Penulis A. Rusdiana
A. Rusdiana
PARA
ULAMA sepakat
menyebut bulan Ramadhan sebagai syahrut at-tarbiyah atau bulan pendidikan.
Ramadhan ibarat sebuah sekolah atau universitas yang siap mencetak anak
didiknya menjadi pribadi yang pintar, matang, dan sukses. Bedanya dengan
lembaga pendidikan lain, peserta didik di lembaga pendidikan bernama Ramadhan
ini langsung dibina dan dididik oleh Allah SWT.
Bukan
guru, dosen dan guru besar biasa seperti yang kita temui di beberapa sekolah
dan perguruan tinggi di dalam dan luar negeri. Bisa dibayangkan, jika dzat yang
menciptakan alam ini sekaligus Tuhan yang maha mengetahui langsung mendidik
kita. Hasilnya sudah pasti sempurna. Tidak ada sedikitpun ruang keraguan
pada-Nya. Alumni-alumni Ramadhan sudah pasti menjelma menjadi pribadi yang
didambakan karena kualitas dirinya.
Kesuksesan
yang dia raih tidak hanya berguna untuk dirinya, tapi berguna pula untuk
keluarga, lingkungan, masyarakat, bangsa, dan agamanya. Allah SWT telah
menyiapkan kurikulum sempurna melalui serangkaian ibadah yang dipastikan
berhasil mendidik kita. Dari terbit fajar hingga tenggelamnnya matahari, proses
pendidikan itu terus dia berikan tanpa henti.
Pertama: Diawali dengan bangun di sepertiga malam untuk makan
sahur, setelah itu tilawah Alquran sambil menunggu datangnya waktu Shubuh.
Setelah itu, kita mantap untuk menahan segala bentuk godaan duniawi sepanjang
hari. Mulai dari makan, minum, dan hawa nafsu. Bukan perkara mudah untuk bisa
bertahan sepanjang hari dari godaan tersebut. Apalagi, bagi kita yang hidup di
kota besar ini. Perlu mental dan komitmen yang kuat untuk tetap setia dengan
serangkaian pendidikan yang Allah SWT berikan.
Kedua: Pada malam hari pun ada serangkaian pendidikan yang
harus dijalani. Selain sholat Maghrib dan Isya, amalan-amalan lain seperti
taraweh dan tadarus Alquran menjadi rutinitas yang mesti dijalani. Jika semua
ibadah itu berhasil kita jalani, maka praktis hasilnya akan mengembirakan.
Rasulullah SAW bersabda, "puasa bulan Ramadhan dan tiga hari pada setiap
bulan dapat menghilangkan kekerasan hati" (Hadits Riwayat Imam Ahmad).
Jika kekerasan hati kita sudah dihilangkan, maka sudah pasti kita mudah
beradaptasi dengan seluruh ajaran Allah SWT.
Ketiga: Kehebatan alumni-alumni itu tidak hanya dikenang di
zaman dan tempat mereka tinggal, tapi namanya juga harum melampaui
tangga-tangga zaman hingga kini. Ada Lukman Al-Hakim yang kisahnya sangat indah
diceritakan oleh Allah SWT dalam Alquran. Ada pula Ashabul Kahfi, sekumpulan
anak-anak muda yang diselamatkan Allah SWT dari pemimpin yang dzalim karena
kuatnya keimanan pada diri mereka.
Tak cukup sampai di situ, sahabat-sahabat Rasulullah SAW
yang dulunya tidak pernah tersentuh oleh cahaya kebenaran, tiba-tiba menjelma
menjadi pribadi-pribadi hebat yang mengharumkan tanah Arab lewat aroma
keimanannya. Sebut saja Umar bin Khattab, Hamzah, dan Bilal bin Rabah. Makanya
Allah SWT mengingatkan kita dalam firman-Nya tentang kewajiban puasa di bulan
Ramadhan, bahwa kewajiban tersebut juga sudah dia buktikan terhadap orang-orang
sebelum kita. "Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kalian
berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa"(QS.
Albaqarah[2]:183).
Jika kepada manusia-manusia terdahulu Ramadhan berhasil,
kenapa kita yang sudah berapa kali keluar masuk sekolah Ramadhan ini belum juga
menjelma menjadi pribadi seperti para orang sholih itu? Padahal, materi yang
Allah SWT berikan di Ramadhan ini masih sama dengan yang diberikan kepada
ummat-ummat terdahulu. Kurikulumnya tidak berkurang sedikitpun, masih sama dan
masih lengkap.
Persoalannya tentu bukan karena Ramadhan kita beda dengan
Ramadhan yang dijalani oleh orang-orang sholih itu, tapi cara kita dalam
memaknai setiap proses pendidikan Ramadhan yang mulai berbeda. Berapa banyak
kita temui di sekeliling kita yang cekcok gara-gara hal sepele padahal dia
dalam kondisi berpuasa. Padahal, Rasulullah SAW bersabda, "apabila seorang
dari kamu sekalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan berteriak.
Bila dicela orang lain atau dimusuhi, maka katakanlah: "Aku ini sungguh
sedang puasa" Dalam hadits lain disebutkan "Barangsiapa yang tidak
mampu meninggalkan perkataan dusta, dan melakukan perbuatan dusta, maka Allah SWT
tidak membutuhkan lapar dan dahaga mereka," (Hadits Riwayat Bukhari dan
Abu Dawud).
Alhamulillah, hingga saat ini Allah SWT masih mempercayai
kita menjadi anak didik Ramadhan. Walaupun kita gagal menjadi alumni idaman di
Ramadhan-Ramadhan sebelumnya, tapi Allah SWT tetap percaya bahwa kita akan
berhasil di Ramadhan ini sesuai dengan harapkan-Nya, tidak lain menjadi
hamba-Nya yang bertaqwa.
Kepercayaan yang Allah SWT berikan ini adalah amanah yang
harus dijaga dan ditunaikan dengan baik. Rasulullah SAW bersabda, "puasa
adalah amanah maka hendaklah salah seorang diantara kamu menjaga
amanahnya." Jika amanah yang diberikan sesama manusia saja akan dimintai
pertanggung jawab, bagaimana saat yang memberikan amanah tersebut adalah dzat
yang memiliki kehidupan ini. Sudah pasti pertanggung jawabannya akan ditagih di
yaumul akhir. Jika saat ini usia kita 30 atau 40 tahun, maka ada 30 atau 40
amanah yang akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT. Pertanyaannya:
Sudah siapkah kita mempertanggungjawabkan semua itu?
Ramadhan kali ini masih panjang, mari kita manfaatkan
dengan semaksimal mungkin. Jika kita berhasil menjadi alumni Ramadhan yang
sukses, maka imbalan Allah SWT berikan sudah menunggu. Firman-Nya dalam QS
Al-Fajr ayat 27-30: "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah
hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." Semoga panggilan mesra
Allah SWT itu nantinya ditujukan untuk kita. Amin.
Walahu A'lam Bishowab.
Penulis:
Ahmad
Rusdiana, Founder
tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah
manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah Ramadhan,
https://etheses.uinsgd.ac.id/29428/1/BKKPengaRisalahRamadhan-TnpaISBN.pdf.
Kepemimpinan Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi;
Manajemen Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan
Pendidikan dll. (tidak kurang dari 60 buku, 18 Penelitian dan 40 Jurnal). Guru
Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti,
dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah
Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak
tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan
Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan
sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan
asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama
Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007
di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan
Kab. Ciamis Jawa Barat. Korespondensi: (1) http://a.rusdiana.id (2)
http://tresnabhakti.org/webprofil; (3)
http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators (4) https://www.google.com/search?
q=buku+a.rusdiana+shopee&source (5) https://play.google.com/store/books/
author?id. Curiculum Vitae lenkap dalam laman
https://a.rusdiana.id/2022/11/16/profil-prof-dr-h-ahmad-rusdiana-drs-mm-27-september-2022.