Penulis Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana
RAMADHAN bagi umat Islam merupakan bulan menempa dan melatih diri
untuk menahan segala hawa nafsu, jangankan yang haram seperti mencuri, menipu
dan sebagainya yang halal saja dilarang oleh Allah SWT sementara waktu, seperti
makan, minum dan berhubungan seks bagi yang sudah menikah sampai waktu yang
ditentukan. Diibarkan
ramadhan dengan perintah melakukan ibadah puasa, seperti sebuah fase menaiki
sebuah gunung, ada 3 titik dalam pendakian menuju puncak ketakwaan. Titik
awal mendaki yang penuh dengan perjuangan, titik tengah semakin terasa lelahnya
dan ujian terberat ada pada titik terakhir terkadang pada tahap ini banyak
orang menyerah padahal disitulah puncak kebahagian.
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa dari sisi keutamaannya bulan Ramadhan
dibagi menjadi tiga tahap. Sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Salman Al
Farisi: “Adalah bulan Ramadhan, awalnya rahmat, pertengahannya
maghfiroh dan akhirnya pembebasan dari api neraka.” Lengkapnya, yaitu: Sepuluh hari pertama
diperolehnya kasih sayang Allah swt (rohmah); Sepuluh hari kedua Kemudian
ampunan-Nya (maghfirah) dan hari ketiga (terakhir) terbebasnya mereka yang
berpuasa Ramadhan dari siksa api neraka (Itqun minannaar).
Pertama: Sepuluh (10)
hari pertama adalah fase rahmat; Ini fase yang berat. Menghadapi fase perubahan kebiasaan
diri. Ini sebagai ujian terberat dalam mencapai suatu ketaqwaan, namun
paling banyak mendapatkan pahala. Banyak persoalan yang harus dihadapi dengan
proses beradaptasi atau penyesuaian. Siapa yang mampu melewati ini? hanya orang
yang benar-benar sabar dan niat beribadahlah yang mampu melewatinya,”
Menghadapi fase perubahan kebiasaan diri. Ini sebagai ujian terberat
dalam mencapai suatu ketaqwaan, namun paling banyak mendapatkan pahala.
Pada fase ini dibukakan pintu rahmat yang seluas-luasnya. Jadi kita harus
berlomba-lomba berbuat kebaikan.
Allah Swt memiliki sifat Rahman dan Rahim. Sifat rahman Allah Swt itu diberikan di dunia kepada siapapun tanpa pandang
bulu. Kepada manusia, hewan, jin, setan, orang muslim maupun kafir semuanya
diberi kesempatan untuk menikmati kehidupan di dunia. Siapapun mereka di dunia
ini apakah muslim-non muslim, ahli ibadah atau ahli maksiyat jika pandai dalam
urusan di dunia mereka akan mendapat rahmat Allah swt dengan menikmati
kehidupan di dunia.
Sifat Rahim Allah Swt khusus
diberikan di akhirat nanti bagi siapa yang beriman dan bertakwa kepada-Nya,
yaitu berupa kenikmatan masuk surga dan terbebas dari neraka. Bagi mereka yang
menjalankan ibadah puasa dengan keimanan kerelaan semata-mata karena Allah Swt
dipastikan memperoleh rahmat Allah Swt, yaitu berupa pahala yang tanpa batas,
dan hanya Allah Swt yang akan membalasnya. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad saw:
“Semua amalan anak Adam untuknya dan dilipat gandakan setiap satu kebaikan
(dianggap) sepuluh kali kebaikan tersebut dan dilipat gandakan menjadi 700
kali. Allah Swt berfirman: Kecuali puasa, karena amalan itu untuk-Ku dan Aku
yang akan membalasnya. (disebabkan) meninggalkan sahwatnya dan makanannya demi
Aku.” (HR. Muslim).
Kedua: Sepuluh (10) hari kedua adalah fase
maghfiroh (ampunan); Nabi
Muhammad SAW menyampaikan, di 10 hari kedua Ramadhan supaya kita mengejar
ampunan dari Allah SWT. Maghfiroh
itu diberikan khusus di waktu tersebut demi keselamatan orang yang berpuasa
dari dosa-dosa yang telah dilakukannya sebagai bentuk kasih sayang Allah, yakni
rahmat dan kasih sayang yang Allah SWT berikan kepada hamba-hamba
Pilihan-Nya.
Yakinlah betapa dahsyatnya
ampunan Allah Swt bagi hamba-hamba-Nya, maka seharusnya kita lebih bersemangat
lagi untuk menjemputnya dan jangan sampai terlintas dalam benak pikiran untuk
berputus asa. Sikap putus asa ini adalah sifat orang-orang kafir dan sesat.
Firman Allah Swt: “.........Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat
Rabb-Nya, kecuali orang-orang yang sesat.” (QS al-Hijr: 55-56).
Salah satu Rahmat dan kasih
sayang Allah SWT yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang puasa dengan Iman
dan taqwa, yaitu disediakan salah satu pintu masuk ke dalam surga yang tidak
dilalui oleh siapapun kecuali para ahli puasa. Ada keutamaan yang berlimpah
diberikan oleh Allah SWT pada 10 hari pertama bulan Ramadhan. Pada fase ini
dibukakan pintu rahmat yang seluas-luasnya. Jadi kita harus berlomba-lomba
berbuat kebaikan.
Ketiga: Sepuluh (10)
hari akhir Ramadhan sebagai fase pembebasan dari api neraka. Sepuluh terakhir ini merupakan
penutupan bulan Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada
penutupannya atau akhirnya. Kesempatan yang tepat untuk merivieu lagi
jalan hidup kita, tentang apa yang telah kita perbuat untuk masa depan kita di
kemudian hari (di dunia) maupun hari kemudian (di akhirat). Apakah jalan hidup
kita sudah lurus sebagaimana yang selalu kita mohonkan setiap kali sholat, Ihdinasshirootol
mustaqim, tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan istiqamah? Atau hidup
kehidupan kita masih ‘zig-zag’, belak-belok tak tahu arah, dan masih bersahabat
dengan segala dosa dan maksiyat.
Seperti disebutkan dalam Al-Qur’an: “Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat
Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat
mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan
mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui”. (QS. Ali
'Imran[3]:135). Sepuluh terakhir ini merupakan evaluasi/penutupan bulan
Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada penutupannya atau
akhirnya.
Mudah-mudahan pada Ramadhan
tahun ini kita bisa diberikan kekuatan dalam menjalaninya dan kita bisa
tergolong sebagai hambanya yang muttaqin sebagaimana dengan tujuan dan
hakekat puasa untuk mendapat rahmat, maghfiroh dan pembebasan dari api neraka.
Wallahu A'lam Bishowab
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Founder tresnabhakti.org, pegiat Rumah
Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah
Ramadhan, Kepemimpinan Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi
Organisasi; Manajemen Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen
Kewirausahaan Pendidikan dll. (tidak kurang dari 50 buku& 30 Jurnal). Guru
Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti,
dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah
Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak
tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan
Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan
sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan
asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama
Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007
di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan
Kab. Ciamis Jawa Barat. Korespondensi :(1) http://a.rusdiana.id (2)
http://tresnabhakti.org/webprofil; (3)
http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators (4) https://www.google.com/search? q=buku
+a.rusdiana+shopee&source (5) https://play.google.com/store/books/ author?id.