MUSIBAH YANG MENGGAIRAHKAN

Penulis: Ahmad Rusdiana

Dibaca: 176 kali

Ahmad Rusdiana

Oleh Ahmad Rusdiana

 

Dalam kancah perjalanan kehidupan di dunia, musibah merupakan suatu persoalan yang cukup mendapat perhatian banyak orang. Dari pelbagai kajian yang ada, sepanjang yang penulis ketahui, yang ada hanyalah pembahasan mengenai musibah berupa hakikat pengertian musibah, dan cara menghadapi musibah dalam satu tinjauan saja. Musibah merupakan peristiwa yang dapat mempengaruhi psikis seseorang. Faktanya Banyak orang yang salah dalam memandang musibah, mereka beranggapan bahwa musibah hanya merupakan peristiwa yang menyengesarakan dan menyedihkan bahkan tidak sedikit orang yang memandang bahwa musibah merupakan azab dari Allah semata. Banyak orang yang sedih, stress, gundah, gelisah hingga berputus asa dalam menghadapi musibah.

Bukankah..?: Pertama; Kegelisahan, kecemasan, ke galauan berkepanjangan adalah tanda-tanda seseorang sudah terjebak pada cinta dunia dan lupa pada akhirat sebagai tujuan hidupnya. Cemas besok tidak bisa makan, cemas tidak mampu menghidupi keluarga, gelisah uangnya tidak cukup untuk biaya ini dan itu, takut jabatannya turun, takut kedudukannya hilang dari pandangan manusia, dan berbagai rasa takut lainnya yang disebabkan urusan dunia;

Kedua; Kegelisahan seperti ini hanya akan menyeret seseorang pada kegelapan yang semakin kelam karena sudah terseret-seret oleh dunia yang fana. Apalagi jauh dari Allah karena hati yang rapuh berpegang pada-Nya. Padahal, sudah pasti kepuasan yang dicari hawa nafsu tidak akan pernah ada habisnya. Seperti minum air laut saat kehausan tapi terasa haus malah semakin menjadi-jadi. Semakin banyak air laut yang diminum akan semakin haus hingga merusak tubuh ini;

Ketiga Gelisah karena urusan dunia adalah bentuk jika kita tidak bersyukur atas segala nikmat yang selama ini kita terima, sejak kita dalam kandungan hingga lahir di dunia. Mengapa khawatir tidak dapat rezeki padahal selama ini rezeki yang kita terima tidak terhingga jumlahnya. Mengapa khawatir tidak bisa menghidupi keluarga, padahal setiap makhluk adalah ciptaan, dan milik Allah hingga Allah pula yang menjamin rezeki mereka;

Inilah yang terjadi manakala seseorang tidak jelas tujuan hidupnya. Akhirnya ia hanya sibuk mencari penghargaan makhluk dan kemegahan dunia yang fana ini. Dunia sudah memenuhi hatinya, padahal semestinya dunia hanya ada di tangan. Hatinya sibuk dengan kerumitan-kerumitan, jauh dari rasa tenang dan bahagia.

Padahal sikap yang tepat dalam menghadapi musibah yaitu manusia tidak dibenarkan untuk mengeluh, gelisah, berprasangka buruk atas musibah yang dideritanya, justru sebaliknya, harus bersabar, ikhlas dan berprasangka baik atas musibah yang dihadapinya, karena musibah atau penyakit berperan sebagai mursyid (pembimbing) yang dapat memberikan nasihat dan peringatan. Menurut Said Nursi (w.1960 M). (1) musibah, kesengsaraan, bencanaalam, dan penderitaan manusia sebagai sebuah persoalan teodisi; (2) musibah, bencana alam dan kesengsaraan yang menimpa manusia sebagai cobaan dan ujian bagi manusia itu sendiri yang memiliki tujuan sebagai sarana pengembangan potensial spiritual diri manusia dan untuk menemukan jalan kembali menuju Tuhan.

Keberhasilan seseorang dalam menyikapi musibah sangat ditentukan pada kepribadian dan tingkah laku seseorang. Disini penulis lebih spesifik menggunakan teori kepribadian Al-Ghazali. Menurut Al-Ghazali, kepribadian adalah integrase sistem qolbu, akal dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku. Aspek nafsani manusia memiliki tiga daya, yaitu:  pertama; qalbu (fitrah ilahiyah) sebagai aspek supra kesadaran manusia yang memiliki daya emosi (rasa); kedua; akal (fitrah insaniah) sebagai aspek kesadaran manusia yang memiliki daya kognisi (cipta); ketiga; nafsu (fitrah hayawaniyah) sebagai aspek pra atau bawah kesadaran manusia yang memiliki daya konasi (karsa).

Ketiga komponen nafsani ini berintegrasi untuk mewujudkan suatu tingkah laku yang mengairahkan. Maka dari itu dalam menghadapi musibah hendaknya seseorang dapat memposisikan qolbu lebih dominan dari pada akal dan nafsu. Sehingga apabila aktivitas qolbu sesuai dengan ajaran agama yaitu Al-Qur’an dan Sunnah ia dapat menghadapi musibah dengan ikhlas, gairah dan tidak mudah mengeluh dan berputus asa.

Oleh karena itu, seyogyanya kita untuk terus meningkatkan kualitas spiritual kita di saat musibah atau bencana menghampiri. Agar kita dapat mengontrol diri untuk dapat menyikapi musibah dengan tepat dan tidak mudah untuk berputus asa. Hadapi musibah dengan gairah. Wallau A'lam Bishowab.

 

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Pegiat Rumah Baca Tresna Bhkkti, Penulis buku Pengembangan Perencanaan Pendidikan; Manajemen SDM Pendidikan-.Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik,  Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: (1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2) https://www.google.com/search? q=buku+a.rusdiana+shopee&source (3) https://play. google.com/store/books/author?id.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...