SPRIRIT HALAL BIHALAL MEMUPUK ETOS KERJA UNTUK MERAIH RIDHA ALLAH SWT.

Penulis: A. Rusdiana

Dibaca: 143 kali

A. Rusdiana

Oleh A. Rusdiana

 

Suasana Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah masih bergema bagi umat Muslim. Oleh karena itu, dalam rangka merangkul kebersamaan di bulan bulan yang istimewa bagi umat Islam setelah menjalani puasa wajib di Ramadhan lalu. Dalam suasana demikian ini, Imam Al-Ghazali dalam, Ihya Ulumuddin mengingatkan bahwa "setelah kita melaksanakan ibadah puasa dan amalan-amalan lainnya, kita harus menyikapinya dengan dua maqam, yaitu khauf (khawatir) dan raja’ (harap)". Artinya kita harus menjadikan puasa benar-benar sebagai ibadah yang agung dan dapat membawa inspirasi bagi kita, keluarga dan umat secara keseluruhan. Sebagai upaya agar puasa yang kita laksanakan diterima Allah Swt. Puasa mengandung banyak spirit. Dari berbagai kajian disiplin ilmu, puasa bagi seseorang mengandung banyak manfaat, baik dari segi kesehatan, ekonomi, politik dan pendidikan.

Di antara spirit yang tak kalah penting dari esensi puasa adalah meningkatnya etos kerja manusia dalam menjalani rutinitas pekerjaanya. Setidaknya akan melahirkan lima spirit puasa dalam etos kerja. Islam juga memberi kebebasan dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan kecenderungan dan kemampuan setiap orang. Namun demikian, Islam mengatur batasan-batasan, meletakkan prinsip-prinsip dan menetapkan nilai-nilai yang harus dijaga oleh seorang Muslim, agar kemudian aktifitas bekerjanya benar-benar dipandang oleh Allah sebagai kegiatan ibadah yang memberi keuntungan berlipat di dunia dan di akhirat. Selain itu, tidak semua pekerjaan mulia di mata Allah. Pekerjaan yang diridhai oleh Allah adalah pekerjaan yang dilandasi oleh adab dan etika tertentu sesuai dengan standar etos kerja, yakni:

Pertama. Bekerja Diniatkan ikhlas karena Allah SWT (Lillahi Ta’ala) Bekerja tidak melulu soal mencari kegiatan, uang dan keuntungan tapi lebih daripada itu, adalah kewajiban seorang manusia kepada Allah SWT untuk bekerja, untuk mencari nafkah, serta untuk menunaikan kewajiban-kewajiban Islam yang lainnya. Maka agar bernilai ibadah, bekerja harus ikhlas lillahi ta’ala. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Annisa: 125 “Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.”

Kedua: Bekerja dengan tekun dan sungguh-sungguh (itqan) Esensi dari bekerja adalah bagaimana kita menjalankan hak dan kewajiban dengan penuh semangat dan tekun bekerja. Sebuah hadits diriwayatkan oleh Aisyah ra mengenai hal ini, bahwa Rasulullah SAW bersabda:  “Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang mukmin yang bekerja dengan giat”. (HR. Imam Tabrani) Dalam maqalah ungkapan yang popular juga disebutkan:  “Beramallah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari”.

Ketiga: Mengutamakan kejujuran dan amanah dalam bekerja; Setiap pekerjaan yang kita lakukan pastinya butuh pertanggungjawaban baik dihadapan Allah SWT maupun di hadapan manusia. Oleh karena itu menjaga keridhan Allah dan kepercayaan konsumen atau klien sangatlah penting karena kesuksesan kita juga bergantung dari kepuasan dan kepercayaan mereka dengan cara menjadi pekerja yang jujur dan amanah.

Dalam hal tanggung jawab dan amanah ada dua prinsip yang penting yaitu, pekerja harus baik dan profesional dan atasan harus memiliki kesalehan sosial dan memperhatikan para pekerjanya. Dalam sebuah hadits nabi bersabda “Sesungguhnya Allah mencintai seorang diantara ka-lian yang jika bekerja, maka ia bekerja dengan baik.”(HR Baihaq).

Atasan tidak boleh berlaku zalim terhadap para pekerja. Berilah upah sebelum keringat mengering. Dilaporkan oleh Abu Dzarr bahwa Rasulullah SAW menyuruh para sahabatnya mengenai para budak, sebagai berikut: "Mereka adalah saudara-saudara kalian. Allah telah menempatkan mereka di bawah kekuasaanmu, berilah mereka makan seperti makananmu, berpakaian seperti pakaianmu, dan janganlah mereka kalian bebani dengan pekerjaan yang mereka tidak mampu mengerjakannya. Jika kalian menyuruhnya bekerja berat, maka bantulah dia.”(Bukhari dan Muslim).

Keempat: Tetap memegang teguh prinsip-prinsip syariah; Selain menjaga etika atau akhlak, seorang Muslim juga wajib untuk tetap memegang teguh prinsip-prinsip syariah dalam pekerjaan yang digelutinya. Semakin pesatnya kemajuan jaman, prinsip-prinsip syarah dalam bekerja memang akan semakin sulit karena berkaitan dengan kemajuan, keuntungan dan penghasilan lebih dari pekerjaan yang kita lakukan namun hal ini menjadi tantangan bagi iman seorang pekerja supaya senantiasa meningkatkan keimanan dan mempertahankan kehalalan suatu pekerjaan serta meninggalkan hal-hal yang haram. Dengan memegang teguh prinsip-prinsip syariah, kita akan terhindar dari dosa dan harta yang kita dapatkan akan lebih berkah dan mendapatkan ridha Allah tentunya.

Halal bihalal bulalan syawal yang penuh Spririt ini, jadikan momentum untuk memupuk Etos Kerja untuk Meraih Ridha Allah.

WallahuA’lamBissowab

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Lahir di Ciamis, 21 April 1961. Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Pegiat Rumah Baca Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui:(1)http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2)https://www.google.com/search?q=buku+a.rusdiana+shopee&source(3)https://play.google.com/store/books/author?id=Prof.+DR.+H.+A.+Rusdiana,+M.M.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...