Penulis A. Rusdiana
A. Rusdiana
BAROMETER kebaikan dan kejelekan ibadah puasa
tergantung amal baik dan jeleknya yang dilakukan kepada sesamanya. Allah SWT akan
mencatat perbuatan seseorang yang bernilai dan berkualitas baik ketika dalam
interaksinya dengan orang lain dinilai baik dan sebaliknya sungguh pun tidak
akan diterima puasa seseorang, manakala hubungan kemanusiaannya dinilai jelek
oleh orang lain. Puasa merupakan sarana atau media hubungan manusia dengan
manusia lainnya dengan semata-mata untuk diterima oleh Allah SWT.
Ada tiga nilai pokok puasa di
bulan Ramadhan. (1) puasa Ramadhan mengajarkan kita agar memiliki sikap kritis
dan peduli terhadap lingkungan sosial sekitar; (2) puasa ramadhan mengajarkan
kita untuk merajut hubungan antara keshalihan pribadi dengan keshalihan sosial
atau kelompok. (3) memungkinkan lahirnya jiwa keagamaan yang inovatif, kreatif,
dan efisien. Ketiga nilai puasa itu menjadi pedoman dalam implementasi
pendidikan karakter menjadikan seorang yang bertakwa sebagaimana disebutkan
dalam QS.Al-Baqarah:183:“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa"
(QS.Al-Baqarah[2]:183).
Proses mencapai kebaikan itu perlu meniru prosesnya seekor ulat bulu. Bagi
kebanyakan orang, memandang ulat bulu memang menjijikkan bahkan menakutkan dan
tidak jarang ia menyakiti manusia dengan bulu dan bisanya. Tapi, tahukah anda
kalau masa hidup seekor ulat ini ternyata tidak lama. Pada saatnya nanti ia
akan mengalami fase dimana ia harus masuk ke dalam kepompong selama beberapa
hari. Setelah itu ia pun akan keluar dalam wujud lain: ia menjelma menjadi
seekor kupu-kupu yang sangat indah.
Ketika manusia melaksanakan
puasa di bulan Ramadan ini, lalu segala aktivitas kita cocok dengan
ketentuan-ketentuan "metamorfosa" dari Allah SWT, niscaya akan
mendapatkan hasil yang mencengangkan yakni manusia yang berderajat muttaqin,
memiliki akhlak yang indah dan mempesona dengan derajat paling tinggi di sisi
Allah SWT dibandingkan dengan makhluk lainnya, namun kebalikannya ketika sarana
ini tidak tercapai dengan baik, maka ia akan hina dan bahkan lebih hina dari
hewan.
Untuk mencapai itu semua ada sebuah
gambaran pendidikan puasa yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan yang nyata,
antara lain:
Pertama: Pendidikan
kedisiplinan: Keterbiasaan
tidak makan dan tidak minum dari menjelang terbitnya matahari sampai terbenam
matahari, akan menjadikan shoim (orang yang berpuasa) merasakan lapar dan
dahaga. Hal ini akan menjadikan manusia mengetahui dan merasakan
bagaimana nasibnya orang fakir miskin yang telah terbiasa dengan hidup penuh
kelaparan dan kekurangan.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: "Wahai manusia! Sungguh telah
datang pada kalian bulan Allah SWT dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah.
Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah SWT di bulan yang agung ini.
Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Bersedekahlah kepada
kaum fuqara’ dan masakin......... (HR. Ibnu Huzaimah).
Hadits ini mengajarkan kepada kita bahwa seseorang dilatih untuk merasakan
lapar dan haus, hal yang selalu dirasakan kaum fakir dan miskin. Di sini sense
of crisis seseorang terasah hingga muncul rasa empati terhadap penderitaan
orang-orang fakir miskin. Dari empati inilah, lahirlah kasih sayang sehingga
yang memiliki kecukupan harta untuk menjadi dermawan dan dapat mengerti mengapa
mereka harus memberi sedekah kepada orang fakir miskin di sekelilingnya.
Kedua, Pendidikan Syahrul Jihad (bulan yang penuh dengan
peperangan). Inti dari ibadah puasa Ramadan sebenarnya adalah melatih diri
kita agar dapat memerangi hawa nafsu. Allah SWT berfirman: "Dan ada pun
orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya."
(QS. An-Naazi'aat [79]: 40-41).
Jika hawa nafsu bisa dikendalikan, maka hawa nafsu akan tunduk pada
keinginan kita. Dengan demikian,
hidup kita pun sepenuhnya dapat dijalani dengan hawa nafsu yang berada dalam
keridhaan-Nya. Inilah pangkal tujuan puasa yang menjadi barometer keselamatan
manusia.
Ketiga, Pendidikan Sosial; Kesempatan dan peluang besar di bulan
Ramadan terjadinya interaksi sosial manusia yang satu dengan lainnya. Yaitu,
ketika pelaksanaan salat berjamaah tarawih atau ketika tadarus bersama-sama.
Diakui atau tidak, di Bulan Ramadan setiap musala, masjid atau bahkan
tempat-tempat lainnya banyak dijadikan sebagai lokasi berjamaah salat tarawih,
yang pada waktu sebelumnya tidak pernah atau jarang digunakan untuk kegiatan
salat berjamaah dan tadarus Al-Qur’an.
Keempat, Pendidikan Moral; paling utama harus kita jaga dalam bulan
yang sarat dengan berkah ini adalah menjaga etika pergaulan atau akhlak baik
kepada Allah SWT dan kepada sesama. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Abi Darda’ RA, Nabi bersabda: “ada tiga akhlaq kaum muslimin di bulan puasa,
yaitu menyegerakan berbuka puasa, mengakhirkan makan sahur dan memperbanyak
sadekah.”
Sebagai kongklusi mengakhiri tulisan ini, bahwa ibadah puasa yang kita
lakukan sebenarnya penuh dengan pendidikan karakter, seperti pendidikan
kedisiplinan, pendidikan melawan hawa nafsu, pendidikan sosial dan pendidikan
moral atau bahkan pendidikan lainnya yang kesemuanya berpotensi untuk merubah
kualitas kita di sisi Allah SWT dan di sisi manusia. Hanya saja pertanyaanya
adalah, mampukah kita mengajak diri kita sendiri melakukan Hijrah Batiniyah
dari perbuatan yang biasa menuju perbuatan yang istimewa dan luar biasa? Karena
bagaimanapun bukan mustahil Ramadan tahun ini merupakan Ramadan terakhir yang
dijalani hidup kita, oleh karena itu jangan sampai disia-siakan. Di bulan yang
istimewa, lakukan perbuatan-perbuatan yang istimewa demi tercapainya tujuan
istimewa pula Magfirah Allah SWT. Semoga Allah mengabulkannya. Aamiin.
Wallahu A'lam Bishowab
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Founder tresnabhakti.org, pegiat Rumah
Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah
Ramadhan, https://etheses. uinsgd.ac.id/
29428/1/BKKPengaRisalahRamadhan-TnpaISBN.pdf. Kepemimpinan Pendidikan;
Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi; Manajemen Risiko,
Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan dll. (tidak
kurang dari 60 buku, 18 Penelitian dan 40 Jurnal). Guru Besar Manajemen
Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi;
Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung
yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta
garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat
Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri
Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya
tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina
dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C.
Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kab. Ciamis Jawa Barat.
Korespondensi: (1) http://a.rusdiana.id (2)
http://tresnabhakti.org/webprofil; (3)
http://digilib.uinsgd.ac.id/ view/creators (4) https://www. google.com/search?
q=buku +a.rusdiana+shopee&source (5) https://play.
google.com/store/books/author?id. Curiculum Vitae lenkap dalam laman
https://a.rusdiana.id/2022/11/16/profil-prof-dr-h-ahmad-rusdiana-drs-mm-27-september-2022.