Penulis: A. Rusdiana
A. Rusdiana
Oleh A. Rusdiana
Suasana Hari Raya
Idul Fitri 1444 Hijriah masih bergema bagi umat Muslim. Oleh karena itu, dalam
rangka merangkul kebersamaan di bulan bulan yang istimewa bagi umat Islam setelah menjalani puasa wajib di
Ramadhan lalu. Dalam suasana demikian ini, Imam
Al-Ghazali dalam, Ihya Ulumuddin mengingatkan bahwa "setelah kita
melaksanakan ibadah puasa dan amalan-amalan lainnya, kita harus menyikapinya
dengan dua maqam, yaitu khauf (khawatir) dan raja’
(harap)". Artinya kita harus menjadikan puasa benar-benar sebagai ibadah
yang agung dan dapat membawa inspirasi bagi kita, keluarga dan umat secara
keseluruhan. Sebagai upaya agar puasa yang kita laksanakan diterima Allah Swt.
Puasa mengandung banyak spirit. Dari berbagai kajian disiplin ilmu, puasa bagi
seseorang mengandung banyak manfaat, baik dari segi kesehatan, ekonomi, politik
dan pendidikan.
Di antara spirit
yang tak kalah penting dari esensi puasa adalah meningkatnya etos kerja manusia
dalam menjalani rutinitas pekerjaanya. Setidaknya akan melahirkan lima spirit
puasa dalam etos kerja. Islam juga memberi kebebasan dalam memilih pekerjaan
yang sesuai dengan kecenderungan dan kemampuan setiap orang. Namun demikian,
Islam mengatur batasan-batasan, meletakkan prinsip-prinsip dan menetapkan
nilai-nilai yang harus dijaga oleh seorang Muslim, agar kemudian aktifitas
bekerjanya benar-benar dipandang oleh Allah sebagai kegiatan ibadah yang
memberi keuntungan berlipat di dunia dan di akhirat. Selain itu, tidak semua
pekerjaan mulia di mata Allah. Pekerjaan yang diridhai oleh Allah adalah
pekerjaan yang dilandasi oleh adab dan etika tertentu sesuai dengan standar
etos kerja, yakni:
Pertama. Bekerja Diniatkan ikhlas
karena Allah SWT (Lillahi Ta’ala) Bekerja tidak melulu soal mencari kegiatan, uang dan
keuntungan tapi lebih daripada itu, adalah kewajiban seorang manusia kepada
Allah SWT untuk bekerja, untuk mencari nafkah, serta untuk menunaikan
kewajiban-kewajiban Islam yang lainnya. Maka agar bernilai ibadah, bekerja
harus ikhlas lillahi ta’ala. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Annisa: 125
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti
agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.”
Kedua: Bekerja dengan tekun dan
sungguh-sungguh (itqan) Esensi dari bekerja adalah bagaimana kita menjalankan hak dan kewajiban
dengan penuh semangat dan tekun bekerja. Sebuah hadits diriwayatkan oleh Aisyah
ra mengenai hal ini, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang
mukmin yang bekerja dengan giat”. (HR. Imam Tabrani) Dalam maqalah ungkapan
yang popular juga disebutkan:
“Beramallah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan
beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari”.
Ketiga: Mengutamakan kejujuran dan
amanah dalam bekerja; Setiap pekerjaan yang kita lakukan pastinya butuh pertanggungjawaban baik
dihadapan Allah SWT maupun di hadapan manusia. Oleh karena itu menjaga keridhan
Allah dan kepercayaan konsumen atau klien sangatlah penting karena kesuksesan
kita juga bergantung dari kepuasan dan kepercayaan mereka dengan cara menjadi
pekerja yang jujur dan amanah.
Dalam
hal tanggung jawab dan amanah ada dua prinsip yang penting yaitu, pekerja harus
baik dan profesional dan atasan harus memiliki kesalehan sosial dan
memperhatikan para pekerjanya. Dalam sebuah hadits nabi bersabda “Sesungguhnya
Allah mencintai seorang diantara ka-lian yang jika bekerja, maka ia bekerja
dengan baik.”(HR Baihaq).
Atasan
tidak boleh berlaku zalim terhadap para pekerja. Berilah upah sebelum keringat
mengering. Dilaporkan oleh Abu Dzarr bahwa Rasulullah SAW menyuruh para
sahabatnya mengenai para budak, sebagai berikut: "Mereka adalah
saudara-saudara kalian. Allah telah menempatkan mereka di bawah kekuasaanmu,
berilah mereka makan seperti makananmu, berpakaian seperti pakaianmu, dan
janganlah mereka kalian bebani dengan pekerjaan yang mereka tidak mampu
mengerjakannya. Jika kalian menyuruhnya bekerja berat, maka bantulah
dia.”(Bukhari dan Muslim).
Keempat: Tetap memegang teguh
prinsip-prinsip syariah; Selain menjaga etika atau akhlak, seorang Muslim juga wajib untuk tetap
memegang teguh prinsip-prinsip syariah dalam pekerjaan yang digelutinya.
Semakin pesatnya kemajuan jaman, prinsip-prinsip syarah dalam bekerja memang
akan semakin sulit karena berkaitan dengan kemajuan, keuntungan dan penghasilan
lebih dari pekerjaan yang kita lakukan namun hal ini menjadi tantangan bagi
iman seorang pekerja supaya senantiasa meningkatkan keimanan dan mempertahankan
kehalalan suatu pekerjaan serta meninggalkan hal-hal yang haram. Dengan
memegang teguh prinsip-prinsip syariah, kita akan terhindar dari dosa dan harta
yang kita dapatkan akan lebih berkah dan mendapatkan ridha Allah tentunya.
Halal bihalal bulalan syawal yang penuh Spririt ini,
jadikan momentum untuk memupuk Etos Kerja untuk Meraih Ridha Allah.
WallahuA’lamBissowab
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Lahir di Ciamis, 21 April 1961. Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan
Gunung Djati Bandung. Peneliti Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS)
sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana
Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA,
MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan
Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun
1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan
pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50
mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Pegiat Rumah Baca
Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan.
Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di
akses melalui:(1)http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2)https://www.google.com/search?q=buku+a.rusdiana+shopee&source(3)https://play.google.com/store/books/author?id=Prof.+DR.+H.+A.+Rusdiana,+M.M.