RAMADHAN BULAN PENDIKAN DAN PELATIHAN (Bag.XVII): Puasa Ramadhan mengajarkan untuk menjaga kesatuan umat. Menuju magfirah dan ampunan Allah SWT.

enulis A. Rusdiana

Dibaca: 267 kali

A. Rusdiana

Oleh A. Rusdiana

 

Mengijak 10 hari terakhir ramadhan moment yang tepat untuk mendiskusikan hikmah puasa. Bukankah amal perbuatan itu tergantung pada penutupannya atau akhirnya?. Seringkali dilihat dari sudut pandang keberhasilannya dan iming-iming pahalanya yang super wah. Jarang ada satu paparan yang mengeksplorasi faktor kegagalannya. Padahal, menjadi mendesak untuk terwujudnya. Kalau dilihat dari dampak ramadlan-tatanan dan peradaban (kemajuan) bukan hal baru yang muncul dari umat Islam. Dimana taqwa dalam kehidupan kaum muslimin merupakan benteng utama, bekal yang paling baik yang diperlukan oleh setiap manusia agar dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat, seperti yang dipesankan oleh Allah SWT dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 197: “Dan berbekallah kalian karena sebaik-baik bekal adalah taqwa”.

Puasa juga dikatakan sebagai sebagai wahana peradaban yang dapat memajukan kehidupan manusia yaitu bahwa puasa mendidik manusia untuk bersikap disiplin dengan waktu, seperti waktu sahur dan berbuka, saat waktunya telah habis untuk sahur maka wajib bagi yang akan berpuasa untuk menahan diri dari makan dan minum walaupun di hadapannya tersedia hidangan yang lezat. Sebagaimana pula bulan Ramadhan mengajarkan untuk menjaga kesatuan umat Kesatuan umat merupakan kebutuhan yang mendesak. Akan tetapi perlu dipahami, kesatuan yang dimaksud adalah kesatuan yang dikemas dalam bingkai Islam. Jika tidak, peluang musuh-musuh Islam kian besar mencerai-beraikan ummat melalui propaganda-propaganda mereka. Ada beberapa faktor yang menjadi unsur pemersatu menuju terwujudnya kesatuan ummat.

Pertama: Kesatuan aqidah (wihdatul Aqidah); Kesatuan atas dasar aqidah, inilah faktor utama yang tak boleh diabaikan. Hanya atas dasar aqidah Islam yang benar, tanpa kesyirikan, ummat ini terikat atau disatukan dalam buhul tali yang tidak akan putus oleh badai apapun. Allah telah menyuratkan hal ini dalam Al-Quran: “..Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah [2]: 256).

Kedua: Kesatuan ibadah (Wihdatul Ibadah); Kesatuan ibadah, yang hanya mengabdi kepada Allah, menjadi sangat penting sebagai cerminan dari kesatuan aqidah islamiyah. Kesatuan ibadah juga sangat mendesak segera terwujud, karena ia hanya mencerminkan seberapa besar penyerahan diri kita pada ketentuan-ketentuan Allah. Faktor pengabdian yang benar dan Ikhlas inilah yang akan mengantarkan ummat menuju kejayaan dunia dan keselamatan akhirat. Islam adalah din yang lurus, yang tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus. Dalam Al-Qur'an surah Al-bayyinah, 5; "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus" (QS. Al-bayyinah [98]:5).

Ketiga: Kesatuan perilaku; Banyak disebutkan dalam al-Quran bahwa ummat Islam adalah ummat terbaik (Khairu ummah). Hal ini dikarenakan ketinggian akhlaq ummat Islam, sebagai cerminan kemuliaan aqidah islamiyah. Kualitas keislaman seseorang bias dilihat antara lain dari akhlaq dan kebiasaan sehari-hari. Dalam hal ini, ummat Islam sebagai ummat terbaik telah dituntun oleh Allah supaya berperilaku sebagaimana Rasulullah saw. Beliaulah manusia pilihan Allah sebagai teladan bagi seluruh ummat Islam seluruhnya dalam kerangka semangat beruswah hanya kepada Rasulullah saw. Firman Allah dalam Al-Qur'an surah Al-bayyinah, 5; "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (Al-Ahzab [33]: 21). Kesamaan akhlaq, akan memperkokoh persatuan ummat. Secara fitrah, setiap manusia cenderung menyatu dengan individu lainnya yang memiliki kesamaan perilaku sehari-hari.

Berpuasa atau melaksanakan ajaran agama/puasa, secara ideal harus melewati empat tahapan; iman, memahami, Islam dan ihsan, dan menghayati sinar hikmah puasa sehingga dapat mewujud dalam perilaku individual dan tataran interaksi sosial sekaligus. Ketika menerima perintah puasa, maka tanpa ragu menerima dan meyakini bahwa puasa adalah cara Tuhan menuntun agar manusia selalu dalam kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan. Tanpa bertanya dan mempertanyakan, kenapa diperintah untuk melakukan sesuatu yang berat secara fisik dan seolah di luar kemampuan manusia. Selanjutnya, proses mengetahui bagaimana cara terbaik agar bisa melakukannya secara baik dan paripurna. Sebagai sebuah perintah yang bertujuan, tentu mempunyai kriteria, syarat, rukun, batasan-batasan yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh. Pelaku harus sadar bahwa melakukan perintah dengan mengikuti petunjuk tentu menjadi faktor dominan dalam memperoleh keberhasilan.

Sejatinya puasa pada pase 10 hari terakhir ini dijadikan momentum pemersatu menuju terwujudnya kesatuan ummat melalui kesatuan aqidah; kesatuan ibadah; dan kesatuan perilaku. Ketika aspek kesiapan mental dan pengetahuan melakukanya sudah siap, baru terjun ke tahap berikutnya, yaitu melaksanakannya dengan maksimal, bukan hanya sekedar penggugur kewajiban. Bukankah setiap amalan manusia dinilai berdasarkan amalan penutupnya?.

Wallahu A'lam Bishowab

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Founder tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah Ramadhan, https://etheses. uinsgd.ac.id/ 29428/1/BKKPengaRisalahRamadhan-TnpaISBN.pdf. Kepemimpinan Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi; Manajemen Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan dll. (tidak kurang dari 60 buku, 18 Penelitian dan 40 Jurnal). Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan  Panawangan Kab. Ciamis Jawa Barat. Korespondensi: (1) http://a.rusdiana.id (2) http://tresnabhakti.org/webprofil;  (3) http://digilib.uinsgd.ac.id/ view/creators (4) https://www. google.com/search? q=buku +a.rusdiana+shopee&source (5) https://play. google.com/store/books/author?id. Curiculum Vitae lenkap dalam laman https://a.rusdiana.id/2022/11/16/profil-prof-dr-h-ahmad-rusdiana-drs-mm-27-september-2022.

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...