RAMADHAN BULAN PENDIKAN DAN PELATIHAN (Bag.XXI): Puasa Ramahdan Hadir untuk Menata Hati. Menuju keridhoan, magfirah ampunan Allah SWT

Penulis A. Rusdiana

Dibaca: 262 kali

A. Rusdiana

Oleh A. Rusdiana

 

PUASA RAMADHAN memasuki 10 hari terakhir ini, merupakan suatu momen yang penuh keharuan. Sebagai seorang Muslim yang harus berpisah dengan bulan yang penuh berkah dan rahmat dari Allah SWT, tentunya menimbulkan kekhawatiran apakah kita masih bisa bertemu lagi dengan Ramadan berikutnya di tahun depan, dengan segala keterbatasan umur yang kita miliki.  Disepuluh hari terakhir Ramadan ini banyak orang yang memanfaatkannya dengan beribadah lebih khusyuk, i'tikaf di masjid, sesuai dengan suatu hadis yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu anha, “Rasulullah sangat bersungguh-sungguh beribadah pada 10 hari terakhir (bulan Ramadhan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut.” (HR. Muslim).

Dari hadis di atas tersebut, terlihat keutamaan semangat beribadah disepuluh hari terakhir Ramadan, sosok Rasulullah SAW yang sudah sangat dijamin masuk surga oleh Allah SWT, justru lebih giat beribadah demi meraih ridha-Nya. “Hadis ini menunjukkan keutamaan semangat beribadah di 10 hari terakhir Ramadhan. Hadis ini menceritakan sosok baginda Nabi Muhammad SAW sebagai manusia yang paling giat dalam meraih ridha Allah SWT,”.

Meraih ridha Allah SWT, merupakan keberkahan Ramadan pada sisi ini.  Hanya dengan hati yang sehat inilah keridhoan, dan ampunan Allah SWT. akan diraih. Dan dengannya pula seorang hamba akan masuk ke dalam surga. Firman Allah SWT. dalam Al-Qur'an: "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kamu kepada Tuhanmu dalam keadaan ridho dan diridhoi. Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." (QS.al-Fajar[89] 27-30).

Memang warna hidup manusia itu sesungguhnya terbentuk oleh suasana hatinya. Segala gerak-gerik hidupnya adalah gambaran dari suasana hati. Dan karenanya hati adalah penentu hitam putih, sehat sakit atau baik buruknya prilaku manusia. Hakikat inilah yang digambarkan secara sederhana oleh Rasulullah SAW: "Sungguh dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah yang jika baik, baiklah seluruh anggota tubuhnya. Tapi jika rusak, rusak pula seluruh anggota tubuhnya. Itulah hati." (Al-Hadis). Bukankah? berbagai kerusakan yang digambarkan oleh Al-Qur'an ini: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut karena apa yang dilakukan oleh tangan-tangan manusia." Realitas dari rusaknya prilaku akibat dari rusaknya hati. Pada sisi inilah puasa hadir dengan keberkahan yang sangat penting. Yaitu untuk membentuk (shaping) warna batin (hati) manusia. Bentukan batin itulah kemudian yang menentukan bentuk karakternya. Ada beberapa alasan utama kenapa puasa ramhdan begitu penting dalam membentuk warna batin manusia, diantaranya:

Pertama, karena puasa adalah bentuk ibadah yang bersentuhan langsung dengan kata hati yang paling dalam. Puasa adalah amalan yang benar-benar terbebas dari intervensi pihak ketiga. Puasa merupakan aktivitas ubudiyah yang ekslusif antara seorang hamba dan Tuhannya. Koneksi hati seorang hamba dengan sang khalik secara dekat ini (qariib) dengan sendirinya menyuburkan hati dan jiwa sang hamba tersebut.

Kedua, hati itu dasarnya suci (fitrah) rentang ternodai dan kotor. Karenanya hati bisa sakit, bahkan bisa buta dan mati. Hal itu karena Allah juga menciptakan satu elemen lain dalam diri manusia yang sangat diperlukan bagi keberlangsungan kehidupannya. Namun elemen jika tidak terkontrol akan menjadi instrumen destruktif bagi kehidupan. Itulah hawa nafsu manusia. Kerusakan pertama yang akan terjadi oleh hawa nafsu yang tidak terkontrol adalah rusaknya kesucian hati manusia.  Maka kewajiban, zakat dikeluarkan akrir bulan Ramadhan, sebagai pembersih bagi orang yang puasa dari perbuatan sia-sia dan perkataan buruk.

Ketiga: Ketika hati mengalami kerusakan maka hati itu tidak lagi mampu memainkan peranan furqan. Sebuah cahaya batin (nurani) untuk memilah mana yang benar dan mana yang salah dalam kehidupan. Di sinilah puasa, memang esensinya Al-Imsak atau menahan, mengontrol kecenderungan hawa nafsu yang buas. Puasa berperan menjaga hati agar tidak merusak kesuciannya.

Pada posisi inilah puasa memang dikenal sebagai (junnah) atau perisai (shield). Puasa sebagai amalan yang sangat pribadi antara hamba dan Tuhannya menumbuhkan rasa kedekatan dan kebersamaan dengan Allah. Dengan rasa kebersamaan dengan Allah (al-ma'iyatullah) hati merasakan ketentraman dan kesembilan. Dengan perasaan kebersamaan itu pula hati menjadi sehat, kuat dan tegar menghadapi tantangan dan/atau godaan hidup. Inilah salah satu makna sabda baginda Rasulullah SAW: "Ketika Ramadan telah tiba pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan terikat (shuffidat)." (Al-Hadis). Setan-setan terikat di sini tentu sebuah ungkapan ilustratif. Artinya setan selama Ramadan itu tidak memiliki kemampuan luas menggoda manusia. Karena manusia di bulan Ramadan memiliki koneksi yang sangat intim dengan Allah.

Keempat: Hati yang sehat melahirkan keikhlasan yang tinggi. Dan keikhlasan ini merupakan senjata yang paling ampuh untuk mengalahkan setan. "....Semua akan saya goda kecuali hamba-hambaMu yang ikhlas....." (QS. Al-Hijr [15]:39-40). Dan yang terpenting juga adalah bahwa di hari Kiamat kelak, hanya dengan hati yang suci (qalbun saliim), seorang hamba akan menghadap Tuhannya dengan aman. "Di hari di mana harta benda dan anak-anak tidak lagi berguna. Kecuali siapa yang datang menghadap Allah dengan hati yang sehat (saliim)."

Sungguh besar keberkahan Ramadan pada sisi ini. Hanya dengan hati yang sehat inilah keridhoan, magfirah dan ampunan Allah SWT. akan diraih. Dan dengannya pula seorang hamba akan masuk ke dalam surga. Seraya berdo'a "Ya Allah, jadikanlah aku orang-orang yang mencintai auliya-Mu dan lindungilah aku dari orang-orang yang memusuhi-Mu. Jadikanlah aku pengikut sunah-sunah penutup nabi-Mu, wahai penjaga hati para Nabi".

Wallahu A'lam Bishowab

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Founder tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah Ramadhan, https://etheses. uinsgd.ac.id/ 29428/1/BKKPengaRisalahRamadhan-TnpaISBN.pdf. Kepemimpinan Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi; Manajemen Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan dll. (tidak kurang dari 60 buku, 18 Penelitian dan 40 Jurnal). Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan  Panawangan Kab. Ciamis Jawa Barat. Korespondensi: (1) http://a.rusdiana.id (2) http://tresnabhakti.org/webprofil; (3) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators (4) https://www. google.com/search? q=buku +a.rusdiana+shopee&source (5) https://play. google.com/store/books/author?id. Curiculum Vitae lenkap dalam laman https://a.rusdiana.id/2022/11/16/profil-prof-dr-h-ahmad-rusdiana-drs-mm-27-september-2022.

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...