Penulis A. Rusdiana
A. Rusdiana
Puasa di bulan Ramadhan sejatinya mengantarkan
setiap mukmin ke posisi takwa (Al-Baqarah [2]:183). Di antara ciri orang yang
bertakwa adalah bersifat sabar (Al-Baqarah [2]:177) dan Ali Imran [3]:17).
Puasa Ramadhan melatih dan mendidik sifat sabar agar terbentuk karakter
muttaqin. Rasulullah SAW bersaba: al-shaumu nishf al-shabr, puasa itu
setengah sabar (HR. At-Tirmdizi). Dalam hadis lain: al-shabr nishf al-iman,
sabar itu setengah dari iman (HR.al-Hakim). Berdasarkan dua hadis ini, Imam
al-Ghazali menyebut puasa itu seperempat iman. Di antara makna puasa dan sabar
ialah menahan. Puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkannya,
seperti makan, minum dan bersetubuh. Sementara sabar juga mencakup makna
menahan diri dari segala yang tidak berkenan di hati dan tidak berkeluh kesah.
Puasa yang hakiki mendidik manusia agar mampu mengendalikan hawa nafsunya. Imam
al-Ghazali menyebut ada dua bentuk hawa nafsu, yaitu syahwat dan ghadab
(marah).
Puasa adalah ibadah yang
dilakukan umat Muslim selama bulan Ramadan dengan menahan diri dari makan,
minum, dan aktivitas seksual dari fajar hingga terbenam matahari. Selain itu,
puasa juga memiliki dimensi spiritual dan sosial yang sangat penting. Menurut
Imam al-Ghazali, salah satu manfaat puasa adalah untuk mengendalikan hawa nafsu
seseorang, yang terdiri dari dua bentuk utama: syahwat dan ghadab.
Pertama; Syahwat merujuk pada keinginan atau hasrat
seksual, rasa lapar, atau rasa haus yang sangat kuat. Syahwat bisa menjadi
sumber daya yang positif dan memberikan kekuatan kepada manusia, namun jika
tidak terkontrol, dapat mengarah pada perilaku buruk seperti ketidaksetiaan
dalam hubungan, kebiasaan makan yang tidak sehat, atau kecanduan. Dalam konteks
puasa, menahan diri dari makan dan minum selama berjam-jam dapat membantu
seseorang memahami arti sebenarnya dari lapar dan haus, serta memberikan
kesempatan untuk mengendalikan dan mengarahkan keinginan dan hasrat tersebut
dengan cara yang lebih sehat dan bermanfaat.
Kedua; Ghadab atau marah, merujuk pada keadaan ketika seseorang
merasa sangat kesal atau emosi yang sulit dikontrol. Marah adalah emosi yang
normal dan dapat membantu manusia dalam beberapa situasi, seperti saat
menghadapi situasi yang menantang atau berbahaya. Namun, jika tidak terkontrol,
marah dapat memicu perilaku agresif, kekerasan, atau konflik yang merugikan
diri sendiri maupun orang lain. Dalam konteks puasa, menahan diri dari makan
dan minum dapat membantu seseorang memahami perasaan ketika lapar dan haus,
serta memperkuat kemampuan untuk mengendalikan emosi marah. Puasa juga membantu
untuk memperkuat kemauan dan ketahanan mental, sehingga dapat membantu
seseorang untuk mengendalikan diri ketika mengalami emosi yang kuat.
Dampak positif dari
mengendalikan hawa nafsu melalui puasa adalah dapat membantu seseorang untuk
menjadi lebih sabar, disiplin, dan bermartabat. Selain itu, puasa juga dapat
membantu meningkatkan kesadaran spiritual dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dalam konteks sosial, puasa juga dapat membantu untuk memperkuat hubungan
antarmanusia dan mempromosikan rasa empati dan solidaritas terhadap orang lain
yang lebih membutuhkan. Namun, jika seseorang gagal mengendalikan hawa nafsu
melalui puasa, dampaknya bisa menjadi sebaliknya. Misalnya, seseorang mungkin
menjadi mudah tersinggung, tidak sabar, dan mudah terprovokasi. Hal ini dapat
berdampak negatif pada hubungan sosial dan kesehatan mental seseorang. Oleh
karena itu, sangat penting bagi seseorang yang berpuasa untuk memahami makna
sebenarnya dari ibadah tersebut dan berusaha mengendalikan hawa nafsunya secara
bijaksana dan positif.
Ada beberapa pembelajaran yang
bisa diambil bagi umat Muslim yang sedang menjalani puasa:
Pertama Mengendalikan hawa
nafsu; Puasa memberikan
kesempatan bagi seseorang untuk mengendalikan hawa nafsunya, terutama dalam hal
mengendalikan keinginan untuk makan dan minum. Selain itu, puasa juga dapat
membantu mengendalikan emosi dan keinginan lainnya yang mungkin merugikan diri
sendiri atau orang lain.
Kedua: Meningkatkan
kesadaran spiritual;
Puasa dapat membantu seseorang untuk lebih fokus pada kehidupan spiritual dan
memperkuat hubungan dengan Tuhan. Melalui puasa, seseorang dapat membaca
Al-Quran, berdoa, dan melakukan ibadah lainnya yang dapat meningkatkan
kesadaran spiritual.
Ketiga; Memperkuat hubungan
sosial: Puasa juga dapat
membantu memperkuat hubungan sosial antarmanusia. Selama bulan Ramadan, banyak umat Muslim yang
berbuka puasa bersama, berkumpul untuk sholat tarawih, dan berpartisipasi dalam
kegiatan sosial lainnya. Hal ini dapat membantu mempromosikan rasa solidaritas
dan empati terhadap orang lain.
Keempat; Memperkuat disiplin
dan kemauan: Puasa dapat
membantu memperkuat disiplin dan kemauan seseorang. Menahan diri dari
makan dan minum selama berjam-jam membutuhkan kekuatan mental dan kemauan yang
kuat. Melalui puasa, seseorang dapat memperkuat kemampuan untuk mengendalikan
diri dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Kelima; Menghargai nikmat makanan dan minuman: Puasa dapat membantu
seseorang untuk lebih menghargai nikmat makanan dan minuman. Dengan menahan
diri dari makan dan minum selama berjam-jam, seseorang dapat memahami arti
sebenarnya dari lapar dan haus, serta meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang
diberikan Tuhan.
Jadi, bagi umat Muslim yang sedang menjalani puasa, penting untuk memahami
makna sebenarnya dari ibadah tersebut dan berusaha untuk mengambil pembelajaran
yang positif dari puasa. Dengan mengendalikan hawa nafsu, meningkatkan kesadaran
spiritual, memperkuat hubungan sosial, memperkuat disiplin dan kemauan, serta
menghargai nikmat makanan dan minuman, kita dapat menjadi lebih baik sebagai
manusia dan lebih dekat dengan Tuhan. Kegiatan di 10 hari kedua Ramadan
merupakan hari penuh ampunan. Fase ini juga sering dianggap sebagai fase
transisi semangat, seyogianya dijadikan momen untuk meningkatkan semangat menuju
mukmin ke posisi takwa.
Walahu A'lam Bishowab.
Penulis:
Ahmad
Rusdiana, Founder
tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah
manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah Ramadhan,
https://etheses.uinsgd.ac.id/29428/1/BKKPengaRisalahRamadhan-TnpaISBN.pdf.
Kepemimpinan Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi;
Manajemen Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan
Pendidikan dll. (tidak kurang dari 60 buku, 18 Penelitian dan 40 Jurnal). Guru
Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti,
dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah
Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak
tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan
Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus
sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama
mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna
Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007
di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan
Kab. Ciamis Jawa Barat. Korespondensi: (1) http://a.rusdiana.id (2)
http://tresnabhakti.org/webprofil; (3)
http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators (4) https://www.google.com/search?
q=buku+a.rusdiana+shopee&source (5) https://play.google.com/store/books/
author?id. Curiculum Vitae lenkap dalam laman
https://a.rusdiana.id/2022/11/16/profil-prof-dr-h-ahmad-rusdiana-drs-mm-27-september-2022.