Penulis: Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana
Oleh Ahmad Rusdiana
Dalam kancah perjalanan kehidupan di
dunia, musibah merupakan suatu persoalan yang cukup mendapat perhatian banyak
orang. Dari pelbagai kajian yang ada, sepanjang yang penulis ketahui, yang ada
hanyalah pembahasan mengenai musibah berupa hakikat pengertian musibah, dan
cara menghadapi musibah dalam satu tinjauan saja. Musibah merupakan peristiwa
yang dapat mempengaruhi psikis seseorang. Faktanya Banyak orang yang salah
dalam memandang musibah, mereka beranggapan bahwa musibah hanya merupakan
peristiwa yang menyengesarakan dan menyedihkan bahkan tidak sedikit orang yang
memandang bahwa musibah merupakan azab dari Allah semata. Banyak orang yang
sedih, stress, gundah, gelisah hingga berputus asa dalam menghadapi musibah.
Bukankah..?: Pertama; Kegelisahan, kecemasan, ke
galauan berkepanjangan adalah tanda-tanda seseorang sudah terjebak pada cinta
dunia dan lupa pada akhirat sebagai tujuan hidupnya. Cemas besok tidak bisa
makan, cemas tidak mampu menghidupi keluarga, gelisah uangnya tidak cukup untuk
biaya ini dan itu, takut jabatannya turun, takut kedudukannya hilang dari
pandangan manusia, dan berbagai rasa takut lainnya yang disebabkan urusan
dunia;
Kedua; Kegelisahan seperti ini hanya akan menyeret seseorang pada kegelapan
yang semakin kelam karena sudah terseret-seret oleh dunia yang fana. Apalagi
jauh dari Allah karena hati yang rapuh berpegang pada-Nya. Padahal, sudah pasti
kepuasan yang dicari hawa nafsu tidak akan pernah ada habisnya. Seperti minum
air laut saat kehausan tapi terasa haus malah semakin menjadi-jadi. Semakin
banyak air laut yang diminum akan semakin haus hingga merusak tubuh ini;
Ketiga Gelisah karena urusan dunia adalah bentuk jika kita tidak bersyukur
atas segala nikmat yang selama ini kita terima, sejak kita dalam kandungan
hingga lahir di dunia. Mengapa khawatir tidak dapat rezeki padahal selama ini
rezeki yang kita terima tidak terhingga jumlahnya. Mengapa khawatir tidak bisa
menghidupi keluarga, padahal setiap makhluk adalah ciptaan, dan milik Allah
hingga Allah pula yang menjamin rezeki mereka;
Inilah yang terjadi manakala seseorang tidak jelas tujuan hidupnya.
Akhirnya ia hanya sibuk mencari penghargaan makhluk dan kemegahan dunia yang
fana ini. Dunia sudah memenuhi hatinya, padahal semestinya dunia hanya ada di
tangan. Hatinya sibuk dengan kerumitan-kerumitan, jauh dari rasa tenang dan
bahagia.
Padahal sikap yang tepat dalam menghadapi musibah yaitu
manusia tidak dibenarkan untuk mengeluh, gelisah, berprasangka buruk atas musibah yang dideritanya, justru
sebaliknya, harus bersabar, ikhlas dan
berprasangka baik atas musibah yang dihadapinya,
karena musibah atau penyakit berperan sebagai mursyid (pembimbing) yang dapat memberikan nasihat dan peringatan.
Menurut Said Nursi (w.1960 M). (1) musibah, kesengsaraan, bencanaalam, dan
penderitaan manusia sebagai sebuah persoalan teodisi; (2) musibah, bencana alam dan kesengsaraan yang menimpa manusia
sebagai cobaan dan ujian bagi manusia itu sendiri yang memiliki tujuan sebagai sarana
pengembangan potensial spiritual diri manusia dan
untuk menemukan jalan kembali menuju Tuhan.
Keberhasilan seseorang dalam menyikapi
musibah sangat ditentukan pada kepribadian dan tingkah laku seseorang. Disini
penulis lebih spesifik menggunakan teori kepribadian Al-Ghazali. Menurut
Al-Ghazali, kepribadian adalah integrase sistem qolbu, akal dan nafsu manusia
yang menimbulkan tingkah laku. Aspek nafsani manusia memiliki tiga daya, yaitu: pertama; qalbu (fitrah ilahiyah)
sebagai aspek supra kesadaran manusia yang
memiliki daya emosi (rasa); kedua; akal (fitrah insaniah) sebagai aspek kesadaran manusia yang memiliki
daya kognisi (cipta); ketiga; nafsu (fitrah
hayawaniyah) sebagai aspek pra atau bawah kesadaran
manusia yang memiliki daya konasi (karsa).
Ketiga komponen nafsani ini
berintegrasi untuk mewujudkan suatu tingkah laku yang mengairahkan. Maka dari
itu dalam menghadapi musibah hendaknya seseorang dapat memposisikan qolbu lebih
dominan dari pada akal dan nafsu. Sehingga apabila aktivitas qolbu
sesuai dengan ajaran agama yaitu Al-Qur’an dan Sunnah ia dapat menghadapi
musibah dengan ikhlas, gairah dan tidak mudah mengeluh dan berputus asa.
Oleh
karena itu, seyogyanya kita untuk terus meningkatkan kualitas spiritual kita di
saat musibah atau bencana menghampiri. Agar kita dapat mengontrol diri untuk
dapat menyikapi musibah dengan tepat dan tidak mudah untuk berputus asa. Hadapi
musibah dengan gairah. Wallau A'lam Bishowab.
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Pegiat Rumah Baca Tresna Bhkkti, Penulis
buku Pengembangan Perencanaan Pendidikan; Manajemen SDM Pendidikan-.Guru Besar
Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina
Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengembangkan
pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina
Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang
didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan,
kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya
tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina
dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C.
Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan.
Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di
akses melalui: (1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2)
https://www.google.com/search? q=buku+a.rusdiana+shopee&source (3) https://play.
google.com/store/books/author?id.