RAMADHAN BULAN PENDIKAN DAN PELATIHAN (Bag. XVI): Mengambil Hikmah Pembelajaran dari Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadan Mengharap Berkah dan Ampunan Allah SWT

Penulis A. Rusdiana

Dibaca: 177 kali

A. Rusdiana

Oleh A. Rusdiana 

 

Sungguh tidak terasa kita telah memasuki penghujung bulan Ramadan. Perjalanan kehidupan yang terus berlalu telah menjadikan ramadan terasa begitu cepat. Ada kecemasan akan takutnya amal ibadah selama ramadhan tidak diterima. Sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Salman Al Farisi: "Pada, 10 hari ketiga (terakhir) sebagai fase pembebasan dari api neraka".

Motivasi bagi umat Islam, dari sepuluh hari terakhir ini merupakan penutupan bulan Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada penutupannya atau akhirnya. Allah SWT menjanjikan berbagai kemudahan bagi umat-Nya. Firman-Nya dalam Al-Qur'an "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar". (Q.S. al-Qadr [97]: 1-5).

Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Hal itu karena umat Islam mengejar turunnya malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan. “Dari Aisyah Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan Ramadan), melebihi kesungguhan beribadah di selain malam tersebut.” (HR. Muslim).

Hadis tersebut menunjukkan keutamaan semangat umat Islam beribadah di sepuluh terakhir malam Ramadan. Rasulullah memaksimalkan ketaatannya dalam memanfaatkan waktu di sepuluh hari terakhir Ramadan dengan meningkatkan ibadah, beritikaf, dan mengajak orang-orang di sekitarnya.

Selain hadis tersebut, juga diriwayatkan dari Hadis Al-Bukhari dan Imam Muslim yang berbunyi: “Dahulu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam apabila telah masuk 10 hari terakhir beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam-malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Maksud dari mengencangkan ikat pinggangnya adalah bersungguh-sungguh beribadah dengan menjauhi istri-istrinya untuk tidak berhubungan badan selama sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan. Kesungguhan Rasulullah disebabkan oleh beberapa hal. Dilansir dari laman Kementerian Agama RI, sebab Rasulullah lebih meningkatkan ibadahnya di 10 hari terakhir Ramadan, antara lain: "(1) Sepuluh hari terakhir adalah penutup Ramadan yang penuh berkah. Setiap amalan manusia dinilai berdasarkan amalan penutupnya. (2) Sepuluh malam terakhir Ramadan adalah malam-malam yang dicintai dan disukai Rasulullah. (3) Keindahan dan kemuliaan malam Lailatul Qadar untuk beribadah melebihi pahala beribadah sepanjang 1000 bulan; dan (4) Rasulullah memberikan contoh kepada umatnya agar tidak terlena dalam kesibukan duniawi mempersiapkan kebutuhan hari raya, sehingga melupakan ibadah di di sepuluh hari terakhir".

Berikut ibadah yang dicontohkan Rasulullah SAW dalam memotivasi umatnya untuk menambah giat beribadah di 10 hari terkahir Ramadan, antara lain:

Pertama: Memperpanjang Shalat Malam; Pada 10 malam terakhir, Rasulullah SAW tidak tidur, lambung beliau dan para sahabat amat jauh dari tempat tidur. Beliau menghidupkan malam-malam tersebut untuk beribadah, shalat, zikir, dan lain-lain hingga waktu fajar. Sebagaimana penuturan Aisyah RA, “Rasulullah SAW biasa ketika memasuki 10 Ramadan terakhir, beliau kencangkan ikat pinggang (bersungguh-sungguh dalam ibadah), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR.Al-Bukhari dan Muslim).

Kedua: Memperbanyak Sedekah; Meningkatkan sedekah menjadi salah satu amalan utama di 10 hari terakhir sebagai ungkapan syukur atas nikmat dipertemukan Ramadan, serta sebagai penyempurna ibadah puasa dan ibadah-ibadah individu lainnya. Karena tidaklah sempurna keimanan dan kualitas ibadah seseorang kecuali jika adanya keseimbangan antara ibadah ritual dan ibadah sosial. Sebagaimana firman Allah SWT, "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (Qs. As-Sajdah [32]:16).

Bersedekah di 10 hari terakhir tidak hanya diterjemahkan dengan sedekah wajib berupa zakat fitrah dan zakal mal, tetapi juga dianjurkan memperbanyak sedekah sunnah. Bersedekah dapat berbentuk harta, pangan, pakaian, paket sedekah untuk yatim dan dhuafa, dan lain sebagainya.

Ketiga: I’tikaf; I’tikaf berarti berdiam di masjid dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Tidaklah seseorang keluar dari masjid, kecuali untuk memenuhi hajatnya sebagai manusia. I’tikaf dianjurkan setiap waktu, tetapi lebih ditekankan memasuki sepuluh malam terakhir Ramadhan sebagaimana penuturan Abdullah bin Umar RA, "Rasulullah SAW beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan ramadan" (HR. Muttafaq ‘alaih)

Keempat: Tilawah Al Qur’an; Meningkatkan membaca Al-Qur’an menjadi salah satu ibadah utama di 10 hari terakhir Ramadan. Tidak sedikit umat Islam yang larut dalam tilawah Al-Qur’an sepanjang malam baik di masjid maupun di rumah. Tilawah Al-Qur’an adalah ibadah ringan dan memiliki keutamaan yang besar. Tradisi mengejar khataman Al-Qur’an di akhir Ramadhan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi pribadi muslim, khususnya mereka yang setiap hari bergulat dengan aktivitas pekerjaan, sehingga khataman Al-Qur’an sebanya satu kali menjadi target realistis.

Melebihi kesungguhan dalam beribadah di selain malam-malam selain sepuluh hari terakhir bisa dilakukan dengan memperpanjang salat malam, memperbanyak sedekah, iktikaf, dan tilawah Al-Qur’an.  Sehingga umat muslim seharusnya bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena belum tentu tahun depan bisa bertemu Ramadan lagi. Karena itulah detik-detik 10 malam terakhir amatlah mahal, janganlah dimurahkan dengan kelalaian. Semoga Allah SWT memberikan amppunan, kemudahan dan dibebaskan dari api neraka bagi umat-Nya.

Wallahu A'lam Bishowab

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Founder tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah Ramadhan, https://etheses. uinsgd.ac.id/ 29428/1/BKKPengaRisalahRamadhan-TnpaISBN.pdf. Kepemimpinan Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi; Manajemen Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan dll. (tidak kurang dari 60 buku, 18 Penelitian dan 40 Jurnal). Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan  Panawangan Kab. Ciamis Jawa Barat. Korespondensi: (1) http://a.rusdiana.id (2) http://tresnabhakti.org/webprofil;  (3) http://digilib.uinsgd.ac.id/ view/creators (4) https://www. google.com/search? q=buku +a.rusdiana+shopee&source (5) https://play. google.com/store/books/author?id. Curiculum Vitae lenkap dalam laman https://a.rusdiana.id/2022/11/16/profil-prof-dr-h-ahmad-rusdiana-drs-mm-27-september-2022.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...