RAMADHAN BULAN PENDIKAN DAN PELATIHAN (Bag. XIII): Belajar dari Malam Nuzulul Qur’an Menjadi Pribadi Pembelajar menuju magfirah Allah SWT

Penulis A. Rusdiana

Dibaca: 218 kali

A. Rusdiana

Oleh A. Rusdiana

 

Tidak terasa kita telah melewati pertengahan bulan Ramadhan. Ada satu peristiwa yang amat istimewa, yakni peristiwa turunnya Al-Qur’an yang disebut dengan nuzulul Qur’an. Peristiwa bersejarah bagi umat Muslim ini diperingati setiap tanggal 17 Ramadhanm tahun ini bertepatan dengan 8 April 2023. Seluruh umat muslim di dunia memperingati malam yang sangat mulia yaitu malam Nuzulul Qur’an. Maka dalam sejarah perkembangannya hingga saat ini, banyak umat islam yang menggelar acara Nuzulul Qur’an sebagai wujud rasa syukur diturunkanya kitab suci agama islam.

Berbicara mengenai Nuzulul Qur’an, maka tidak akan lepas pula dalam pembahasan Lailatul Qodar dan Bulan Ramadhan. Dari baitil izzah, malaikat Jibril a.s mengantarkan wahyu kepada Nabi Muhammad Saw secara step by step selama kurun waktu 23 tahun. Akan tetapi jika diperinci pada tanggal berapa Nuzulul Quran pada saat itu, disini mulai terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama’. Ada yang berpendapat pada malam-malam ganjil di bulan suci ramadhan, tanggal 27 ramadhan, dan pendapat yang menyatakan bahwa lailatul qodar dan malam nuzulul quran itu terjadi pada tanggal 17 ramadhan. Allah Swt. berfirman yang artinya,”Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an.” (QS Al-Baqarah [2]: 185)  Dalam ayat lain Allah juga berfirman, artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.” (QS Al-Qadr [97]: 1). Dan pendapat bahwa malam Nuzulul Qur’an terjadi pada tanggal 17 Ramadhan inilah yang banyak dipakai di Indonesia. Pada malam itu Nabi Muhammad Saw. Menjadi manusia pilihan yang mengemban amanah berupa tugas suci dan mulia menyebarkan risalah ilahiah.

Turunya Al-Quran pada bulan Ramadhan memiliki makna penting bagi kehidupan manusia yang mampu menginterpretasikanya secara tawadhu’. Ketika malaikat Jibril pertama kali mengajarkan bacaan Al-Qur’an kepada Rosulullah, beliau memang terlihat sangat gugup hinggga sempat menggigil ketika kembali ke rumah. Namun dalam perkembanganya, tiap kali bulan Ramadhan tiba malaikat Jibril a.s dan Rosulullah silih berganti membacakan Al-Quran secara fasih. 

Di malam nuzulul qur’an ini umat Muslim dianjurkan memperbanyak membaca Al-Qur’an, yang merupakan kalamullah dan pedoman hidup manusia. Tentunya banyak sekali keutamaan yang kita dapatkan dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an pada waktu tersebut, terlebih pada bulan Ramadhan, segala amal dan ibadah dilipatgandakan oleh Allah Swt. Perintah tersebut salah satunya terkandung dalam Al-qur'an Surah Al-Alaq 1-5; “Bacalah dengan nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah yang mengajarkan manusia dengan perantaran kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S Al-Alaq [96]:1-5).

Dalam makna terdalam ayat Iqra tersebut kita menjadi komunitas terdidik sekaligus insan pembelajar. Dan adalah dosa kalau kita tidak menjalankanya, makanya menjadi tidak pintar atau bodoh adalah dosa! Artinya dalam peristiwa tersebut, terdapat satu pembelajaran menuju arah yang lebih baik. Yaitu membaca Al-Quran dengan tidak hanya secara bacaan saja. Tetapi secara berulang-ulang dengan tadarrus Al-Quran. Itulah kemudian disebut "Pribadi Pembelajar" dalam konteks ini mental pembelajar adalah sikap yang menjadikan kegiatan belajar sebagai bagian dari Daily activity bahkan mungkin sebagai kebutuhan hidup seseorang. Mereka memiliki karakteristik rasa ingin tahu yang tinggi, optimis, konsisten, serta punya pandangan visioner. Lebih jauh, nasionalisme, disiplin, integritas moral, kepercayaan diri, kejujuran, kepekaan sosial, sikap toleran dan seterusnya sebetulnya dapat tumbuh dari sikap kritis dan cara berpikir logis dari seorang pembelajar. Disamping itu mental pembelajar bisa menjadi daya penggerak dalam menghadapi disrupsi serta gejolak yang akan dan sedang kita hadapi.

Ramadhan sesungguhnya adalah waktu yang tepat ketika seseorang ingin mempelajari Al-Qur’an dalam artian di atas, karena dalam bulan tersebut begitu banyak fenomena yang bisa kita petik pelajarannya, antara lain:

Pertama; Rasulullah memberi keteladanan kepada kita dengan membaca Al-Quran pada bulan Ramadhan untuk meraih keberkahan hidup dan meniti menuju kebaikan dengan petunjuk Al-Quran. Rosulullah Saw bersabda: “Sebaik-baik diantara kamu adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkanya”.

Kedua; Iman Az-Zuhri pun pernah berkata: ‘Apabila datang Ramadhan maka kegiatan utama kita selain puasa adalah membaca AL-Quran”.

Ketiga; Imam Qatadah umpamanya, di luar Ramadhan khatam setiap tujuh hari, di dalam Ramadhan khatam setiap tiga hari, dan di sepuluh hari terakhir khatam setiap hari.

Keempat; Imam Syafi’i di luar Ramadhan setiap hari khatam sekali, dan di dalam Ramadhan setiap hari khatam dua kali. Itu semua di luar shalat.

Kelima; Abu Hamzah as-Sanuwi dalam tulisannya mengatakan para tabi’in karena begitu memahami arti Ramadhan, bulan Al-Qur’an, dan begitu kuatnya dalam mencintai Al-Qur’an, maka bila bulan Ramadhan tiba mereka mengkhususkan diri untuk membaca Al-Qur’an seperti yang dilakukan oleh Imam Az-Zuhri dan Sufyan ats-Tsauri. Sehingga dalam satu bulan khatam Al-Qur’an sampai berpuluh-puluh kali.

Fenomena Inilah yang banyak dilakukan oleh umat islam ketika malam hari di bulan Ramadhan. Banyak masjid, mushalla, dan majelis-majelis bersemangat menyerukan bacaan ayat suci Al-Quran secara silih berganti. Tidak jarang, bacaan tersebut disambungkan pada pengeras suara. Semua itu dengan harapan untuk meraih keberkahan Ramadhan seperti yang telah dijanjikan Allah Swt.

Semoga pada malam Nuzulul Qur’an kita sebagai umat muslim dapat selalu menjadi pribadi pembelajar. Tidak hanya sekedar peringatan secara ceremonial saja. Tetapi bagaimana kita dapat mengambil hikmah dalam bulan suci yang penuh keberkahan dan magfirah Allah SWT.

Wallahu A'lam Bishowab

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Founder tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah Ramadhan, https://etheses. uinsgd.ac.id/ 29428/1/BKKPengaRisalahRamadhan-TnpaISBN.pdf. Kepemimpinan Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi; Manajemen Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan dll. (tidak kurang dari 60 buku, 18 Penelitian dan 40 Jurnal). Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan  Panawangan Kab. Ciamis Jawa Barat. Korespondensi: (1) http://a.rusdiana.id (2) http://tresnabhakti.org/webprofil;  (3) http://digilib.uinsgd.ac.id/ view/creators (4) https://www. google.com/search? q=buku +a.rusdiana+shopee&source (5) https://play. google.com/store/books/author?id. Curiculum Vitae lenkap dalam laman https://a.rusdiana.id/2022/11/16/profil-prof-dr-h-ahmad-rusdiana-drs-mm-27-september-2022.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...