Penulis Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana
Oleh Ahmad Rusdiana
Complexity atau kompleksitas dalam konteks VUCA
merupakan tantangan ketiga yang dihadapi oleh para pemimpin organisasi maupun
perusahaan tidak terkeculi yang dihadai oleh kepemimpinan pendidikan. Hal ini
terjadi disebabkan oleh berbagai faktor yang saling terkait dan mempengaruhi
lingkungan pendidikan. Faktor seperti kebijakan pendidikan, perubahan sosial
dan ekonomi, serta perubahan teknologi membuat lingkungan pendidikan semakin
kompleks. Disinilah, para pemimpin tidak terkecuali kepemimpinan pendidikan
harus mampu mengembangkan strategi kepemimpinan yang adaptif dan fleksibel.
Strategi ini harus mencakup kemampuan untuk mengelola perubahan, mengambil keputusan
dengan informasi yang terbatas, mengelola lingkungan pendidikan yang kompleks,
dan membuat keputusan dalam situasi yang tidak jelas.
Untuk
mengatasi kompleksitas dalam konteks VUCA, Johansen menyarakan bahwa ‘Complexity’
dapat diatasi dengan ‘Clarity’ (kejelasan) yang tumbuh dari pembangunan
kedisiplinan di sekitar hal-hal inti mendasar, yang secara konstan memperkuat
prioritas yang riil, serta mencegah organisasi masuk dalam kumpulan aktivitias
tidak bernilai tambah. Dedikasi untuk selalu tulus terhadap pelanggan, dan
tetap terjaga untuk memberikan, serta sekaligus menerima masukan dari pelanggan
internal dan eksternal, akan mengurangi kompleksitas yang tidak perlu.
'Clarity' atau kejelasan ditemukan dalam teori "complexity can be countered
with clarity" berasal dari Karen Jaworski, seorang penulis dan
konsultan manajemen yang memperkenalkan konsep tersebut dalam bukunya yang
berjudul "Navigating Complexity: The Essential Guide to Complexity
Theory in Business and Management" yang diterbitkan pada tahun 2005.
Menurut Karen Jaworski, ada beberapa indikator 'Clarity' atau kejelasan
yang dapat membantu organisasi atau individu untuk mengatasi kompleksitas,
antara lain:
1. Konsistensi:
Memastikan bahwa seluruh elemen organisasi atau individu bekerja secara konsisten
dalam mendukung tujuan yang telah ditetapkan.
2. Komitmen:
Menunjukkan komitmen yang tinggi dalam mencapai tujuan, dengan fokus pada
hal-hal yang benar-benar penting dan menghindari hal-hal yang tidak produktif
atau tidak berkontribusi.
3. Komunikasi:
Memastikan bahwa komunikasi di antara semua pihak terbuka dan jelas, dan bahwa
semua pihak terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
4. Kolaborasi:
Mendorong kolaborasi dan kerja sama di antara semua pihak untuk mencapai tujuan
bersama.
5. Keterampilan:
Mengembangkan keterampilan individu dan organisasi untuk mengatasi kompleksitas
dengan lebih efektif.
6.
Kelenturan:
Mempertahankan kelenturan dalam menghadapi perubahan yang tidak terduga atau
tantangan yang muncul.
Dengan menerapkan indikator 'Clarity'
ini, organisasi atau individu dapat mengembangkan kedisiplinan di sekitar
hal-hal inti mendasar, yang secara konstan memperkuat prioritas yang riil,
serta mencegah organisasi masuk dalam kumpulan aktivitas tidak bernilai tambah.
Indikator 'Clarity' (kejelasan) dapat diwujudkan melalui beberapa hal,
antara lain:
1.
Prioritas
yang jelas dan terfokus: Organisasi harus memiliki prioritas yang riil dan
selalu memperkuat prioritas tersebut. Hal ini akan membantu organisasi untuk
menghindari aktivitas yang tidak bernilai tambah yang hanya akan menambah
kompleksitas yang tidak perlu.
2.
Dedikasi
untuk selalu tulus terhadap pelanggan: Organisasi harus memiliki dedikasi untuk
selalu tulus terhadap pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal. Hal
ini berarti bahwa organisasi harus selalu siap menerima masukan dari pelanggan
dan memberikan layanan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan mereka.
3.
Komunikasi
yang jelas dan terbuka: Komunikasi yang efektif dan terbuka dapat membantu
menghindari kesalahpahaman dan mengurangi kompleksitas yang timbul akibat
kurangnya informasi yang jelas.
4.
Fokus
pada hal-hal inti mendasar: Organisasi harus membangun kedisiplinan di sekitar
hal-hal inti mendasar, yang secara konstan memperkuat prioritas yang riil,
serta mencegah organisasi masuk dalam kumpulan aktivitas tidak bernilai tambah.
5.
Kemampuan
untuk menyelesaikan masalah: Organisasi harus memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Hal ini akan membantu
menghindari terjadinya kompleksitas yang berlebihan dalam organisasi.
'Clarity' (kejelasan)
kata kuncinya terletak pada "prioritas yang jelas dan terfokus".
Islam mengajarkan adanya skala prioritas (fiqh al-awlawiyyah).
Misalnya, harus mendahulukan kewajiban daripada yang sunnat. Dalam waktu yang
sempit, misalnya, sebaiknya tidak mengerjakan pekerjaan sunat yang menyebabkan
habisnya waktu untuk mengerjakan yang wajib. Dalam Islam, misalnya, suatu
kewajiban harus dilaksanakan sesuai dengan standar waktu yang ditentukan.
Misalnya: Inna al-shalât kânat ‘alâ al-mu`minîn kitâban mawqûtan (Sesungguhnya
salahat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya). (Q.S. al-Baqarah[2]:103).
Kata kunci dalam memanage segalanya, tidak hanya soal ibadah, mungkin juga
kuliah atau pekerjaan adalah “prioritas” (awlawiyyah). Jika
studi/kuliah merupakan prioritas pertama, maka waktu harus diberikan sebagian
besarnya untuk studi/kuliah pula, sehingga kegiatan-kegiatan lain yang sifat
sekunder berada di bawahnya dalam skala prioritas. Mungkin banyak orang yang
sudah berujar bahwa keberhasilan bukanlah semata persoalan kecerdasan,
sekalipun itu sangat menentukan, melainkan juha persoalan memanage waktu.
Walahu
A'lam Bisowab
Penulis:
Ahmad
Rusdiana, Founder
tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah
manajemen pendidikan; Penulis buku: Manajemen Risiko, Manajemen Kewirausahaan
Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan; Guru Besar Manajemen
Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi;
Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung
yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta
garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat
Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri
Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap
tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung.
Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket
A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kec.n.
Panawangan Kab.Ciamis Jabar. Karya lengkap dapat diakses melalui:
https:(1)//a.rusdiana.id(2)http://tresnabhakti.org/webprofil
(3)http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators
(4) https://www.google.com/search?q=buku+ a.rusdiana +shopee&source (5)
https://play.google.com/store/books/author?id.