Penulis A. Rusdiana
A. Rusdiana
Sungguh tidak terasa kita telah memasuki penghujung bulan Ramadan. Perjalanan
kehidupan yang terus berlalu telah menjadikan ramadan terasa begitu cepat. Ada
kecemasan akan takutnya amal ibadah selama ramadhan tidak diterima. Sebagaimana
diriwayatkan oleh sahabat Salman Al Farisi: "Pada, 10 hari ketiga
(terakhir) sebagai fase pembebasan dari api neraka".
Motivasi bagi umat Islam, dari sepuluh
hari terakhir ini merupakan penutupan bulan Ramadhan, sedangkan amal perbuatan
itu tergantung pada penutupannya atau akhirnya. Allah SWT menjanjikan berbagai
kemudahan bagi umat-Nya. Firman-Nya dalam Al-Qur'an "Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam
kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu
turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan
sampai terbit fajar". (Q.S. al-Qadr [97]: 1-5).
Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, memiliki keutamaan yang lebih
besar dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Hal itu karena umat Islam
mengejar turunnya malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang
lebih baik dari seribu bulan. “Dari Aisyah Rasulullah SAW sangat
bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan Ramadan),
melebihi kesungguhan beribadah di selain malam tersebut.” (HR. Muslim).
Hadis
tersebut menunjukkan keutamaan semangat umat Islam beribadah di sepuluh
terakhir malam Ramadan. Rasulullah memaksimalkan ketaatannya dalam memanfaatkan
waktu di sepuluh hari terakhir Ramadan dengan meningkatkan ibadah, beritikaf,
dan mengajak orang-orang di sekitarnya.
Selain
hadis tersebut, juga diriwayatkan dari Hadis Al-Bukhari dan Imam Muslim yang
berbunyi: “Dahulu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam apabila telah masuk 10
hari terakhir beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan
malam-malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Maksud
dari mengencangkan ikat pinggangnya adalah bersungguh-sungguh beribadah dengan
menjauhi istri-istrinya untuk tidak berhubungan badan selama sepuluh malam
terakhir di bulan Ramadan. Kesungguhan Rasulullah disebabkan oleh beberapa hal.
Dilansir dari laman Kementerian Agama RI, sebab Rasulullah lebih
meningkatkan ibadahnya di 10 hari terakhir Ramadan, antara lain: "(1)
Sepuluh hari terakhir adalah penutup Ramadan yang penuh berkah. Setiap amalan
manusia dinilai berdasarkan amalan penutupnya. (2) Sepuluh malam terakhir
Ramadan adalah malam-malam yang dicintai dan disukai Rasulullah. (3) Keindahan
dan kemuliaan malam Lailatul Qadar untuk beribadah melebihi
pahala beribadah sepanjang 1000 bulan; dan (4) Rasulullah memberikan contoh
kepada umatnya agar tidak terlena dalam kesibukan duniawi mempersiapkan
kebutuhan hari raya, sehingga melupakan ibadah di di sepuluh hari
terakhir".
Berikut
ibadah yang dicontohkan Rasulullah SAW dalam memotivasi umatnya untuk menambah
giat beribadah di 10 hari terkahir Ramadan, antara lain:
Pertama: Memperpanjang Shalat Malam; Pada 10 malam
terakhir, Rasulullah SAW tidak tidur, lambung beliau dan para sahabat amat jauh
dari tempat tidur. Beliau menghidupkan malam-malam tersebut untuk beribadah,
shalat, zikir, dan lain-lain hingga waktu fajar. Sebagaimana penuturan Aisyah
RA, “Rasulullah SAW biasa ketika memasuki 10 Ramadan terakhir, beliau
kencangkan ikat pinggang (bersungguh-sungguh dalam ibadah), menghidupkan
malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk
beribadah.” (HR.Al-Bukhari dan Muslim).
Kedua: Memperbanyak Sedekah; Meningkatkan sedekah
menjadi salah satu amalan utama di 10 hari terakhir sebagai ungkapan syukur atas
nikmat dipertemukan Ramadan, serta sebagai penyempurna ibadah puasa dan
ibadah-ibadah individu lainnya. Karena tidaklah sempurna keimanan dan kualitas
ibadah seseorang kecuali jika adanya keseimbangan antara ibadah ritual dan
ibadah sosial. Sebagaimana firman Allah SWT, "Lambung mereka jauh dari
tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh
harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka.” (Qs. As-Sajdah [32]:16).
Bersedekah di 10 hari terakhir tidak hanya diterjemahkan
dengan sedekah wajib berupa zakat fitrah dan zakal mal, tetapi juga dianjurkan
memperbanyak sedekah sunnah. Bersedekah
dapat berbentuk harta, pangan, pakaian, paket sedekah untuk yatim dan dhuafa,
dan lain sebagainya.
Ketiga:
I’tikaf; I’tikaf berarti
berdiam di masjid dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Tidaklah seseorang
keluar dari masjid, kecuali untuk memenuhi hajatnya sebagai manusia. I’tikaf
dianjurkan setiap waktu, tetapi lebih ditekankan memasuki sepuluh malam terakhir
Ramadhan sebagaimana penuturan Abdullah bin Umar RA, "Rasulullah SAW
beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan ramadan" (HR. Muttafaq ‘alaih)
Keempat:
Tilawah Al Qur’an;
Meningkatkan membaca Al-Qur’an menjadi salah satu ibadah utama di 10 hari terakhir
Ramadan. Tidak sedikit umat Islam yang larut dalam tilawah Al-Qur’an sepanjang
malam baik di masjid maupun di rumah. Tilawah Al-Qur’an adalah ibadah ringan
dan memiliki keutamaan yang besar. Tradisi mengejar khataman Al-Qur’an di akhir
Ramadhan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi pribadi muslim, khususnya mereka
yang setiap hari bergulat dengan aktivitas pekerjaan, sehingga khataman
Al-Qur’an sebanya satu kali menjadi target realistis.
Melebihi kesungguhan dalam beribadah di
selain malam-malam selain sepuluh hari terakhir bisa dilakukan dengan
memperpanjang salat malam, memperbanyak sedekah, iktikaf, dan tilawah
Al-Qur’an. Sehingga umat muslim
seharusnya bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena belum tentu tahun
depan bisa bertemu Ramadan lagi. Karena itulah detik-detik 10 malam terakhir amatlah mahal,
janganlah dimurahkan dengan kelalaian. Semoga Allah SWT memberikan amppunan, kemudahan
dan dibebaskan dari api neraka bagi umat-Nya.
Wallahu A'lam Bishowab
Penulis:
Ahmad
Rusdiana, Founder
tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah
manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah Ramadhan, https://etheses.
uinsgd.ac.id/ 29428/1/BKKPengaRisalahRamadhan-TnpaISBN.pdf. Kepemimpinan
Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi; Manajemen
Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan
dll. (tidak kurang dari 60 buku, 18 Penelitian dan 40 Jurnal). Guru Besar
Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi;
Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung
yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta
garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat
Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri
Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap
tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung.
Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket
A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag
Kecamatan Panawangan Kab. Ciamis Jawa
Barat. Korespondensi: (1) http://a.rusdiana.id (2) http://tresnabhakti.org/webprofil; (3) http://digilib.uinsgd.ac.id/
view/creators (4) https://www. google.com/search? q=buku
+a.rusdiana+shopee&source (5) https://play.
google.com/store/books/author?id. Curiculum Vitae lenkap dalam laman
https://a.rusdiana.id/2022/11/16/profil-prof-dr-h-ahmad-rusdiana-drs-mm-27-september-2022.