Penulis A. Rusdiana
A. Rusdiana
PUASA ashshiyaam, merupakan kewajiban bagi setiap orang
beriman yang mukallaf, baik laki-laki maupun perempuan. Surah al-Baqarah, ketika menyebutkan kata ashshiyaam
(puasa) tidak menyebutkan kata Ramadhan (yaa ayyuhalladziina aamanuu kutiba
'alaikumush shiyaam) (QS. al-Baqarah[2]:183). Hal ini karena sudah
menjadi ketetapan dalam rukun Islam bahwa puasa wajib itu hanya di bulan
Ramadhan.
Puasa memang artinya menahan diri dari
segala yang membatalkan dan nilai puasa sejak waktu imsak (sejak terbit fajar)
hingga terbenam matahari. Justru itu, dalam melaksanakan puasa manusia banyak
dituntut agar mampu mengendalikan diri dari hal-hal yang tidak baik. Dari sini
pulalah perlu disadari bahwa puasa banyak mengandung manfaat, baik secara moral
maupun spiritual.
Pelaksanaan puasa dengan sebaik-baiknya
akan mendidik manusia menjadi jujur, disiplin, berbudi luhur, berakhlak
mulia, yang kelak menumbuhkan rasa sosial yang mendalam, sekaligus
menghilangkan egoisme dan kesombongan. Diharapkan bagi orang yang berpuasa, dosis
nafsunya akan menurun drastis, sebagaimana juga menurunnya glukosa (kadar
gulanya). Di antara nilai-nilai yang dapat dipetik ialah: meningkatkan
sensitivitas moral, menjauhkan manusia dari degradasi moral dan membentuk
manusia yang penuh dengan berkepribadian serta mampu mencetaknya memiliki
akhlakul karimah yang mapan.
Sebagai telaah ibadah puasa dalam upaya menyeimbangkan
antara Emotional, Spiritual Quotient (ESQ). (baca:
http://beritadisdik.com/news/kaji/com-
ramadhan-bulan-pendikan-dan-pelatihan--bag-x-puasa-ramadhan-sebagai-upaya-peningkatan-kecerdasan-emotional-dan-spiritual-quotient),
Keseimbangan tersebut, bisa terlihat
dalam praktek kehidupan nyata, antara lain:
Pertama, puasa intinya adalah menahan diri;
Ini merupakan unsur terpenting dalam pendidikan puasa, melalui ibadah ini kita
dilatih untuk menahan diri dari segala perbuatan yang kurang baik. Puasa
tidak hanya menahan diri dari lapar dan haus serta tidak berhubungan seks,
melainkan lebih dari itu. Puasa juga menahan diri dari perbuatan yang negatif,
seperti menjaga dan meminimalisir amarah, tidak menggunjing aib orang lain dan
berbagai hal lainnya yang dapat merusak nilai puasa.
Kedua,
puasa mendidik agar memiliki sifat jujur; Orang yang melakukan puasa atau
tidaknya itu hanya dia dengan Allah SWT yang mengetahuinya. Karena itu, ibadah
puasa ini sering disebutkan Ibadah Rahasia. Kalau kita melakukan salat,
melaksanakan ibadah haji, atau membayar zakat, orang lain dapat menyaksikannya.
Namun, beda halnya dengan ibadah puasa ini yang tidaklah mudah untuk
mendeteksinya.
Kejujuran
personal sangatlah berpengaruh dalam pelaksanaan ibadahnya. Ibadah puasa tidak
bisa kita dokumentasikan dan bahkan kita viralkan kepada orang lain selayaknya
ibadah-ibadah yang lain. Puasa sungguh sangat rahasia dan hanya Allah SWT yang
mengetahuinya. Sebagaimana dalam hadits Nabi: Artinya: “Allah SWT berfinman;
ibadah puasa adalah untuk-Ku dan Aku langsung yang akan memberikan balasannya,
dengan meninggalkan syahwat, tidak makan dan tidak minum adalah semata-mata
karena-Ku.”
Ketiga,
puasa mendidik seseorang untuk memiliki kepekaan sosial yang tinggi; Suasana dan kondisi yang lapar dan dahaga akan
mempertajam perasaan sosial pada orang yang beriman untuk ikut merasakan
penderitaan orang lain yang setiap harinya dalam kondisi lapar dan dahaga.
Bukan hanya itu, dengan puasa ia mampu menjaga lisannya untuk tidak berkata
kotor kepada orang lain dan merubahnya dengan selalu mendekatkan diri kepada
sang pencipta, seperti membaca al-Qur’an, bershalawat dan lain sebagainya.
Keempat,
puasa mendidik seseorang memiliki sifat kebersamaan; Suasana kebersamaan dapat
membina komunikasi yang baik di dalam keluarga dan masyarakat secara individual
dan kolektif. Pembelajaran pada 3 tahun lalu, di satu sisi kita melaksanakan
puasa dan di sisi yang lain dianjurkan Stay At Home atau berdiam di
rumah. Stay At Home merupakan solusi tepat dan cepat untuk
mengoptimalisasikan keluarga lebih berkualitas sebagai konsekuensi dibalik
pandemi Covid-19. pada waktu itu. Sedangkan
untuk masyarakat akan terlihat baik ketika melaksanakan ibadah seperti
melaksanakan salat berjamaah, memberikan takjil, menunaikan zakat dan lain
sebagainya. Semuanya akan tercermin dalam kehidupan yang harmonis, saling
menghargai dan saling membutuhkan, serta tanpa adanya rasa kecemburuan sosial
dan tindakan amoral antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya.
Ending-nya,
puasa adalah ibadah yang penuh dengan keberimbangan antara Spiritual
Quotient dan Emotional Quotient. Ibadah ini tidak hanya mengajarkan
hubungan vertikal (Hubungan manusia dengan Allah SWT sebagai dzat yang
mewajibkannya), namun puasa penuh dengan pembelajaran horizontal yang
akan mencetak manusia berkualitas dan menumbuhkan rasa solidaritas antar insan.
Dengan melaksanakan puasa, pada hakikatnya membentuk jiwa, kepribadian, sikap
dan perilaku manusia yang pada gilirannya mampu membentuk manusia yang tangguh
dan penuh dengan peningkatan harkat dan martabat yang ideal. Inilah hakikat
takwa yang harus dicapai dalam ayat "la’allakum tattaquun."
(QS.al-Baqarah[2]:183). Dari itu pula magfirah Allah SWT., insya Allah
segera tercapai.
Wallahu
A'lam Bishowab
Penulis:
Ahmad
Rusdiana, Founder
tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah
manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah Ramadhan, https://etheses.
uinsgd.ac.id/ 29428/1/BKKPengaRisalahRamadhan-TnpaISBN.pdf. Kepemimpinan
Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi; Manajemen
Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan
dll. (tidak kurang dari 60 buku, 18 Penelitian dan 40 Jurnal). Guru Besar
Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan
Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung
Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun
1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya
Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus
sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama
mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna
Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007
di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan
Kab. Ciamis Jawa Barat. Korespondensi: (1) http://a.rusdiana.id (2)
http://tresnabhakti.org/webprofil; (3)
http://digilib.uinsgd.ac.id/ view/creators (4) https://www. google.com/search?
q=buku +a.rusdiana+shopee&source (5) https://play.
google.com/store/books/author?id. Curiculum Vitae lenkap dalam laman
https://a.rusdiana.id/2022/11/16/profil-prof-dr-h-ahmad-rusdiana-drs-mm-27-september-2022.