RAMADHAN BULAN PENDIKAN DAN PELATIHAN (Bag IX): Bulan yang Penuh Pendidikan Karakter menuju Magfirah Allah SWT.

Penulis A. Rusdiana

Dibaca: 251 kali

A. Rusdiana

Oleh A. Rusdiana 

 

BAROMETER kebaikan dan kejelekan ibadah puasa tergantung amal baik dan jeleknya yang dilakukan kepada sesamanya. Allah SWT akan mencatat perbuatan seseorang yang bernilai dan berkualitas baik ketika dalam interaksinya dengan orang lain dinilai baik dan sebaliknya sungguh pun tidak akan diterima puasa seseorang, manakala hubungan kemanusiaannya dinilai jelek oleh orang lain. Puasa merupakan sarana atau media hubungan manusia dengan manusia lainnya dengan semata-mata untuk diterima oleh Allah SWT. 

Ada tiga nilai pokok puasa di bulan Ramadhan. (1) puasa Ramadhan mengajarkan kita agar memiliki sikap kritis dan peduli terhadap lingkungan sosial sekitar; (2) puasa ramadhan mengajarkan kita untuk merajut hubungan antara keshalihan pribadi dengan keshalihan sosial atau kelompok. (3) memungkinkan lahirnya jiwa keagamaan yang inovatif, kreatif, dan efisien. Ketiga nilai puasa itu menjadi pedoman dalam implementasi pendidikan karakter menjadikan seorang yang bertakwa sebagaimana disebutkan dalam QS.Al-Baqarah:183:“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (QS.Al-Baqarah[2]:183). 

Proses mencapai kebaikan itu perlu meniru prosesnya seekor ulat bulu. Bagi kebanyakan orang, memandang ulat bulu memang menjijikkan bahkan menakutkan dan tidak jarang ia menyakiti manusia dengan bulu dan bisanya. Tapi, tahukah anda kalau masa hidup seekor ulat ini ternyata tidak lama. Pada saatnya nanti ia akan mengalami fase dimana ia harus masuk ke dalam kepompong selama beberapa hari. Setelah itu ia pun akan keluar dalam wujud lain: ia menjelma menjadi seekor kupu-kupu yang sangat indah.

Ketika manusia melaksanakan puasa di bulan Ramadan ini, lalu segala aktivitas kita cocok dengan ketentuan-ketentuan "metamorfosa" dari Allah SWT, niscaya akan mendapatkan hasil yang mencengangkan yakni manusia yang berderajat muttaqin, memiliki akhlak yang indah dan mempesona dengan derajat paling tinggi di sisi Allah SWT dibandingkan dengan makhluk lainnya, namun kebalikannya ketika sarana ini tidak tercapai dengan baik, maka ia akan hina dan bahkan lebih hina dari hewan. 

Untuk mencapai itu semua ada sebuah gambaran pendidikan puasa yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan yang nyata, antara lain: 

Pertama: Pendidikan kedisiplinan: Keterbiasaan tidak makan dan tidak minum dari menjelang terbitnya matahari sampai terbenam matahari, akan menjadikan shoim (orang yang berpuasa) merasakan lapar dan dahaga. Hal ini akan menjadikan manusia mengetahui dan merasakan bagaimana nasibnya orang fakir miskin yang telah terbiasa dengan hidup penuh kelaparan dan kekurangan.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: "Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah SWT dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah SWT di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara’ dan masakin......... (HR. Ibnu Huzaimah).

Hadits ini mengajarkan kepada kita bahwa seseorang dilatih untuk merasakan lapar dan haus, hal yang selalu dirasakan kaum fakir dan miskin. Di sini sense of crisis seseorang terasah hingga muncul rasa empati terhadap penderitaan orang-orang fakir miskin. Dari empati inilah, lahirlah kasih sayang sehingga yang memiliki kecukupan harta untuk menjadi dermawan dan dapat mengerti mengapa mereka harus memberi sedekah kepada orang fakir miskin di sekelilingnya.

Kedua, Pendidikan Syahrul Jihad (bulan yang penuh dengan peperangan). Inti dari ibadah puasa Ramadan sebenarnya adalah melatih diri kita agar dapat memerangi hawa nafsu. Allah SWT berfirman: "Dan ada pun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya." (QS. An-Naazi'aat [79]: 40-41). 

Jika hawa nafsu bisa dikendalikan, maka hawa nafsu akan tunduk pada keinginan kita. Dengan demikian, hidup kita pun sepenuhnya dapat dijalani dengan hawa nafsu yang berada dalam keridhaan-Nya. Inilah pangkal tujuan puasa yang menjadi barometer keselamatan manusia.

Ketiga, Pendidikan Sosial; Kesempatan dan peluang besar di bulan Ramadan terjadinya interaksi sosial manusia yang satu dengan lainnya. Yaitu, ketika pelaksanaan salat berjamaah tarawih atau ketika tadarus bersama-sama. Diakui atau tidak, di Bulan Ramadan setiap musala, masjid atau bahkan tempat-tempat lainnya banyak dijadikan sebagai lokasi berjamaah salat tarawih, yang pada waktu sebelumnya tidak pernah atau jarang digunakan untuk kegiatan salat berjamaah dan tadarus Al-Qur’an.

Keempat, Pendidikan Moral; paling utama harus kita jaga dalam bulan yang sarat dengan berkah ini adalah menjaga etika pergaulan atau akhlak baik kepada Allah SWT dan kepada sesama. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abi Darda’ RA, Nabi bersabda: “ada tiga akhlaq kaum muslimin di bulan puasa, yaitu menyegerakan berbuka puasa, mengakhirkan makan sahur dan memperbanyak sadekah.”

Sebagai kongklusi mengakhiri tulisan ini, bahwa ibadah puasa yang kita lakukan sebenarnya penuh dengan pendidikan karakter, seperti pendidikan kedisiplinan, pendidikan melawan hawa nafsu, pendidikan sosial dan pendidikan moral atau bahkan pendidikan lainnya yang kesemuanya berpotensi untuk merubah kualitas kita di sisi Allah SWT dan di sisi manusia. Hanya saja pertanyaanya adalah, mampukah kita mengajak diri kita sendiri melakukan Hijrah Batiniyah dari perbuatan yang biasa menuju perbuatan yang istimewa dan luar biasa? Karena bagaimanapun bukan mustahil Ramadan tahun ini merupakan Ramadan terakhir yang dijalani hidup kita, oleh karena itu jangan sampai disia-siakan. Di bulan yang istimewa, lakukan perbuatan-perbuatan yang istimewa demi tercapainya tujuan istimewa pula Magfirah Allah SWT.  Semoga Allah mengabulkannya. Aamiin.

Wallahu A'lam Bishowab

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Founder tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah Ramadhan, https://etheses. uinsgd.ac.id/ 29428/1/BKKPengaRisalahRamadhan-TnpaISBN.pdf. Kepemimpinan Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi; Manajemen Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan dll. (tidak kurang dari 60 buku, 18 Penelitian dan 40 Jurnal). Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan  Panawangan Kab. Ciamis Jawa Barat. Korespondensi: (1) http://a.rusdiana.id (2) http://tresnabhakti.org/webprofil;  (3) http://digilib.uinsgd.ac.id/ view/creators (4) https://www. google.com/search? q=buku +a.rusdiana+shopee&source (5) https://play. google.com/store/books/author?id. Curiculum Vitae lenkap dalam laman https://a.rusdiana.id/2022/11/16/profil-prof-dr-h-ahmad-rusdiana-drs-mm-27-september-2022.

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...