Penulis Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana
Tidak dapat
dipungkiri lagi, selama ini banyak hal yang dapat berubah dengan tanpa diduga. Semisal
perubahan kebijakan pemerintah, serta jumlah kasus yang yang bisa naik secara
drastis dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan kita sehari-hari. Situasi
seperti ini biasanya digambarkan dengan akronim VUCA yang telah digunakan sejak
tahun 1978. Akronim ini disingkat dari empat kata dalam bahasa inggris yaitu: Volatility
yang artinya perubahan yang tidak menentu, Uncertainty yang artinya
ketidakpastian, Complexity yang berarti rumit, dan Ambiguity yang
artinya ambigu. (baca: http://beritadisdik.com/news/kaji/mengenal-dunia-volatility).
Dalam buku Leaders
Make the Future: Ten New Leadership Skills for Uncertain World, Robert
Johansen (Manders, Kenneth, 2014), mengusulkan bahwa dalam situasi seperti ini,
seorang pemimpin bisa menangkal VUCA dengan VUCA. Namun VUCA yang kedua ini
berasal dari Vision, Understanding, Clarity, Agility; ditunjukan pada
karakteristik pemimpin: Vision: untuk menghadapi situasi yang
tidak menentu, seorang pemimpin perlu memiliki vision atau visi. Dengan
memiliki visi, akan memproyeksikan diri ke masa depan sehingga tidak terperangkap
dalam kekhawatiran saat ini; Understanding atau dapat mengatasi sebuah
ketidakpastian. Perlu memahami masalah yang dihadapi untuk mencari solusi
terhadap masalah tersebut. Selain itu, juga perlu mengerti kemampuan diri untuk
mengetahui cara yang sesuai dengan dirimu dalam menyelesaikan masalah. Clarity;
dalam menghadapi kerumitan, seorang pemimpin perlu memiliki clarity atau
kejelasan. Dalam hal ini, perlu mencari
langkah yang jelas untuk mencapai visi mu sehingga tidak kewalahan saat mulai
berjalan. Agility; ketika terjadi sebuah keraguan, seorang
pemimpin perlu agility atau ketangkasan. Banyak hal yang berjalan tidak
sesuai dengan rencana. Namun jika tangkas dan mampu membangkitkan semangat,
akan tetap tetap membuat kemajuan saat mencapai tujuan.
Berikut adalah
beberapa ide yang dapat membantu untuk beradaptasi di tengah badai VUCA yang
menerjang situasi sekarang, antara lain:
Pertama: Hadapi
Volatility (Pergejolakan) dengan Fleksibilitas: Kita semua tahu apa rasanya memiliki pasar saham
yang fluktuatif. Kita mengalami penurunan yang tak terduga dan ekonomi
yang tidak stabil. Ini sangat meresahkan. Cara yang tepat untuk beradaptasi
dengan pergejolakan ini adalah dengan fleksibilitas. Harus memiliki dan
mengasah kemampuan agar menjadi seorang yang fleksibel dan mudah beradaptasi
dengan situasi yang berbeda. Ketika menjadi seorang yang fleksibel, tidak kaku,
mengikuti pergejolakan yang terjadi saat ini bukanlah hal sulit. Jangan lagi mempertahankan pendirian dan
menerapkan konsep lama, jadilah fleksibel.
Kedua: Beralih
dari Uncertainty (Ketidakpastian) ke Memahami; Reaksi umum terhadap ketidakpastian adalah
ketakutan, yang biasanya mengarah pada perlawanan. Di era digital saat ini,
teknologi adalah pertahanan utama untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran.
Ini dapat dilakukan dalam banyak cara termasuk melalui dasbor bersama, alat
kolaborasi online, pesan instan sederhana, komunikasi SMS atau aplikasi
lainnya. Cobalah untuk membuat komunitas pembelajaran online sebagai forum bagi
karyawan untuk saling belajar. Ini dapat meningkatkan kesadaran karyawan
tentang hal yang sedang menjadi tren dan hal yang tidak diketahui yang dapat
membantu mengurangi rasa takut dan bahkan stres. Jadikan teknologi menjadi
sebuah sarana yang justru membantu untuk menambah wawasan dan pikiran yang
terbuka tentang keadaan di jaman sekarang. Jangan menolak perkembangan
teknologi. Dengan teknologi, bisa mencari tahu dan menggali hal-hal yang Anda
perlukan.
Ketiga: Atasi Complexity (Kompleksitas) dengan
Membangun Koneksi; Buat koneksi langsung dengan setiap orang
di seluruh organisasi untuk menghindari protokol hierarki yang rumit. Hapus
hambatan dan buat koneksi untuk membina lebih banyak koneksi langsung dan
instan. Dengan cara ini, setiap kita menjadi lebih mudah untuk berbagi
informasi berharga, menemukan jawaban, dan mendapatkan bantuan dan saran dari
orang-orang yang mampu memberikan jawaban. Apalagi di dunia kerja, setiap orang
memiliki peluang untuk menemukan hal baru dari bidangnya sendiri bahkan dari bidang
lainnya. Ketika sistem ini diterapkan, secara tidak langsung sedang membangun
kompetensi organisasi yang dibutuhkan dalam mengatasi masalah yang kompleks.
Keempat: Atasi
Ambiguity (Ambiguitas) dengan
Agility (Kelincahan); Ambiguitas
adalah keadaan yang didalamnya tergantung penafsiran yang berbeda. Setiap orang memiliki penafsiran yang
berbeda tentang suatu hal. Perbedaan penafsiran ini sering kali menimbulkan
kekacauan. Bagaimana kekacauan ini dapat diatasi? Jika seorang sedang pemimpin, tetaplah fokus dan menjadi teladan bagi karyawan
dalam memimpin dan menavigasi. Bangun perubahan dengan menyadari kondisi
kesiapan organisasi setiap saat. Gunakan survei untuk menilai kesiapan
perubahan dan belajar bagaimana itu akan berdampak pada karyawan. Letakkan
sasaran yang melebar, buat itu menyenangkan, dan beri penghargaan kepada
karyawan yang telah mengerjakannya.
Itulah 4 cara untuk beradaptasi dengan VUCA. VUCA memang terlihat seperti roller
coaster yang dapat membawa yang lainnya berputar di atas dan di bawah.
Pastikan bahwa tetap menjadi fleksibel, memahami keadaan, membangun koneksi
serta memiliki kelincahan.
Keterampilan kepemimpinan tidak boleh dilihat sebagai karakteristik atau
atribut pemimpin atau kepribadian pemimpin, tetapi sebagai karakteristik atau
atribut kepemimpinan dilihat dari proses itu sendiri. Keterampilan
kepemimpinan tidak dapat dilihat sepenuhnya secara absolut. Mereka harus dianalisis
dalam kerangka acuan relatif dari hubungan pemimpin-pengikut.” Aturan
kepemimpinan yang bekerja dengan baik di masa lalu tidak dapat diekstrapolasi
hingga saat ini. Jenis pemimpin 'direktif' yang mengharapkan perintah mereka dipatuhi tanpa
kata perbedaan pendapat tidak dapat berfungsi di dunia VUCA. Bukankah? Di antara tugas pokok manusia di bumi
adalah sebagai khalifah. Hal ini secara tegas disebutkan dalam firman
Allah: “....Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan
menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan
nama-Mu?...” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.” (QS. Al-Baqarah: [2]:30).
Untuk bertahan dan berkembang dalam peran kepemimpinan, dan untuk berhasil
muncul sebagai pemenang di era kekacauan dan
kompleksitas ini, para pemimpin tidak hanya harus berkomitmen pada
toleransi terhadap kekacauan dan tetapi juga terus menyesuaikan diri, yang
menjadi semakin tak terelakkan dalam etos kerja dunia pada umumnya.
Wallahu'Alam Bishowab.
__________________
*) Tulisan ini
merupakan Penguatan wawasan kepemimpinan dalam mendukung "Ingin Jadi
Manajer Kewirausahaan Sukses?"
Penulis:
Ahmad
Rusdiana, Pegiat
Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah Manajemen Strategis Penulis
buku: Manajemen Risiko; Manajemen Kewirausahaan pendidikan; Manajemen
Strategis; Manajemen Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan
Pendidikan; Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana
Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA,
MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan
Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun
1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan
pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa
di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Pegiat Rumah Baca Tresna
Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten.
Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: (1)
http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2) https://www.google.com/search?
q=buku+ a.rusdiana+shopee&source (3) https://play.google.com/store/ books/ author?id.