RAMADHAN BULAN PENDIKAN DAN PELATIHAN (Bag. XII): Telaah Ibadah Puasa sebagai upaya menyeimbangkan antara Emotional dan Spiritual Quotient (ESQ), Menuju Magfirah Allah SWT.

Penulis A. Rusdiana

Dibaca: 101 kali

A. Rusdiana

Oleh A. Rusdiana

 

PUASA ashshiyaam, merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman yang mukallaf, baik laki-laki maupun perempuan. Surah al-Baqarah, ketika menyebutkan kata ashshiyaam (puasa) tidak menyebutkan kata Ramadhan (yaa ayyuhalladziina aamanuu kutiba 'alaikumush shiyaam) (QS. al-Baqarah[2]:183). Hal ini karena sudah menjadi ketetapan dalam rukun Islam bahwa puasa wajib itu hanya di bulan Ramadhan.

Puasa memang artinya menahan diri dari segala yang membatalkan dan nilai puasa sejak waktu imsak (sejak terbit fajar) hingga terbenam matahari. Justru itu, dalam melaksanakan puasa manusia banyak dituntut agar mampu mengendalikan diri dari hal-hal yang tidak baik. Dari sini pulalah perlu disadari bahwa puasa banyak mengandung manfaat, baik secara moral maupun spiritual.

Pelaksanaan puasa dengan sebaik-baiknya akan mendidik manusia menjadi jujur, disiplin, berbudi luhur, berakhlak mulia, yang kelak menumbuhkan rasa sosial yang mendalam, sekaligus menghilangkan egoisme dan kesombongan.  Diharapkan bagi orang yang berpuasa, dosis nafsunya akan menurun drastis, sebagaimana juga menurunnya glukosa (kadar gulanya). Di antara nilai-nilai yang dapat dipetik ialah: meningkatkan sensitivitas moral, menjauhkan manusia dari degradasi moral dan membentuk manusia yang penuh dengan berkepribadian serta mampu mencetaknya memiliki akhlakul karimah yang mapan.

Sebagai telaah ibadah puasa dalam upaya menyeimbangkan antara Emotional, Spiritual Quotient (ESQ). (baca: http://beritadisdik.com/news/kaji/com- ramadhan-bulan-pendikan-dan-pelatihan--bag-x-puasa-ramadhan-sebagai-upaya-peningkatan-kecerdasan-emotional-dan-spiritual-quotient),  Keseimbangan tersebut, bisa terlihat dalam praktek kehidupan nyata, antara lain: 

Pertama, puasa intinya adalah menahan diri; Ini merupakan unsur terpenting dalam pendidikan puasa, melalui ibadah ini kita dilatih untuk menahan diri dari segala perbuatan yang kurang baik. Puasa tidak hanya menahan diri dari lapar dan haus serta tidak berhubungan seks, melainkan lebih dari itu. Puasa juga menahan diri dari perbuatan yang negatif, seperti menjaga dan meminimalisir amarah, tidak menggunjing aib orang lain dan berbagai hal lainnya yang dapat merusak nilai puasa.

Kedua, puasa mendidik agar memiliki sifat jujur; Orang yang melakukan puasa atau tidaknya itu hanya dia dengan Allah SWT yang mengetahuinya. Karena itu, ibadah puasa ini sering disebutkan Ibadah Rahasia. Kalau kita melakukan salat, melaksanakan ibadah haji, atau membayar zakat, orang lain dapat menyaksikannya. Namun, beda halnya dengan ibadah puasa ini yang tidaklah mudah untuk mendeteksinya.

Kejujuran personal sangatlah berpengaruh dalam pelaksanaan ibadahnya. Ibadah puasa tidak bisa kita dokumentasikan dan bahkan kita viralkan kepada orang lain selayaknya ibadah-ibadah yang lain. Puasa sungguh sangat rahasia dan hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Sebagaimana dalam hadits Nabi: Artinya: “Allah SWT berfinman; ibadah puasa adalah untuk-Ku dan Aku langsung yang akan memberikan balasannya, dengan meninggalkan syahwat, tidak makan dan tidak minum adalah semata-mata karena-Ku.”

Ketiga, puasa mendidik seseorang untuk memiliki kepekaan sosial yang tinggi;  Suasana dan kondisi yang lapar dan dahaga akan mempertajam perasaan sosial pada orang yang beriman untuk ikut merasakan penderitaan orang lain yang setiap harinya dalam kondisi lapar dan dahaga. Bukan hanya itu, dengan puasa ia mampu menjaga lisannya untuk tidak berkata kotor kepada orang lain dan merubahnya dengan selalu mendekatkan diri kepada sang pencipta, seperti membaca al-Qur’an, bershalawat dan lain sebagainya.

Keempat, puasa mendidik seseorang memiliki sifat kebersamaan; Suasana kebersamaan dapat membina komunikasi yang baik di dalam keluarga dan masyarakat secara individual dan kolektif. Pembelajaran pada 3 tahun lalu, di satu sisi kita melaksanakan puasa dan di sisi yang lain dianjurkan Stay At Home atau berdiam di rumah. Stay At Home merupakan solusi tepat dan cepat untuk mengoptimalisasikan keluarga lebih berkualitas sebagai konsekuensi dibalik pandemi Covid-19. pada waktu itu.  Sedangkan untuk masyarakat akan terlihat baik ketika melaksanakan ibadah seperti melaksanakan salat berjamaah, memberikan takjil, menunaikan zakat dan lain sebagainya. Semuanya akan tercermin dalam kehidupan yang harmonis, saling menghargai dan saling membutuhkan, serta tanpa adanya rasa kecemburuan sosial dan tindakan amoral antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya.

Ending-nya, puasa adalah ibadah yang penuh dengan keberimbangan antara Spiritual Quotient dan Emotional Quotient. Ibadah ini tidak hanya mengajarkan hubungan vertikal (Hubungan manusia dengan Allah SWT sebagai dzat yang mewajibkannya), namun puasa penuh dengan pembelajaran horizontal yang akan mencetak manusia berkualitas dan menumbuhkan rasa solidaritas antar insan. Dengan melaksanakan puasa, pada hakikatnya membentuk jiwa, kepribadian, sikap dan perilaku manusia yang pada gilirannya mampu membentuk manusia yang tangguh dan penuh dengan peningkatan harkat dan martabat yang ideal. Inilah hakikat takwa yang harus dicapai dalam ayat "la’allakum tattaquun." (QS.al-Baqarah[2]:183). Dari itu pula magfirah Allah SWT., insya Allah segera tercapai.

Wallahu A'lam Bishowab

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Founder tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah Ramadhan, https://etheses. uinsgd.ac.id/ 29428/1/BKKPengaRisalahRamadhan-TnpaISBN.pdf. Kepemimpinan Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi; Manajemen Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan dll. (tidak kurang dari 60 buku, 18 Penelitian dan 40 Jurnal). Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan  Panawangan Kab. Ciamis Jawa Barat. Korespondensi: (1) http://a.rusdiana.id (2) http://tresnabhakti.org/webprofil;  (3) http://digilib.uinsgd.ac.id/ view/creators (4) https://www. google.com/search? q=buku +a.rusdiana+shopee&source (5) https://play. google.com/store/books/author?id. Curiculum Vitae lenkap dalam laman https://a.rusdiana.id/2022/11/16/profil-prof-dr-h-ahmad-rusdiana-drs-mm-27-september-2022.

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...