Penulis A. Rusdiana
A. Rusdiana
SERING kita memaknai bahwa hikmah puasa hanya identik
dengan amalan-amalan agama saja, seperti sholat tarawih, baca Quran, sholat sunnah, berdoa, dan lain
sebagainya. Namun lebih jauh
dari itu banyak amalan selain yang disebutkan tadi sesungguhnya adalah
merupakan amalan yang justru tidak kita sadari tapi menjadi suatu amalan yang
mempunyai nilai ibadah yang tinggi, semisal dalam peningkatan disiplin dan etos
kerja baik di satuan kita bekerja maupun intansi lain yang merupakan tempat
bekerja. Sehingga hikmah menjalankan ibadah puasa berkaitan erat dengan amalan
puasa yang dijalani, tidak terbatas hanya dengan menahan lapar dan dahaga,
selain berkaitan dengan amalan ibadah, namun juga kegiatan lain seperti
bekerja/Dinas.
Sebagai salah satu amal yang memiliki
nilai ibadah, semestinya bekerja, terutama bagi Muslim yang sudah memiliki
kewajiban mencari nafkah, menjadi salah satu kegiatan bernilai pahala yang akan
diganjar berlipat ganda oleh Allah swt. Kemandirian ekonomi merupakan salah
satu prinsip yang menjadi perhatian agama Islam. Sehingga, Islam juga sangat
mengapresiasi umat Muslim yang memiliki semangat etos kerja tinggi, terlebih
jika ia sudah memiliki kewajiban untuk menafkahi keluarga. Dalam satu sabdanya
Rasulullah menyampaikan, “Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun
yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan
sesungguhnya Nabi Allah Dawud as memakan makanan dari hasil usahanya sendiri.”
(HR Al-Bukhari) .
Jika kita amati
dengan seksama, pengambilan contoh Nabi Adam sebagai salah satu potret sosok
yang memiliki semangat etos kerja tinggi menyiratkan pesan bahwa umat terdahulu
saja sudah menjunjung tinggi kemandirian ekonomi, apalagi umat Nabi Muhammad
yang menyandang status umat terbaik dibanding generasi sebelum-sebelumnya.
Hanya, kehadiran bulan suci Ramadhan kadang dianggap ‘membebani’ oleh sebagian
umat Muslim yang menilainya sebagai momen penghambat produktivitas dan
penurunan etos kerja. Kondisi tubuh yang lapar dan haus membuat bulan puasa
kadang dikambinghitamkan oleh sebagian orang sebab menurunkan stamina tubuh.
Padahal, seharusnya Ramadhan menjadi momen bagi setiap Muslim untuk lebih giat
lagi dalam bekerja. (baca: Abah; pada
https://ekpos.com/2023/04/12/shaum-ramadhan-bisa-meningkatkan-etos-kerja).
Sebagai salah
satu aktivitas yang memiliki nilai pahala, semangat etos kerja di bulan puasa
memiliki nilai ganjaran lebih dibanding pada bulan-bulan lainnya. Bukankah
Rasulullah saw selalu memberi motivasi kepada para sahabat ketika hendak
menyamput Ramadhan, "Wahai manusia sekalian, telah tiba bulan yang agung
lagi mulia. Bulan yang di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dibanding
seribu bulan. Allah telah menjadikan puasanya wajib dan shalat malamnya sebagai
amal sunnah. Barangsiapa melakukan satu ibadah sunnah pada bulan ini, maka
pahalanya setara dengan satu ibadah wajib di bulan lainnya. Dan barangsiapa
menunaikan satu ibadah wajib pada bulan ini, maka pahalanya seperti menunaikan
tujuh puluh ibadah wajib di bulan lainnya.” (HR Ibnu Khuzaimah).
Untuk itu, kita
harus menyadari bahwa selain sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
menciptakan kemandirian ekonomi, bekerja dengan totalitas di bulan Ramadhan
juga memiliki nilai pahala lebih, apalagi Rasulullah sudah menyampaikan bahwa
bekerja memiliki sejumlah pahala yang beragam. Berikut adalah beberapa
di antaranya.
Pertama: Bernilai Sedekah.
Rasulullah SAW., pernah menyampaikan bahwa salah satu ibadah yang paling utama
di bulan Ramadhan adalah bersedekah. Seorang Muslim yang bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya akan memperoleh pahala sedekah. Rasulullah saw,
beliau bersabda, ‘Usaha terbaik seorang laki-laki adalah usaha dari hasil
tangannya sendiri. Dan apa-apa yang diinfakkan oleh seorang laki-laki kepada
diri, istri, anak dan pembantunya adalah sedekah.” (Ibnu Majah).
Kedua; Penghapus Dosa;
Selain memiliki nilai sedekah, bekerja mencari nafkah juga menjadi salah satu
penghapus dosa yang paling ampuh. Rasulullah pernah manyampaikan bahwa jerih
payah mencari nafkah bisa menjadi penebus dosa yang tidak bisa dilakukan oleh
amal-amal ibadah lain. Dalam hadis lain, Rasulullah saw, bersabda, "Dari
sekian dosa terdapat jenis dosa yang tidak dapat ditebus kecuali dengan
kesusahan (perjuangan) dalam mencari penghidupan (keluarga).’”
(HR.at-Thabarani, Abu Nu’aim, dan al-Khatib).
Ketiga; Meraih surga
merupakan idaman bagi setiap Muslim. Bagaimana tidak, surga disebutkan sebagai
tempat terbaik yang keindahannya tidak bisa dibayangkan oleh siapapun. Bisa
memasukinya tentu sebuah prestasi Muslim yang sangat dibanggakan.
Dipahami bahwa, salah satu amal
ibadah yang bisa mengantarkan seorang hamba ke tempat mulia ini adalah bekerja
untuk menafkahi keluarga. Dalam satu hadits diriwayatkan; “Siapa saja yang
memiliki tiga putri, lalu memenuhi nafkah mereka dan memperlakukan mereka
dengan baik sehingga Allah menjadikan mereka mandiri terhadap ayahnya, niscaya
Allah jadikan surga untuknya. Sudah pasti. Kecuali ia mengamalkan jenis dosa
yang tidak dapat diampuni (seperti syirik).” (HR Al-Kharaithi).
Bagi kita yang memiliki pekerjaan
rutin saat bulan Ramadhan, apalagi untuk pekerja berat, sebaiknya memaksimalkan
momen sahur agar dapat melalui siang hari puasa dengan stamina tubuh lebih
stabil. Rasulullah SAW. bersanda “"Makan sahurlah kalian karena
sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah." (HR Bukhari). Dengan
konsumsi makanan cukup dan waktu sahur diakhirkan, insyaallah akan membuat kita
lebih prima di siang hari. Pada hari ke 24 ini mari kita berdo'a; "Ya
Allah, aku memohon pada-Mu di bulan yang suci ini dengan segala sesuatu yang
mendatangkan keridaan-Mu, dan aku berlindung dengan-Mu dari hal-hal yang
mendatangkan kemarahan-Mu...".
Wallahu
A'lam Bishowab
Penulis:
Ahmad
Rusdiana, Founder
tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah
manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah Ramadhan, https://etheses.
uinsgd.ac.id/ 29428/1/BKKPengaRisalahRamadhan-TnpaISBN.pdf. Kepemimpinan
Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi; Manajemen
Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan
dll. (tidak kurang dari 60 buku, 18 Penelitian dan 40 Jurnal). Guru Besar
Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan
Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung
Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun
1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya
Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus
sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama
mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna
Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007
di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan
Kab. Ciamis Jawa Barat. Korespondensi: (1) http://a.rusdiana.id (2)
http://tresnabhakti.org/webprofil; (3) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators
(4) https://www. google.com/search? q=buku +a.rusdiana+shopee&source (5)
https://play. google.com/store/books/author?id. Curiculum Vitae lenkap dalam
laman
https://a.rusdiana.id/2022/11/16/profil-prof-dr-h-ahmad-rusdiana-drs-mm-27-september-2022.