Penulis Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana
SUKSES tidaknya sebuah organisasi sangat tergantung pada Pengaruh pemimpinnya,
dalam teori kepemimpinan mengacu pada kemampuan seseorang untuk memengaruhi dan
mengarahkan perilaku, sikap, dan tindakan bawahannya. Dalam konteks ini,
pengaruh dapat berasal dari faktor, keahlian, pengalaman, karakter, dan
komunikasi seseorang.
Pengaruh ketauladanan Nabi,
antara lain, karena ia mampu menghadapi berbagai masalah yang dihadapi secara
praktis, realistis, tanpa kehilangan keseimbangan, idealisme dan tanpa surut
dari sebuah misi. Itulah sebabnya Michael H. Hart, dalam bukunya
“Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah Umat Manusia”, menempatkan
Nabi Muhammad Saw sebagai tokoh Nomor Satu yang paling berpengaruh dalam
sejarah kehidupan manusia.
Strategi Rasulullah dalam
mengatasi krisis yang paling ampuh ialah selalui memulai dari diri sendiri. Prinsip
ini tertuang dalam hadits singkat: ???? ????? (mulailah dari
diri sendiri).
Strategi
mengatasi krisis model ini cukup berhasil tidak terlepas dari beberapa faktor,
antara lain:
Pertama, kualitas
moral-personal yang prima, yang dapat disederhanakan menjadi empat sebagai
sifat wajib bagi Rasul, yakni: siddiq, amanah, tabligh, fahtanah: (jujur,
dapat dipercaya, menyampaikan apa adanya, dan cerdas). Keempat sifat ini
membentuk dasar keyakinan umat Islam tentang kepribadian Rasul saw. Kehidupan
Muhammad sejak awal hingga akhir memang senantiasa dihiasi oleh sifat-sifat
mulia ini. Bahkan sebelum diangkat menjadi Rasul, ia telah memperoleh gelar
al-Amin. Pentingnya kualitas moral yang prima ini kembali ia tekankan setelah
menjadi utusan Tuhan dalam haditsnya: "Dari Abu Hurairah, Rasul saw.
bersabda: "Sesungguhnya aku diutus guna menyempurnakan kebaikan akhlak".
(H.R.Ahmad,8595).
Kedua, Integritas.
Integritas menjadi bagian penting dari kepribadian Rasul Saw. yang telah
membuatnya berhasil dalam mencapai tujuan risalahnya. Integritas personalnya
sedemikian kuat sehingga tak ada yang bisa mengalihkannya dari apapun yang
menjadi tujuannya. Ketika dakwahnya sudah mulai dianggap sebagai gangguan
serius oleh masyarakat Makkah, para pemukanya mencoba membujuk Muhammad untuk
berhenti. Namun ia dengan tegas menolak setiap bujukan tersebut. Puncaknya
adalah ketika kepadanya ditawarkan kedudukan yang tinggi dalam sistem
masyarakat Makkah serta sejumlah besar kekayaan material. Pada lazimnya kedua
tawaran tersebut akan membuat orang goyah pendiriannya. Tetapi tidak demikian
halnya dengan Rasul saw.
Ketiga, kesamaan di depan hukum. Prinsip kesetaraan di depan hukum
merupakan salah satu dasar terpenting manajemen Rasul saw. Menanggapi sebuah
masyarakat yang memberlakukan hukuman potong tangan kepada pencuri dari kelas
bawah, tetapi tidak menerapkannya kepada pencuri dari kalangan atas, Rasul saw.
dengan tegas bersabda:" Demi Allah, kalau sekiranya Fathimah binti
Muhammad mencuri, maka aku sendiri yang akan memotong tangannya"
(H.R.Bukhari, 3216)
Keempat, Penerapan pola hubungan egaliter dan akrab. Salah satu
fakta menarik tentang nilai-nilai manajerial kepemimpinan Rasul saw. adalah
penggunaan konsep sahabat (bukan murid, staff, pembantu, anak buah, anggota,
rakyat, atau hamba) untuk menggambarkan pola hubungan antara beliau sebagai
pemimpin dengan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya. Sahabat dengan jelas mengandung makna
kedekatan dan keakraban serta kesetaraan. Berbeda dengan, misalnya, murid,
staff, atau pengikut yang kesemuanya berkonotasi tingkatan tinggi-rendah.
Sahabat lebih bermuatan kerjasama dua arah, saling melengkapi dan saling
menyempurnakan. Sahabat terasa sedemikian dekat, seolah tanpa jarak.
Kelima, kecakapan membaca kondisi dan merancang strategi. Keberhasilan
Muhammad saw. sebagai seorang pemimpin tak lepas dari kecakapannya membaca
situasi dan kondisi yang dihadapinya, serta merancang strategi yang sesuai
untuk diterapkan. Model dakwah rahasia yang diterapkan selama periode Makkah
kemudian dirubah menjadi model terbuka setelah di Madinah, mengikuti keadaan
lapangan. Keberhasilan Rasul saw. dan para sahabatnya dalam perang Badr
jelas-jelas berkaitan dengan penerapan sebuah strategi yang jitu. Demikian pun
peristiwa pahit perang Uhud, adalah saksi kegagalan dalam menerapkan strategi
yang sesungguhnya sudah tersusun rapi dan rinci.
Keenam, tidak mengambil kesempatan dari kedudukan. Jabatan sebagai pemimpin
bukanlah sebuah mesin untuk memperkaya diri. Sikap inilah yang membuat para
sahabat rela memberikan semuanya untuk perjuangan tanpa perduli dengan
kekayaannya, sebab mereka tidak pernah melihat Rasul saw. mencoba memperkaya
diri. Kesederhanaan menjadi trade mark kepemimpinan Rasul saw. yang
mengingatkan kita pada sebuah kisah tentang Umar ibn al-Khattab.
Ketujuh, visioner–futuristic. seorang pemimpin yang visioner, berfikir demi
masa depan (sustainable). Meski tidak mungkin merumuskan alur argumentasi yang
digunakan olehnya, tetapi banyak hadits Rasul saw. yang dimulai dengan kata
‘akan datang suatu masa…’, lalu diikuti sebuah deskripsi berkenaan dengan
persoalan tertentu. Berikut adalah beberapa contoh hadits futuristik:"Akan
datang satu masa ketika orang tak perduli lagi dengan cara apa ia mendapatkan
harta, dengan halal atau haram". (H.R.Bukhari,1941). Lalu:"Demi Tuhan
yang menguasai jiwaku, akan datang satu masa ketika seorang pembunuh tak tahu
lagi kenapa ia membunuh, dan orang yang terbunuh tak tahu kenapa ia dibunuh".
(H.R.Muslim,5177)."Manusia akan mencapai suatu masa ketika suatu waktu
mereka berdiri (untuk shalat) dan tak menemukan seorang yang bisa menjadi imam".(H.R.Ibn
Majah,972)
Kedelapan, menjadi prototipe bagi seluruh prinsip dan
ajarannya. Pribadi Rasul Saw. benar-benar mengandung cita-cita dan
sekaligus proses panjang upaya pencapaian cita-cita tersebut. Beliau adalah
personifikasi dari misinya. Oleh karena itu ia dengan mudah dimengerti dan
dengan berhasil menggerakkan masyarakatnya untuk sama-sama berupaya keras
mencapai tujuan bersama.
Selaku umat Islam, merupakan kewajiban untuk mengikuti, mencontoh dan menteladani semua perilaku terpuji rasulullah yang lebih dikenal dengan istilah akhlakul karimah.
Walahu A'lam Bishowab.
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti,
Pengampu mata kuliah manajemen Kewirausahaan pendidikan; Penulis buku:
Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen. Manajemen Kewirausahaan Pendidikan;
Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik,
Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al
Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs,
sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan
Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan
sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan
asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama
Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007
di Desa Cinyasag Kec.n. Panawangan Kab.Ciamis Jabar. Karya lengkap dapat
diakses melalui: https:(1)//a.rusdiana.id(2)http://tresnabhakti.org/webprofil
(3)http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators
(4) https://www.google.com/search?q=buku+ a.rusdiana +shopee&source (5)
https://play.google.com/store/books/author?id.