Penulis A. Rusdiana
A. Rusdiana
RAMDHAN
bulan yang penuh berkan dan apunan kini tiba saatnya berakhir. Ada perasaan
harap dan gembira yang melekat dalam benak kita, senang dan suka cita yang
merasuk ke dalam dada, lega dan bahagia yang menyusup dalam kalbu, karena
selesainya bulan Ramadhan, insya Allah kita dikembalikan kepada jati
diri yang bersih tanpa noda, nista dan dosa sama seperti saat kita baru
dilahirkan dari rahim ibu kita dulu, menjadi suci kembali. Namun pada sisi
lain, sangat merasa kehilangan, tiada perpisahan yang lebih mengharukan dari
pada perpisahan dengan Ramadhan. Sedih karena berlalunya Ramadhan berarti kita
akan kembali kepada kehidupan yang biasa, dan tidak mengetahui apakah, akan
bersua kembali dengan bulan Ramadhan nan mulia pada tahun mendatang?
Kemuliaan
bulan Ramadhan ditandai dengan keutamaan dan keistimewaan menjadi sarana
pendidikan dan pembinaan yang luhur dan komprehensif, baik spiritual, jasmani, sosial,
akhlaq dan peradaban umat Islam. Ibarat sebuah lembaga pendidikan, maka
Ramadhan adalah sekolah gratis berkualitas internasional.
Didalam
lembaga ini para siswa digembleng, dididik dan dibina dengan sangat ketat,
sehingga kelak setelah lulus dari lembaga tersebut menjadi alumni yang
berprestasi dan unggul serta berdaya guna dan berdaya saing tinggi (muttaqin). Para
siswa di didik dengan materi yang baik, ditempa dengan pembinaan yang maksimal dengan
kurikulum yang jelas, visioner dan berorientasi kepada kebahagiaan
dunia dan akhirat. Melalui lembaga pendidikan ini akan lahir pribadi dan
intelektual muslim, menyandingkan secara harmonis antara iman dan taqwa dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Diantara
inti kurikulum lembaga pendidikan gratis dan berkuliatas yang bernama Ramadhan
ini adalah:
Pertama, pembinaan mental
spiritual, melalui bidang studi puasa diharapkan tercapainya pembersihan
jiwa yang standar kompetensi dasarnya adalah tidak makan dan minum, mematuhi
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, bersikap jujur, berkata baik,
menjauhi ucapan yang kotor dan keji, dan menghindari sifat iri dan dengki.
Kedua, pembinaan jasmani, bidang studi ini tidak hanya
membutuhkan pengendalian hawa nafsu tapi juga membutuhkan kekuatan fisik.
Karenanya, puasa menjadi terapi ideal bagi sebagian penderita penyakit kejiwaan
dan maag. Hal ini logis terjadi, karena dengan puasa akan membersihkan usus-usus,
memperbaiki kerja pencernaan, membersihkan tubuh dari sisa-sisa endapan makanan
dan mengurangi kegemukan serta menenangkan kejiwaan atas problema yang
dihadapi.
Ketiga, pembentukan
kepeduliaan sosial. Puasa
merupakan pendidikan Allah swt terhadap hamba-hambanya agar mereka
merasakan lapar dan dahaga sehingga lahir kepedulian sosial, kasih sayang
terhadap masyarakat yang tidak mampu. Orang-orang yang mampu dan kaya hendaklah
merasakan lapar dan dahaga ini seperti yang telah di derita oleh orang-orang
fakir dan miskin bukan hanya pada hari ini, tetapi telah bertahun-tahun
lamanya. Lembaga pendidikan ramadhan memposisikan semua siswanya sama, sehingga
sudah semestinya menjadi sarana untuk memupuk persaudaraan, dan membangun
bangunan Islam yang lebih kokoh. Allah swt berfirman:”Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, (QS:Ali Imron[3]:103). Rasulullah
bersabda:”orang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan satu bangunan yang
saling mengokohkan.…"(al-hadits).
Keempat, pembinaan akhlak, salah satu kurikulum
penting dari lembaga pendidikan mulia ini adalah pembinaan akhlak menuju akhlak
yang mulia. Puasa membina kesabaran, kejujuran dan ketegaran
terhadap segala ujian dan cobaan. Allah swt berfirman:”....Dan sesungguhnya
kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta.” (QS:al-Ankabut 2-3).
Rasulullah saw menegaskan pembinaan akhlak
dalam puasa;“Apabila seorang dari kamu sekalian berpuasa, maka janganlah ia
berkata kotor dan berteriak. Bila dicela orang lain atau dimusuhi, maka
katakanlah: “Aku ini sungguh sedang puasa”. Pada hadits lain Rasulullah
bersabda: “Barangsiapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan dusta, dan
melakukan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan lapar dan dahaga
mereka”(HR Bukhari).
Kelima, Pembinaan semangat juang. Sejarah
telah mencatat bahwa kejadian-kejadian besar yang menjadi motivator lahirnya
semangat juang patriotisme, pengabdian dan kepahlawanan telah terjadi dalam
bulan Ramadhan, diantaranya: Turunnya al-Qur’an menjadi gerbang ilmu
pengetahuan (QS:al-Alaq:1), Kemenangan pada perang Badar (QS:Ali-Imran:123),
dan Fath Makkah (QS:al-Fath:1) yang mendobrak kedzoliman menuju keadilan, dan lailatul
Qadr (QS:al-Qadr:1) yang menegaskan persamaan hak dalam ibadah tanpa
memandang jabatan, status sosial, warna kulit dan suku bangsa. Puasa tidak
boleh dijadikan alasan untuk bermalas-malasan sehingga menjadikan semangat
kendor dan berkurang, justru sebaliknya puasa harus menjadi motivasi untuk
berbuat yang lebih karena pahala orang yang melakukan kebaikan saat puasa
Ramadhan akan berlipat ganda.
Keenam, pembinaan kedisiplinan. Puasa menjadi
wahana peradaban yang dapat memajukan kehidupan manusia. Puasa mendidik manusia
untuk bersikap disiplin dengan waktu, tidak datang kemudian dan pulang duluan
sebagaimana diajarkan dalam sahur dan berbuka, tidak telat dalam sahur dan
tidak lebih dahulu dalam berbuka.
Ketujuh, pembinaan kejujuran, setiap siswa di latih kejujuran, dengan sarana
kemandirian. Tak seorangpun jasus (dalam istilah pesantren:mata-mata)
yang ditugaskan untuk memata-matai siswanya apakah tetap berpuasa atau telah
batal. Semuanya kembali kepada kejujuran individu masing-masing. Dilihat
ataupun tidak oleh orang, sang siswa tetap mempertahankankan puasanya.
Kini, lembaga pendidikan mulia, gratis dan
sangat berkualitas ini telah pergi meninggalkan kita. Semoga kita bisa lulus
dengan predikat camlaude (muttaqin), sehingga bisa mewarnai sebelas
(bulan) lembaga pendidikan lainnya, untuk kemudian dengan penuh harapan kita
bisa kembali bertemu dengan Ramadhan pada tahun berikutnya. Selamat jalan
pendidikan gratis dan berkualitas internasional.
Wallahu A'lam Bishowab
Penulis:
Ahmad
Rusdiana, Founder
tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah
manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah Ramadhan, https://etheses.
uinsgd.ac.id/ 29428/1/BKKPengaRisalahRamadhan-TnpaISBN.pdf. Kepemimpinan
Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi; Manajemen
Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan
dll. (tidak kurang dari 60 buku, 18 Penelitian dan 40 Jurnal). Guru Besar
Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan
Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung
Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun
1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya
Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus
sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama
mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna
Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007
di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan
Kab. Ciamis Jawa Barat. Korespondensi: (1) http://a.rusdiana.id (2)
http://tresnabhakti.org/webprofil; (3)
http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators (4) https://www. google.com/search?
q=buku +a.rusdiana+shopee&source (5) https://play.
google.com/store/books/author?id. Curiculum Vitae lenkap dalam laman
https://a.rusdiana.id/2022/11/16/profil-prof-dr-h-ahmad-rusdiana-drs-mm-27-september-2022.