Penulis A. Rusdiana
A. Rusdiana
BERPUASA atau melaksanakan ajaran agama/puasa menjadi dasar
dari keislaman seseorang salah satunya adalah menjalankan ibadah puasa di bulan
Ramadhan. Puasa (Syiam)
diartikan menahan diri dari makan, minum dan hal-hal yang membatalkan puasa
dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat karena Allah SWT.
Puasa yang menahan diri di sini di awali dengan makan dan minum (sahur) yang
telah ditentukan waktu dan batasnya. Sedang Ramadhan dimaknakan membakar
atau panas. Menurut Imam Al-Qurtubi Ramadhan di artikan membaka/menghapus
karena dosa-dosa di gugurkan dengan berbagai amal saleh yang telah disediakan
selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Dahsyatnya ibadah puasa Ramadhan adalah
ibadah yang telah ditentukan waktunya, syarat serta rukunnya. Maka ibadah yang
dikerjakan selama bulan Ramadhan terkhusus puasa adalah upaya dalam menata
ulang dan memperbaiki diri manusia baik secara fisik (jasmani), rohani
(spiritual) dan perilaku (akhlak). Sehingga secara sadar puasa Ramadhan menjadi
momentum seorang muslim untuk memperbaiki diri dan peradaban manusia secara
utuh. Maka tidak berlebihan jika Ustad Gojin dalam tulisanya menuturkan
"Ramadlan Sarana Transformasi Orang Beriman". (Baca:
https://tresnabhakti.org/webprofil/2023/04/11/ramadlan-sarana-transformasi-orang
ber-iman-oleh-ahmad-gojin/).
Peradaban dalam bahasa arab disebut Al
Hadharah. Peradaban diartikan sebagai kemajuan dalam kehidupan tetap
manusia. Jika melihat literatur yang ada maka peradaban itu adalah keterkaitan
antara manusia dengan sistem politik, ekonomi, sosial, pemikiran dan kesenian.
Namun disisi lain bahwa peradaban itu dikaitkan dengan kesopanan baik itu dalam
bicara, menulis terlebih perilaku. Jika menelaah lebih dalam dan berkelanjutan,
puasa Ramadhan dengan peradaban manusia tidak ada jeda. Artinya puasa Ramadhan
merupakan suatu ibadah yang dijalankan secara individu namun dampaknya akan
meluas dalam memajukan manusia terutama seorang muslim. “Ibn Khaldun, hidup pada 7 abad lalu. Dia
membedakan antara ahlul hadhara (masyarakat berperadaban) dengan ahlul
badawa (masyarakat badui atau perkampungan). Jadi ada dua jenis masyarakat.
(Ibnu Khaldun),” Masyarakat berperadaban adalah orang-orang yang mampu memenuhi
kebutuhan pokok (primer), serta mampu meraih kebutuhan sekunder dan tersier.
Bahkan, orang-orang yang berperadaban itu bisa memenuhi hal-hal yang bisa
menjadikan hidup menjadi lebih sempurna. Berperadaban dalam konteks ini,
dimaknai sebagai kemajuan yang ditampilkan dalam bulan puasa Ramadhan sangat
bervariatif jalannya, antara lain:
Pertama, Bulan Ramadhan menjadi penguat jalan dakwah.
Peradaban yang disimbolkan kemajuan dalam bidang ekonomi misalnya, menjadi
momentum pertumbuhan ekonomi kecil banyak pedagang dadakan untuk menjual
makanan buka dan puasa dan juga sahur. Safari Ramadhan yang sering dijadikan
sarana oleh pelaku politik bersilahturahmi kepada masyarakat dan acara buka
puasa dan Shalat tarawih bersama. Pada keadaan inilah dakwah Islam diberikan
keluasan dalam memberikan;
Kedua yaitu puasa memberikan pelajaran tentang
kebebasan. Faktor utama dari peradaban itu adalah terjadinya kebebasan manusia
dalam bertindak dengan tetap pada tanggung jawab. Ibadah puasa Ramadhan tidak
pernah memaksakan, namun ia berhukum wajib. Tidak ada juga makanan khusus dalam
berbuka dan sahur, namun ada hal-hal yang dikabarkan kebaikan-kebaikan.
Begitulah kebebasan yang diberikan oleh ibadah puasa Ramadhan untuk mewujudkan
peradaban manusia.
Ketiga, puasa memberikan kabar tentang pencerahan. Peradaban
tentunya akan memberikan jalan kehidupan yang terang dan jelas. Begitu juga
dengan ibadah puasa pada bulan Ramadhan modalnya adalah iman, mencontoh nabi
dan para sahabat dan hasilnya puasa adalah ketaatan. Begitu pun nilai
pencerahan baik itu input, proses dan output puasa Ramadhan yang berkaitan
dengan kesehatan misalnya baik itu fisik, rohani dan sosial jelas dan terukur.
Puasa Ramadhan peradaban (kemajuan) itu akan bisa ditegakkan jika kesehatan
seorang manusia terjamin baik itu iman, ilmu dan amal.
Keempat, Puasa menghidupkan jalan kebaikan. Hakekat dari
peradaban adalah adanya kebaikan-kebaikan baru, maka tidak ada peradaban jika
tidak menghasilkan kebaikan kehidupan manusia. Puasa Ramadhan sudah dapat
dipastikan memberikan jalan kebaikan untuk manusia baik untuk dirinya maupun
kebaikan secara sosial. Bau mulut, tidur dan terkantuknya muslim yang berpuasa
akan diberikan gancaran oleh-Nya. Makanan berlimpah ruah di setiap masjid dan
surau yang disediakan tanpa dipaksa. Kebaikan selanjutnya suara lantunan
ayat-ayat Al Quran (tadarus) terus berkumandang di mana Al Quran bagi seorang
menjadi kunci dan landasan pokok dari peradaban manusia.
Ibadah puasa Ramadhan, menjadi ibadah yang
langsung di nilai oleh Allah SWT, sehingga harus dipersiapkan dengan baik dan
maksimal karena iman dan mengharap pahala dari Allah SWT. Adapun untuk
persiapan itu adalah Persiapan rohaniah/keimanan, persiapan jasadiyah/fisik,
Persiapan tsaqafiyah/fikriyah (Keilmuan), dan persiapan maliyah/harta. Maka
bagi orang beriman puasa adalah tempat dan waktu yang tidak akan ditinggalkan
begitu saja karena di dalamnya terdapat banyak hikmah-hikmah yang dapat memajukan
diri sebagai orang yang beriman (sebagai hamba) dan diri sebagai khalifah di
muka bumi ini. Dengan harapan do'a "Allaahummaghsilnii fiihi
minadzdzunuubi wa thahhirnii fiihi minal ‘uyuubi wamtahin qalbii bitaqwal
quluubi yaa muqiila ‘atsaraatil mudznibiina. Artinya:
Ya Allah, sucikanlah aku dari dosa-dosa dan bersihkanlah diriku dari segala aib
atau kejelekan. Tanamkanlah ketakwaan di dalam hatiku. Wahai penghapus kesalahan orang-orang yang berdosa.
Wallahu A'lam Bishowab
Penulis:
Ahmad
Rusdiana, Founder tresnabhakti.org,
pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan;
Penulis buku: Risalah Ramadhan, https://etheses. uinsgd.ac.id/
29428/1/BKKPengaRisalahRamadhan-TnpaISBN.pdf. Kepemimpinan Pendidikan;
Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi; Manajemen Risiko,
Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan dll. (tidak
kurang dari 60 buku, 18 Penelitian dan 40 Jurnal). Guru Besar Manajemen
Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi;
Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung
yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta
garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat
Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri
Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap
tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung.
Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket
A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag
Kecamatan Panawangan Kab. Ciamis Jawa
Barat. Korespondensi: (1) http://a.rusdiana.id (2) http://tresnabhakti.org/webprofil; (3) http://digilib.uinsgd.ac.id/
view/creators (4) https://www. google.com/search? q=buku
+a.rusdiana+shopee&source (5) https://play.
google.com/store/books/author?id. Curiculum Vitae lenkap dalam laman
https://a.rusdiana.id/2022/11/16/profil-prof-dr-h-ahmad-rusdiana-drs-mm-27-september-2022.