi kemasyarakatan kita. Karena itu kodrat keadaan,
baik kodrat alam dan kodrat zaman, harus terus disikapi secara arif dan aktif
oleh guru dari waktu ke waktu. Guru adalah profesi yang mulia dan terhormat.
Pembenahan tata kelola guru perlu segera diwujudkan agar semua guru mendapatkan
kesejahteraan dan kondisi kerja yang layak.
Pandemi
tidak menyurutkan semangat guru, tapi justru menyalakan obor perubahan.
Guru-guru se-Indonesia berharap agar mendapat kesempatan yang adil untuk
mencapai kesejahteraan. Para guru juga menginginkan akses teknologi dan
pelatihan yang relevan dan praktis.
Semoga dengan adanya program Merdeka Belajar bisa menjadi
sebuah gerakan masif yang dapat melahirkan ribuan inovasi pembelajaran. Dengan
sosok guru yang punya keberanian untuk melangkah ke depan menuju satu tujuan
utama, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selamat
Hari Guru, semoga kita dapat melaksanakan Amanah!