Penulis: A. Rusdiana
A. Rusdiana
Oleh A. Rusdiana
SILATURAHMI merupakan salah satu agenda utama
pada momen Idul Fitri atau Lebaran untuk masyarakat dalam tradisi Muslim di
Indonesia. Selain agenda utama, silaturahmi secara syariat juga merupakan
amalan utama karena mampu menyambungkan apa-apa yang tadinya putus dalam relasi
hablum minannas atau hubungan sesama
manusia. Sabda Rasulullah SAW:“Bukanlah
bersilaturhmi orang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi yang
bersilaturahmi adalah yang menyambung apa yang putus.” (HR Bukhari).
Dari Sabda Nabi Muhammad
tersebut, jelas termaktub bahwa silaturahmi
menyambung apa yang telah putus dalam hubungan hablum minannas. Manusia
tidak terlepas dari dosa maupun kesalahan sehingga menyebabkan putusnya
hubungan. Di titik inilah silaturahmi mempunyai peran penting dalam menyambung
kembali apa-apa yang telah putus tersebut.
Quraish Shihab menjelaskan arti
silaturahmi ditinjau dari sisi bahasa, silaturrahim
adalah kata majemuk yang terambil dari kata bahasa Arab, shilat dan rahim. Kata
shilat berakar dari kata washl yang
berarti menyambung dan menghimpun. Ini berarti hanya yang putus dan terserak
yang dituju oleh kata shilat itu. Sedangkan kata rahim pada mulanya berarti kasih sayang, kemudian berkembang
sehingga berarti pula peranakan (kandungan).
Arti ini mengandung makna bahwa
karena anak yang dikandung selalu mendapatkan curahan kasih sayang. Salah satu
bukti yang paling konkret tentang silaturahmi yang berintikan rasa rahmat dan
kasih sayang itu adalah pemberian yang tulus. Sebab itu, kata shilat juga diartikan dengan pemberian
atau hadiah. Inilah alasan momen
Lebaran idyul fitri identik dengan silaturahmi,
karena memang maknanya sepenting itu di dalam Islam. Bahkan, Allah menyebutkan
keutamaan silaturahmi sebagai salah satu amalan yang dapat melapangkan rezeki
dan memudahkan jalan ke surga. Ada
beberapa hikmah Silaturahmi, sebagai berikut:
Pertama Melapangkan rezeki; Ada kalanya seseorang mengalami
kesulitan dalam mencari rizki. Mudah bagi Allah memberikan rizki bagi hambanya
bahkan dari arah yang tidak diduga-duga. Rasulullah menyampaikan dalam sebuah
hadits bahwa salah satu manfaat silaturahmi dalam islam adalah melapangkan
rezeki/rizki. “Barangsiapa ingin
dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung
tali silaturahmi.” (H.R Bukhari & Muslim).
Kedua: Memperpanjang
umur; Setiap manusia tentu
ingin diberikan umur yang panjang, sebab dengan panjangnya umur akan
memperbanyak kesempatan untuk berbuat kebaikan. Manusia juga tempatnya salah
dan lupa, maka dari itu dengan umur yang panjang akan memilik kesempatan untuk
bertaubat atas dosa-dosa yang telah lalu.
Ketiga: Menghibur
kerabat; Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Dengan bersilaturahmi bisa menghibur dan
membantu kerabat yang sedang kesulitan. Terkadang ada orang yang segan meminta
bantuan padahal ia membutuhkan, sebagai kerabat sudah seharusnya untuk membantu
tanpa harus menunggu diminta.
Bukan
tidak mungkin saat kita yang sedang kesulitan maka aka nada kerabat kita yang
membantu. Sebab segala amal perbuatan kita akan dibalas sesuai dengan apa yang
kita kerjakan. Jika tidak dibalas di dunia, tentu kita akan mendapatkan
balasannya di akhirat. Firman Allah: “Tidak
ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (Q.S
Ar-Rahmaan: 60).
Keempat:
Sebagai Tanda Ketaatan Kepada Allah; Silaturahmi adalah salah satu
ajaran yang diperintahkan oleh Allah. Dalam sebuah hadits bahkan Rasullah
menyebutkan bahwa orang yang menyambung tali silaturahim adalah orang yang
beriman kepada hari akhir. Sabda Raululllah: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia
memuliakan tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi.” (H.R
Bukhari & Muslim).
Kelima:
Menghilangkan perselisihan; Salah satu bentuk hikmah silaturahmi dalam islam
adalah dapat menghilangkan perselisihan yang sedang terjadi. Dengan saling
bertegur sapa, bukan tidak mungkin masalah akan dapat diselesaikan dengan
baik-baik.
Alangkah ruginya
jika umat Islam tak memanfaatkan siaturrahmi
untuk mengonstruksi hablun minannas dengan saksama dan
optimal. Selain itu, kita juga bisa memanfaatkan halalbihalal, yang merupakan
tradisi khas bangsa, yang telah diwariskan oleh nenek-moyang sejak
bertahun-tahun. Barangkali ‘lembaga’ ini bisa dimanfaatkan secara maksimal
untuk wadah silaturahim masyarakat. Dengan catatan tidak mementingkan pesta dan
hura-huranya, akan tetapi lebih mengutamakan pendekatan kekeluargaan yang
diwarnai kasih sayang di antara sesama insan.
Semoga siaturrahmi kita bisa dapat menjaga fitrah. Minal
‘aidin wal faizin (artinya: mudah-mudahan kita termasuk yang kembali
ke fitrah dan jadi orang-orang yang
sukses).
Wallahu A’lam
Bissowab
Penulis
Ahmad Rusdiana, Lahir di Ciamis, 21 April 1961. Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan
Gunung Djati Bandung. Peneliti Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS)
sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana
Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA,
MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan
Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun
1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan
pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa
di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Pegiat Rumah Baca
Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan.
Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di
akses melalui:
(1)http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators.2)https://www.google.com/search?q=buku+a.rusdiana+shopee&source(3)https://play.google.com/store/books/author?id=Prof.+DR.+H.+A.+Rusdiana,+M.M.