Penulis: Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana
Sepintas banyak yang
beranggapan, betapa enaknya jadi kepala Sekolah/madrasah. Apalagi kalau
di sekolah/sekolah/madrasah yang memiliki jumlah siswa banyak atau pemasukan
keuangan yang besar. Fasilitas dan “reward” yang didapatkan, pasti selalu lebih
besar dari pada yang lain. Masyarakat memberikan penghargaan, apresiasi dan
rasa hormat pada jabatan tersebut, orang Ciamis Utara/Cinyasag menyebutnya
"Mantri Guru". Namun perjalananya sedikit yang menyadari, bahwa tidak
mudah menjadi kepala Sekolah/madrasah. Dalam jabatan tersebut melekat erat tanggung jawab, fungsi, kompetensi,
tugas, konsekwensi dan lain-lain. Tidak jarang kelapala sekolah/madrasah hidupnya
menyadi tidak nyaman, tidak gairah, stres berujung pada mengundurkan diri dan
minta pensiun dini.
Kompetensi adalah kemampuan
kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap
kerja yang sesuai dengan standardisasi yang diharapkan (BNSP. 2014). Dalam Permendiknas
No 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/ madrasah telah ditetapkan 5
(lima) dimensi. Salah satu adalah kompetensi kewirausahaan; yakni memiliki
naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan sekolah/ madrasah sebagai sumber balajar. Saat ini, kewirausahaan merupakan alternatif karir
yang sangat baik.
Pertanyaaannya bagaimana
mengembangkan kompetensi Kewirausahaan bagi kepala sekolah/madrasah? Berikut
akan diuraikan penjelasan penulis dari indikator berdasarkan Permendiknas No 13
Tahun 2007. Khusus mengenai Kompetensi kewirausahaan, sebagai berikut:
Pertama; Kepala Sekolah/madrasah harus menciptakan
inovasi yang bermanfaat dan tepatguna; Kepala sekolah/madrasah yang inovatif selalu memahami regulasi, melihat
masa depan adalah peluang sekaligus tantangan. Kepala Sekolah/madrasah tipe inovatif dipastikan tidak hanya
mengandalkan dana BOS dan Sumbangan dari komite. Jika bicara kesejahteraan guru dan tenaga pendidik
adalah bicara uang, maka kepala sekolah/madrasah harus mampu menggali potensi apa yang ada di sekolah/madrasah
nya yang bisa dikembangkan. Jangan malu atau gengsi. Contoh kasus, sekolah/madrasah
yang telah berhasil membuat bank sampah, mengelola dana anggota di koeprasi,
mengelola GOR, mengelola lahan parkir, mengelola WC, mengelola lahan kantin dan
lapak pedagang, pengembangan ekskul marawis dan lain-lain. Mungkin ada baiknya
tiap kepala sekolah/madrasah diundang
untuk menulis best practice program inovasi yang telah mereka jalankan.
Kedua; Kepala Sekolah/madrasah harus bekerja keras
untuk mencapai keberhasilan sebagai organisasi pembelajaran yang efektif; Memiliki karakter pekerja keras adalah
salahsatu nilai kewirausahaan yang penting. Sebagai pemimpin sudah seharusnya Kepala
Sekolah/madrasah tidak merasa nyaman di zona nyaman. Disinilah kepala Kepala Sekolah/madrasah
harus memainkan peran sebagai manajer organisasi pembelajaran yang efektif. Bekerja keras harus diimbangi dengan
bekerja tuntas, bekerja cerdas, bekerja sinergitas dan bekerja Ikhlas.
Bekerja keras artinya bekerja dengan penuh semangat, tidak nyantai,
berleha-leha, karena akan tertinggal oleh kemajuan sekolah/ madrasah atau
sekolah yang lain. Bekerja tuntas artinya bekerja tidak setengah-setengah, fokus,
tidak menjadikan jabatan kepala sekolah/madrasah begaia sambilan sehingga tidak
fokus pada tugas dan tanggung jawabnya sebaga kepala; dan bekerja Ikhlas
artinya bekerja dengan hati, dengan niat yang tulus semata-mata untuk ibadah
dan mencari keridhaan Sang Pencipta.
Ketiga; Kepala Sekolah/madrasah harus memiliki
motivasi yang kuat untuk sukses dalammelaksanakan tugas dan fungsinya
sebagaipemimpin. Motivasi
dan kepemimpinan ibarat dua sisi koin. Saling berhubungan erat. Sama-sama
memengaruhi orang lain yang ada dalam ruang lingkupnya. Pemberian “reward”
termasuk penegakkan “punishment” merupakan salah satu upaya melahirkan
motivasi. Kepala Sekolah/ madrasah harus memiliki motivasi berprestasi yang
tinggi. Hal tersebut akan memacu dan memicu dirinya untuk bersama-sama dengan
warga sekolah/madrasah (guru, siswa dan
tenaga kependidikan lainnya) untuk juga berprestasi. Bentuk yang paling nyata
adalah mengikuti kegiatan-kegiatan lomba. Yang tak kalah penting adalah
memberikan apresiasi terhadap hasil lomba. Menang/juara atau kalah bukanlah
soal. Namun, kemauan yang kuat untuk berhasil adalah capaian yang penting untuk
dijadikan alasan mengapa harus berlomba.
Keempat; Kepala Sekolah/madrasah harus
memiliki sikap pantang menyerah dan selalu mencari solusiterbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi Sekolah/ madrasah;
Pantang menyerah, tidak hanya
diperlukan dalam menjalankan program, tapi juga harus diimbangi dengan tekad
untuk selalu berupaya mencari solusi terbaik. Sikap pantang menyerah merupakan
kemampuan seseorang untuk dapat bangkit kembali dari situasi sulit dan berusaha
tidak menjadi korban dari ketidakberdayaan. Dalam pelaksanaan tugasnya, Kepala
Sekolah/madrasah dihadapkan pada sejumlah tantangan. Misalnya terbatasnya
sumber daya baik sumber daya materil seperti dana, sarana, dan prasarana,
maupun sumber daya personel seperti guru dan tenaga kependidikan. Seorang Kepala
Sekolah/madrasah dalam mengembangkan nilai kewirausahaan harus selalu
berpedoman pada sikap pantang menyerah. Kata kuncinya adalah "Mencoba,
mencoba dan terus mencoba".
Kelima; Kepala Sekolah/madrasah harus
memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa Sekolah/madrasah
sebagai sumber pembelajaran bagi peserta didik.
Unit produksi dan jasa sekolah/madrasah
adalah wadah kewirausahaan di sekolah maka ia harus dikelola secara
akademis/bisnis dan dilembagakan dalam suatu wadah usaha. Sebagai sumber
belajar siswa dan sumber pendanaan pendidikan di sekolah, pengelolaan unit
produksi dan jasa sekolah dikembangkan dengan mengembangkan prinsip prinsip:
kemandirian, akuntabilitas, transparan, kemitraan, partisipasi. efektif,
dan efisien.
Intinya, Kepala sekolah/madrasah
adalah pemimpin tertinggi di Sekolah/madrasahnya. Dia
adalah nahkoda yang membawa arah kapal sekolah/sekolah/madrasah mau dibawa
kemana. Di tangan nakhoda, nyawa-nyawa para penumpang dipertaruhkan.
Ketika musibah melanda, ada nakhoda yang menjadi pahlawan sehingga banyak nyawa
yang bisa diselamatkan. (baca musibah atau barokah). Namun, ada pula yang menjadi
pengecut dan kabur duluan meninggalkan para penumpangnya berjuang dan meregang
nyawa. Kepala sekolah/ madrasah pasti akan banyak bertemu dengan badai, angin,
ombak besar atau bahkan binatang buas saat menahkodai Sekolah/madrasah.
Wallahu A'lam Bishowab.
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Penulis
buku: Manajemen Pengembngan Human Capital; Pengembangan Orgasisasi Lembaga
Pendidikan. Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan
Pendidikan; Pengembangan Perencanaan Pendidikan; Manajemen SDM Pendidikan.
.Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik,
Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al
Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs,
sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan
Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan
sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan
asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama
Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti sejak
tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat.
Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: (1)
http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2) https://www.google.com/search?
q=buku+a.rusdiana+shopee&source (3) https://play.
google.com/store/books/author?id.