RAMADHAN BULAN PENDIKAN DAN LATIHAN (Bag. I): Makna Tarbiyah Di Bulan Ramadhan

Penulis A. Rusdiana

Dibaca: 240 kali

A. Rusdiana

Oleh A. Rusdiana

 

ALHAMDULILLAH, Allah telah memberi kekuatan lahir dan batin kepada kita, sehingga puasa hari pertama sampai hari kelima telah dapat kita laksanakan dengan baik dan sempurna, semoga menjadi ibadah puasa yang diridhai Allah SWT. Dengan izin Allah pula hari ini kita sedang melaksanakan puasa dengan baik, semoga rangkaian iabadah puasa kita diterima Allah sebagai amal shalih. Aamiin. Dalam kesempatan di bulan ramadhan ini, akan membahas makna tarbiyah di bulan ramadhan. Puasa sebagai sistem ibadah dalam Islam, dalam pelaksaksanaannya memerlukan pemahaman tentang kaifiyat (tata cara) sesuai dengan petunjuk syari’at, baik syarat, rukun, hukum ibadah. Bahkan lebih dari itu, puasa tidak sekedar dilaksanakan, namun harus dirasakan dan dijiwai dengan segenap kemampuan hati dan pikiran.

Puasa mengandung makna universal bagi kehidupan, mencakup segala aspek yang dibutuhkan manusia,  juga mengandung pesan moral untuk merubah perilaku manusia menjadi lebih baik, mengandung filsafat hidup guna mengantarkan manusia memahami makna terdalam dan hakekat hidup. Oleh karena itu puasa harus dipahami secara benar, proporsioanl dan konprehensip, sehingga terhindar dari sekedar puasa syari’at, namun dapat mencapai puasa hakekat.

Makna Tarbiyah; Allah sebagai Rabbun, yang mengandung arti Dzat yang Maha Kuasa dalam mencipta, mengatur, memelihara dan mendidik seluruh makhluq-Nya. Sebagai Pendidik, Allah menetapkan sistem pendidikan melalui berbagai media ibadah yang tidak saja sebagai sarana bertaqarrub kepada Allah, namun juga mengandung sistem pendidikan seperti ibadah puasa. Adapun beberapa makna atau nilai pendidikan yang dikandung dalam ibadah puasa, antaralain, sbb.:

Pertama: Tarbiyah Ilahiyah; Puasa merupakan system pendidikan Tuhan, untuk membentuk manusia menjadi “Khairul bariyyah” yakni sebaik-baik makhluq, maka orang yang tidak mau mengikuti pendidikan yang di selenggarakan oleh Allah, akan menjadi “Syarrul Bariyyah” yakni sejelek-jelek manusia. Atau dapat dipahami bahwa puasa merupakan latihan untuk mengasah sifat Rububiyah yakni sifat ke-Tuhanan, seperti kasih sayang, pema’af, pemberi, penolong, penyantun, bijaksana, dll.

Kedua: Tarbiyatul Iradah; Puasa merupakan pendidikan kehendak, kemauan, keinginan. Manusia memiliki banyak kemauan atau keinginan yang tidak terhingga, sehingga apabila tidak dibimbing dan diarahkan kepada kemauan yang baik, maka keinginan manusia akan cenderung liar dan merugikan kehidupannya, maka melalui ibadah puasa seluruh keinginan tersebut dibina dengan baik melalui puasa ramadhan. Dalam tarbiyatul iradah, tidak saja mengendalikan keinginan yang jelek, namun  keinginan naluriyah yang baik sekalipun dalam waktu tertentu harus di kendalikan untuk mentaati segala larangan Allah, seperti makan, minum, berhubungan dengan suami istri.

Ketiga: Tarbiyah Sifatiyah; Puasa merupakan pendidikan efektif terhadap sifat-sifat manusia, karena dirasakan langsung oleh orang-orang yang berpuasa, sehingga proses pengendalian sifat-sifat yang jelek akan berjalan dengan baik. Menurut Imam Ghazali dalam bukunya Bimbingan mencapai tingkatan mukmin menyatakan bahwa manusia memiliki empat macam sifat, yakni:

1.     Sifat Rububiyah, yakni sifat ketuhanan, yang serba baik, seperti kasih sayang, adil dan bijaksana, pema’af, suka menolong dll.

2.     Sifat Syaithaniyah, yakni sifat syetan yang senantiasa menghalang-halangi manusia berbuat baik dan mengajak manusia berbuat maksiyat.

3.     Sifat Bahimiyah, yakni sifat kebinatangan, yang lebih mengedepankan pemenuhan kebutuhan jasmaniyah dan nafsunya.

4.     Sifat Sabu’iyah, yakni sifat sadis, kejam, biadab, cenderung melakukan eksploitasi, pemerasan dan kedzaliman.

Keempat: Tarbiyah Nafsiyah; Puasa merupakan pendidikan nafsu manusia. Menurut petunjuk Al-Qur’an, manusia memiliki tiga nafsu, yaitu:

1.     Nafsu Muthmainnah: nafsu yang tenang, baik, senantiasa mendorong kepada kebaikan, sehingga kelak akan mendapat panggilan terhormat dari Allah: "Hai jiwa yang tenang" (Q.s.Al-Fajr [89]: 27).

2.     Nafsu Law-wamah: nafsu yang menyesali, serakah, rakus, senantiasa mendorong kepada keinginan yang melampaui batas, sebagaimana firman Allah: "dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (Q.s.Al-Qiyamah [75]: 2).

3.     Nafsu Amara bissu’: nafsu yang senantiasa mendorong kepada kebebasan dalam melakukan maksiyat dan kedurhakaan, sebagaimana firman Allah: "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku...."(Q.s.Yusuf [12]: 53).

Dengan demikian, makna tarbiyah (pendidikan) di bulan ramadhan sangat ideal dan universal dalam mendidik manusia yang beriman yang taat melaksanakan ibadah puasa, untuk menghasilkan lulusan hamba terbaik yakni Muttaqin. Untuk mecapai itu, ada beberapa pertanyaan yang mesti dijawab dengan jujur:

1.     Jika manusia diciptakan oleh Allah, namun tidak mau di didik oleh Allah, lantas mau di didik oleh siapa?. Apakah ada di dunia ini pendidik yang lebih baik dari Allah?

2.     Jika manusia sebagai hamba Allah, namun tidak mau mengabdi kepada Allah, lantas jadi hambanya siapa?. Apa ada di dunia ini yang patut disembah selain Allah?

3.     Jika manusia makhluq yang lemah, namun tidak mau memohon kekuatan kepada Allah, lantas mohon kekuatan kepada siapa? Apa ada di dunia ini yang lebih kuat dari Allah?

4.     Jika manusia pasti mati, namun terus maksiyat, tidak pernah taat, lantas kalo mati seperti apa?. Apa ada ahli masiyat akhir hayatnya mencapai husnul Khatimah?

5.     Jika di akhirat setiap manusia akan menghadap Allah untuk dihisab amalnya selama hidup di dunia, namun mendustakaan hari pertemuanya dengan Allah, lantas di akhirat menghadap siapa? dihisab oleh siapa?

Rangkain pertanyaan di atas, memerlukan jawaban yang jujur agar menjadi motivasi melakukan transformasi nilai seperti ulat sutra yang bertapa dalam kepompong kemudian berubah menjadi kupu-kupu yang cantik dan menawan.

Wallahu A'lam Bishowab

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Founder tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah Ramadhan, https://etheses.uinsgd.ac.id/29428/1/BKKPengaRisalahRamadhan-TnpaISBN.pdf. Kepemimpinan Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi; Manajemen Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan dll. (tidak kurang dari 50 buku& 30 Jurnal). Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan  Panawangan Kab. Ciamis Jawa Barat. Korespondensi :(1) http://a.rusdiana.id (2) http://tresnabhakti.org/webprofil;  (3) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators (4) https://www.google.com/search? q=buku +a.rusdiana+shopee&source (5) https://play.google.com/store/books/ author?id.

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...