Penulis A. Rusdiana
A. Rusdiana
Oleh A.
Rusdiana
Pemimpin yang humanis adalah
pemimpin yang memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan dalam
kepemimpinannya. Dalam konteks MPH, pemimpin humanis diposisikan setelah
pemimpin "merakyat, profesional, humanis". Kepemimpimpinan dengan
orientasi hubungan kemanusiaan (human relation) yang dipelopori oleh Mayo
memberikan perhatian terhadap hubungan kemanusiaan kepada bawahan. Menurut
Luthans, "kepemimpinan adalah soal menciptakan pengharapan, kemungkinan, dan
masa depan. Kepemimpinan tidak hanya mengubah individu dan organisasi sampai kepada
aspirasi mereka yang tertinggi, tetapi juga menciptakan momen-meomen visi dan komprehensi
yang memungkinkan orang berubah ke tingkat pengalaman dan kinerja yang baru.
Eksperimen Mayo menyimpulkan bahwa: perhatian khusus dapat menyebabkan seseorang
meningkatkan usahanya" (Handoko,1984).
Teori Kepemimpinan Humanistik Elton Mayo ada 7 point
tentang Human Relation, yaitu: (1) Mengutamakan hubungan/interaksi
manusia atasan dengan bawahan, bawahan dengan atasan, antar tenaga kerja dan
lain-lain; (2) Baik-buruknya organisasi diidentifikasikan oleh: hubungan
manusianya, moral manusia, efisiensi kerja dll.; (3) Untuk menciptakan hubungan
manusia yang baik, manager harus memahami mengapa karyawan melakukan apa yang
ia lakukan, faktor sosial apa yang mendorong, dan psikologis yang bagaimana
yang memotivasi mereka; (4) Keberhasilan produktifitas organisasi dipengaruhi
oleh rantai emosional yang kompleks. Hubungan manusia antara pekerja lebih
menentukan produktifitas daripada kondisi kerja. Perhatian simpatik dari
pengawas/manager yang mereka terima mendorong
peningkatan motivasi kerja.(5) Hawthorne effect: Perhatian khusus
(perasaan terpilih menjadi partisipan sangat mempengaruhi usaha); (6) Kelompok
kerja informal lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap produktivitas; dan
(7) Konsep manusia sebagai mahluk sosial yang termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan sosial, keinginan timbal balik dalam
pekerjaan, responsif terhadap dorongan kelompok
kerja, pengawasan administrasi telah menggantikan konsep manusia sebagai mahluk
rasional yang termotivasi memenuhi kebutuhan fisik. (Adi Permadi, 2019).
Selanjunya Manullang (Adi Permadi, 2019); mereduksi
7 point tentang Human Relation Mayo menjadi
4 nilai esensial yang harus dimiliki oleh kepemimpinan yang humanis meliputi: Pertama;
Kemampuan berkomunikasi: Kemampuan berkomunikasi yang baik sangat penting bagi
seorang pemimpin humanis. Seorang pemimpin yang efektif harus dapat
menyampaikan gagasan, ide, dan instruksi dengan jelas dan mudah dipahami oleh
orang lain. Dengan kemampuan berkomunikasi yang baik, seorang pemimpin dapat
membangun hubungan yang kuat dan saling menguntungkan dengan anggota timnya.
Kedua; Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri
dan orang lain: Seorang pemimpin humanis harus mampu memotivasi dirinya sendiri
dan orang lain. Motivasi adalah faktor penting dalam mencapai tujuan, terutama
dalam lingkungan kerja. Seorang pemimpin yang mampu memotivasi anggota timnya
dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja tim secara keseluruhan.
Ketiga: Kemampuan menerima tanggungjawab dan
memimpin orang lain: Seorang pemimpin humanis harus mampu menerima tanggung
jawab atas tindakan dan keputusannya. Selain itu, pemimpin humanis harus memimpin
orang lain dengan sikap yang positif dan membangun hubungan yang baik dengan
anggota timnya. Pemimpin yang humanis juga harus mampu memberikan arahan dan
instruksi yang jelas, serta memastikan bahwa anggota timnya memiliki sumber
daya yang cukup untuk mencapai tujuan.
Keempat: Kemampuan berempati terhadap orang lain
dan memahami permasalahan mereka: Kemampuan berempati sangat penting bagi
seorang pemimpin humanis. Seorang pemimpin yang berempati dapat memahami
permasalahan yang dihadapi oleh anggota timnya dan membantu mereka dalam
menyelesaikan masalah tersebut. Dengan memiliki kemampuan berempati, seorang
pemimpin dapat membangun hubungan yang kuat dan saling menguntungkan dengan
anggota timnya, sehingga meningkatkan kinerja dan produktivitas tim secara
keseluruhan.
Pesan moral bagi para pemimpin
dari 4 poin di atas adalah bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang humanis
dan efektif, mereka harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, mampu
memotivasi diri sendiri dan orang lain, menerima tanggung jawab dan memimpin
dengan sikap positif, serta berempati terhadap orang lain dan memahami
permasalahan mereka.
Sebagaimana kita pahami dalam
sejarah, bahwa Nabi hadir membawa sistem kepercayaan alternatif yang egaliter
dan membebaskan. Karena ajaran yang disampaikan nabi membawa pesan
bahwa segala ketundukan dan kepatuhan hanya diberikan kepada Allah, bukan
kepada manusia. Karena kebenaran datang dari Allah, maka kekuasaan yang
sebenarnya juga berada pada kekuasaan-Nya, bukan kepada raja atau pemerintah. Secara
empirik kemudian nabi melakukan gerakan reformasi dengan mengembalikan
kekuasaan dari tangan raja (kelompok elit) kepada kekuasaan Allah melalui
sistem musyawarah. Kehadiran nabi tersebut membawa angin segar bagi
“masyarakat baru” yang mendambakan sebuah kondisi sosial masyarakat yang adil
dan beradab. Karena apa yang dibawa nabi sebetulnya sistem ajaran yang
menegakkan nilai-nilai sosial/kemanusiaan: persamaan hak, persamaan derajat di
antara sesama manusia, kejujuran dan keadilan (akhlaq hasanah). Sesuai
posisinya sebagai pembawa rahmat, nabi terus berjuang merombak masyarakat
pagan-jahiliyah menuju masyarakat yang beradab, atau dalam bahasa
al-Qur’an disebut min-’l-Dhulumat ila-’l-Nur (lihat QS. Al-Baqarah:257,
al-Maidah:15, al-Hadid: 9, al-Thalaq:10-11 dan al-Ahzab:41-43).
Selama kurang lebih sepuluh
tahun di Madinah, nabi telah melakukan reformasi secara gradual untuk
menegakkan Islam, yang memiliki perhatian terhadap tatanan masyarakat yang
ideal. Masyarakat dikehendaki dalam rumusan piagam Madinah, adalah masyarakat
yang memiliki kesatuan kolektif dan masyarakat muslim yang berperadaban tinggi,
baik dalam konteks relasi antar manusia maupun dengan Tuhan. Kasih sayang
terhadap golongan yang lemah seperti kaum feminis, para janda dan anak-anak
yatim. Tidak berlebihan jika Michael Hart dalam laporan penelitiannya: The
100: A Ranking of Most Influential in History, menempatkan beliau sebagai
tokoh peringkat pertama yang paling berpengaruh di dunia.
Wallahu A'lam Bissowab.
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Founder tresnabhakti.org, pegiat Rumah
Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku:
Kepemimpinan Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi;
Manajemen Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan
Pendidikan; Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana
Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA,
MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan
Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun
1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan
pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70
mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna
Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kab. Ciamis Jawa Barat.
Korespondensi :(1) http://a.rusdiana.id (2)
http://tresnabhakti.org/webprofil; (3)
http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators (4)
https://www.google.com/search?q=buku+ a.rusdiana +shopee&source (5) https://play.google.com/store/books/author?id.