Penulis A. Rusdiana
A. Rusdiana
PUASA RAMADHAN memasuki 10 hari terakhir ini, merupakan suatu
momen yang penuh keharuan. Sebagai seorang Muslim yang harus berpisah dengan
bulan yang penuh berkah dan rahmat dari Allah SWT, tentunya menimbulkan
kekhawatiran apakah kita masih bisa bertemu lagi dengan Ramadan berikutnya di
tahun depan, dengan segala keterbatasan umur yang kita miliki. Disepuluh hari
terakhir Ramadan ini banyak orang yang memanfaatkannya dengan beribadah lebih
khusyuk, i'tikaf di masjid, sesuai dengan suatu hadis yang diriwayatkan oleh
‘Aisyah radhiyallahu anha, “Rasulullah sangat bersungguh-sungguh
beribadah pada 10 hari terakhir (bulan Ramadhan), melebihi kesungguhan
beribadah di selain (malam) tersebut.” (HR. Muslim).
Dari hadis di atas tersebut, terlihat
keutamaan semangat beribadah disepuluh hari terakhir Ramadan, sosok Rasulullah
SAW yang sudah sangat dijamin masuk surga oleh Allah SWT, justru lebih giat
beribadah demi meraih ridha-Nya. “Hadis ini menunjukkan keutamaan semangat
beribadah di 10 hari terakhir Ramadhan. Hadis ini menceritakan sosok baginda
Nabi Muhammad SAW sebagai manusia yang paling giat dalam meraih ridha Allah
SWT,”.
Meraih ridha Allah SWT, merupakan keberkahan
Ramadan pada sisi ini. Hanya dengan hati
yang sehat inilah keridhoan, dan ampunan Allah SWT. akan diraih. Dan dengannya pula seorang hamba akan
masuk ke dalam surga. Firman Allah SWT. dalam Al-Qur'an: "Wahai jiwa
yang tenang, kembalilah kamu kepada Tuhanmu dalam keadaan ridho dan diridhoi.
Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku."
(QS.al-Fajar[89] 27-30).
Memang warna hidup manusia itu
sesungguhnya terbentuk oleh suasana hatinya. Segala gerak-gerik hidupnya adalah
gambaran dari suasana hati. Dan karenanya hati adalah penentu hitam putih,
sehat sakit atau baik buruknya prilaku manusia. Hakikat inilah yang digambarkan
secara sederhana oleh Rasulullah SAW: "Sungguh dalam tubuh manusia itu
ada segumpal darah yang jika baik, baiklah seluruh anggota tubuhnya. Tapi jika
rusak, rusak pula seluruh anggota tubuhnya. Itulah hati." (Al-Hadis). Bukankah?
berbagai kerusakan yang digambarkan oleh Al-Qur'an ini: "Telah nampak
kerusakan di darat dan di laut karena apa yang dilakukan oleh tangan-tangan
manusia." Realitas dari rusaknya prilaku akibat dari rusaknya hati. Pada
sisi inilah puasa hadir dengan keberkahan yang sangat penting. Yaitu untuk
membentuk (shaping) warna batin (hati) manusia. Bentukan batin itulah kemudian
yang menentukan bentuk karakternya. Ada beberapa alasan utama kenapa puasa
ramhdan begitu penting dalam membentuk warna batin manusia, diantaranya:
Pertama, karena puasa adalah bentuk ibadah yang
bersentuhan langsung dengan kata hati yang paling dalam. Puasa adalah amalan
yang benar-benar terbebas dari intervensi pihak ketiga. Puasa merupakan
aktivitas ubudiyah yang ekslusif antara seorang hamba dan Tuhannya. Koneksi
hati seorang hamba dengan sang khalik secara dekat ini (qariib) dengan
sendirinya menyuburkan hati dan jiwa sang hamba tersebut.
Kedua, hati itu dasarnya suci (fitrah) rentang ternodai
dan kotor. Karenanya hati bisa sakit, bahkan bisa buta dan mati. Hal itu karena
Allah juga menciptakan satu elemen lain dalam diri manusia yang sangat
diperlukan bagi keberlangsungan kehidupannya. Namun elemen jika tidak
terkontrol akan menjadi instrumen destruktif bagi kehidupan. Itulah hawa nafsu
manusia. Kerusakan pertama yang akan terjadi oleh hawa nafsu yang tidak terkontrol
adalah rusaknya kesucian hati manusia. Maka
kewajiban, zakat dikeluarkan akrir bulan Ramadhan, sebagai pembersih bagi orang
yang puasa dari perbuatan sia-sia dan perkataan buruk.
Ketiga: Ketika hati mengalami kerusakan maka hati itu
tidak lagi mampu memainkan peranan furqan. Sebuah cahaya batin (nurani) untuk
memilah mana yang benar dan mana yang salah dalam kehidupan. Di sinilah puasa, memang
esensinya Al-Imsak atau menahan, mengontrol kecenderungan hawa nafsu
yang buas. Puasa berperan menjaga hati agar tidak merusak kesuciannya.
Pada posisi inilah puasa memang dikenal
sebagai (junnah) atau perisai (shield). Puasa sebagai amalan yang sangat
pribadi antara hamba dan Tuhannya menumbuhkan rasa kedekatan dan kebersamaan
dengan Allah. Dengan rasa kebersamaan dengan Allah (al-ma'iyatullah) hati
merasakan ketentraman dan kesembilan. Dengan perasaan kebersamaan itu pula hati
menjadi sehat, kuat dan tegar menghadapi tantangan dan/atau godaan hidup.
Inilah salah satu makna sabda baginda Rasulullah SAW: "Ketika Ramadan
telah tiba pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan
setan-setan terikat (shuffidat)." (Al-Hadis). Setan-setan terikat di sini
tentu sebuah ungkapan ilustratif. Artinya setan selama Ramadan itu tidak
memiliki kemampuan luas menggoda manusia. Karena manusia di bulan Ramadan
memiliki koneksi yang sangat intim dengan Allah.
Keempat: Hati yang sehat melahirkan keikhlasan yang
tinggi. Dan keikhlasan ini merupakan senjata yang paling ampuh untuk
mengalahkan setan. "....Semua akan saya goda kecuali hamba-hambaMu yang
ikhlas....." (QS. Al-Hijr [15]:39-40). Dan yang terpenting juga adalah
bahwa di hari Kiamat kelak, hanya dengan hati yang suci (qalbun saliim),
seorang hamba akan menghadap Tuhannya dengan aman. "Di hari di mana harta
benda dan anak-anak tidak lagi berguna. Kecuali siapa yang datang menghadap
Allah dengan hati yang sehat (saliim)."
Sungguh besar
keberkahan Ramadan pada sisi ini. Hanya dengan hati yang sehat inilah keridhoan,
magfirah dan ampunan Allah SWT. akan diraih. Dan dengannya pula seorang
hamba akan masuk ke dalam surga. Seraya berdo'a "Ya Allah, jadikanlah
aku orang-orang yang mencintai auliya-Mu dan lindungilah aku dari orang-orang
yang memusuhi-Mu. Jadikanlah aku pengikut sunah-sunah penutup nabi-Mu, wahai
penjaga hati para Nabi".
Wallahu A'lam Bishowab
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Founder tresnabhakti.org, pegiat Rumah
Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah
Ramadhan, https://etheses. uinsgd.ac.id/ 29428/1/BKKPengaRisalahRamadhan-TnpaISBN.pdf.
Kepemimpinan Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi;
Manajemen Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan
Pendidikan dll. (tidak kurang dari 60 buku, 18 Penelitian dan 40 Jurnal). Guru
Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti,
dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah
Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak
tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan
Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan
sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan
asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama
Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007
di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan
Kab. Ciamis Jawa Barat. Korespondensi: (1) http://a.rusdiana.id (2)
http://tresnabhakti.org/webprofil; (3) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators
(4) https://www. google.com/search? q=buku +a.rusdiana+shopee&source (5)
https://play. google.com/store/books/author?id. Curiculum Vitae lenkap dalam
laman
https://a.rusdiana.id/2022/11/16/profil-prof-dr-h-ahmad-rusdiana-drs-mm-27-september-2022.