Penulis A. Rusdiana
A. Rusdiana
Oleh A. Rusdiana
ALHAMDULILLAH, Allah telah memberi kekuatan lahir dan batin
kepada kita, sehingga puasa hari pertama sampai hari kelima telah dapat kita
laksanakan dengan baik dan sempurna, semoga menjadi ibadah puasa yang diridhai
Allah SWT. Dengan izin Allah pula hari ini kita sedang melaksanakan
puasa dengan baik, semoga rangkaian iabadah puasa kita diterima Allah sebagai
amal shalih. Aamiin. Dalam kesempatan di bulan ramadhan ini, akan membahas
makna tarbiyah di bulan ramadhan. Puasa sebagai sistem ibadah dalam Islam,
dalam pelaksaksanaannya memerlukan pemahaman tentang kaifiyat (tata
cara) sesuai dengan petunjuk syari’at, baik syarat, rukun, hukum ibadah.
Bahkan lebih dari itu, puasa tidak sekedar dilaksanakan, namun harus dirasakan
dan dijiwai dengan segenap kemampuan hati dan pikiran.
Puasa mengandung makna universal bagi kehidupan, mencakup segala aspek
yang dibutuhkan manusia, juga mengandung pesan moral untuk merubah
perilaku manusia menjadi lebih baik, mengandung filsafat hidup guna
mengantarkan manusia memahami makna terdalam dan hakekat hidup. Oleh karena itu
puasa harus dipahami secara benar, proporsioanl dan konprehensip, sehingga
terhindar dari sekedar puasa syari’at, namun dapat mencapai puasa
hakekat.
Makna Tarbiyah; Allah sebagai Rabbun, yang mengandung arti Dzat
yang Maha Kuasa dalam mencipta, mengatur, memelihara dan mendidik seluruh
makhluq-Nya. Sebagai Pendidik, Allah menetapkan sistem pendidikan melalui
berbagai media ibadah yang tidak saja sebagai sarana bertaqarrub kepada Allah,
namun juga mengandung sistem pendidikan seperti ibadah puasa. Adapun beberapa makna
atau nilai pendidikan yang dikandung dalam ibadah puasa, antaralain, sbb.:
Pertama: Tarbiyah Ilahiyah; Puasa merupakan system
pendidikan Tuhan, untuk membentuk manusia menjadi “Khairul bariyyah”
yakni sebaik-baik makhluq, maka orang yang tidak mau mengikuti pendidikan yang
di selenggarakan oleh Allah, akan menjadi “Syarrul Bariyyah”
yakni sejelek-jelek manusia. Atau dapat dipahami bahwa puasa merupakan latihan
untuk mengasah sifat Rububiyah yakni sifat ke-Tuhanan, seperti
kasih sayang, pema’af, pemberi, penolong, penyantun, bijaksana, dll.
Kedua: Tarbiyatul Iradah; Puasa merupakan pendidikan
kehendak, kemauan, keinginan. Manusia memiliki banyak kemauan atau keinginan
yang tidak terhingga, sehingga apabila tidak dibimbing dan diarahkan kepada
kemauan yang baik, maka keinginan manusia akan cenderung liar dan merugikan
kehidupannya, maka melalui ibadah puasa seluruh keinginan tersebut dibina
dengan baik melalui puasa ramadhan. Dalam tarbiyatul iradah, tidak saja
mengendalikan keinginan yang jelek, namun keinginan naluriyah yang baik sekalipun dalam
waktu tertentu harus di kendalikan untuk mentaati segala larangan Allah,
seperti makan, minum, berhubungan dengan suami istri.
Ketiga: Tarbiyah Sifatiyah; Puasa merupakan pendidikan efektif
terhadap sifat-sifat manusia, karena dirasakan langsung oleh orang-orang yang
berpuasa, sehingga proses pengendalian sifat-sifat yang jelek akan berjalan
dengan baik. Menurut Imam Ghazali dalam bukunya Bimbingan mencapai
tingkatan mukmin menyatakan bahwa manusia memiliki empat macam sifat,
yakni:
1. Sifat
Rububiyah, yakni sifat ketuhanan, yang serba baik, seperti kasih sayang,
adil dan bijaksana, pema’af, suka menolong dll.
2. Sifat
Syaithaniyah, yakni sifat syetan yang senantiasa menghalang-halangi
manusia berbuat baik dan mengajak manusia berbuat maksiyat.
3. Sifat
Bahimiyah, yakni sifat kebinatangan, yang lebih mengedepankan pemenuhan
kebutuhan jasmaniyah dan nafsunya.
4. Sifat
Sabu’iyah, yakni sifat sadis, kejam, biadab, cenderung melakukan
eksploitasi, pemerasan dan kedzaliman.
Keempat: Tarbiyah
Nafsiyah; Puasa merupakan pendidikan nafsu manusia. Menurut petunjuk
Al-Qur’an, manusia memiliki tiga nafsu, yaitu:
1. Nafsu
Muthmainnah: nafsu yang tenang, baik, senantiasa mendorong kepada kebaikan,
sehingga kelak akan mendapat panggilan terhormat dari Allah: "Hai jiwa
yang tenang" (Q.s.Al-Fajr [89]: 27).
2. Nafsu
Law-wamah: nafsu yang menyesali, serakah, rakus, senantiasa mendorong
kepada keinginan yang melampaui batas, sebagaimana firman Allah: "dan aku
bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (Q.s.Al-Qiyamah
[75]: 2).
3. Nafsu
Amara bissu’: nafsu yang senantiasa mendorong kepada kebebasan dalam
melakukan maksiyat dan kedurhakaan, sebagaimana firman Allah: "Dan aku
tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku...."(Q.s.Yusuf
[12]: 53).
Dengan demikian, makna tarbiyah (pendidikan) di bulan ramadhan
sangat ideal dan universal dalam mendidik manusia yang beriman yang taat
melaksanakan ibadah puasa, untuk menghasilkan lulusan hamba terbaik yakni Muttaqin.
Untuk mecapai itu, ada beberapa pertanyaan yang mesti dijawab dengan jujur:
1. Jika
manusia diciptakan oleh Allah, namun tidak mau di didik oleh Allah, lantas mau
di didik oleh siapa?. Apakah ada di dunia ini pendidik yang lebih baik dari
Allah?
2.
Jika manusia sebagai hamba Allah, namun tidak
mau mengabdi kepada Allah, lantas jadi hambanya siapa?. Apa ada di dunia ini yang patut disembah selain Allah?
3.
Jika
manusia makhluq yang lemah, namun tidak mau memohon kekuatan kepada Allah,
lantas mohon kekuatan kepada siapa? Apa ada di dunia ini yang lebih kuat dari
Allah?
4.
Jika manusia pasti mati, namun terus maksiyat,
tidak pernah taat, lantas kalo mati seperti apa?. Apa ada ahli masiyat akhir
hayatnya mencapai husnul Khatimah?
5.
Jika di akhirat setiap manusia akan menghadap
Allah untuk dihisab amalnya selama hidup di dunia, namun mendustakaan hari
pertemuanya dengan Allah, lantas di akhirat menghadap siapa? dihisab oleh siapa?
Rangkain pertanyaan di atas,
memerlukan jawaban yang jujur agar menjadi motivasi melakukan transformasi
nilai seperti ulat sutra yang bertapa dalam kepompong kemudian berubah menjadi
kupu-kupu yang cantik dan menawan.
Wallahu A'lam Bishowab
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Founder tresnabhakti.org, pegiat Rumah
Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah
Ramadhan, https://etheses.uinsgd.ac.id/29428/1/BKKPengaRisalahRamadhan-TnpaISBN.pdf.
Kepemimpinan Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi;
Manajemen Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan
Pendidikan dll. (tidak kurang dari 50 buku& 30 Jurnal). Guru Besar
Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan
Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung
Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun
1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya
Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus
sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama
mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna
Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007
di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan
Kab. Ciamis Jawa Barat. Korespondensi :(1) http://a.rusdiana.id (2) http://tresnabhakti.org/webprofil; (3) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators
(4) https://www.google.com/search? q=buku +a.rusdiana+shopee&source (5)
https://play.google.com/store/books/ author?id.