STRATEGI MENGATASI ‘KOMPLEKSITAS’ (COMPLEXITY’) DENGAN ‘KEJELASAN’ (CLARITY’)

Penulis Ahmad Rusdiana

Dibaca: 204 kali

Ahmad Rusdiana

Oleh Ahmad Rusdiana

 

Complexity atau kompleksitas dalam konteks VUCA merupakan tantangan ketiga yang dihadapi oleh para pemimpin organisasi maupun perusahaan tidak terkeculi yang dihadai oleh kepemimpinan pendidikan. Hal ini terjadi disebabkan oleh berbagai faktor yang saling terkait dan mempengaruhi lingkungan pendidikan. Faktor seperti kebijakan pendidikan, perubahan sosial dan ekonomi, serta perubahan teknologi membuat lingkungan pendidikan semakin kompleks. Disinilah, para pemimpin tidak terkecuali kepemimpinan pendidikan harus mampu mengembangkan strategi kepemimpinan yang adaptif dan fleksibel. Strategi ini harus mencakup kemampuan untuk mengelola perubahan, mengambil keputusan dengan informasi yang terbatas, mengelola lingkungan pendidikan yang kompleks, dan membuat keputusan dalam situasi yang tidak jelas.

Untuk mengatasi kompleksitas dalam konteks VUCA, Johansen menyarakan bahwa ‘Complexity’ dapat diatasi dengan ‘Clarity’ (kejelasan) yang tumbuh dari pembangunan kedisiplinan di sekitar hal-hal inti mendasar, yang secara konstan memperkuat prioritas yang riil, serta mencegah organisasi masuk dalam kumpulan aktivitias tidak bernilai tambah. Dedikasi untuk selalu tulus terhadap pelanggan, dan tetap terjaga untuk memberikan, serta sekaligus menerima masukan dari pelanggan internal dan eksternal, akan mengurangi kompleksitas yang tidak perlu.

'Clarity' atau kejelasan ditemukan dalam teori "complexity can be countered with clarity" berasal dari Karen Jaworski, seorang penulis dan konsultan manajemen yang memperkenalkan konsep tersebut dalam bukunya yang berjudul "Navigating Complexity: The Essential Guide to Complexity Theory in Business and Management" yang diterbitkan pada tahun 2005. Menurut Karen Jaworski, ada beberapa indikator 'Clarity' atau kejelasan yang dapat membantu organisasi atau individu untuk mengatasi kompleksitas, antara lain:

1.     Konsistensi: Memastikan bahwa seluruh elemen organisasi atau individu bekerja secara konsisten dalam mendukung tujuan yang telah ditetapkan.

2.     Komitmen: Menunjukkan komitmen yang tinggi dalam mencapai tujuan, dengan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dan menghindari hal-hal yang tidak produktif atau tidak berkontribusi.

3.     Komunikasi: Memastikan bahwa komunikasi di antara semua pihak terbuka dan jelas, dan bahwa semua pihak terlibat dalam proses pengambilan keputusan.

4.     Kolaborasi: Mendorong kolaborasi dan kerja sama di antara semua pihak untuk mencapai tujuan bersama.

5.     Keterampilan: Mengembangkan keterampilan individu dan organisasi untuk mengatasi kompleksitas dengan lebih efektif.

6.     Kelenturan: Mempertahankan kelenturan dalam menghadapi perubahan yang tidak terduga atau tantangan yang muncul.

Dengan menerapkan indikator 'Clarity' ini, organisasi atau individu dapat mengembangkan kedisiplinan di sekitar hal-hal inti mendasar, yang secara konstan memperkuat prioritas yang riil, serta mencegah organisasi masuk dalam kumpulan aktivitas tidak bernilai tambah. Indikator 'Clarity' (kejelasan) dapat diwujudkan melalui beberapa hal, antara lain:

1.     Prioritas yang jelas dan terfokus: Organisasi harus memiliki prioritas yang riil dan selalu memperkuat prioritas tersebut. Hal ini akan membantu organisasi untuk menghindari aktivitas yang tidak bernilai tambah yang hanya akan menambah kompleksitas yang tidak perlu.

2.     Dedikasi untuk selalu tulus terhadap pelanggan: Organisasi harus memiliki dedikasi untuk selalu tulus terhadap pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal. Hal ini berarti bahwa organisasi harus selalu siap menerima masukan dari pelanggan dan memberikan layanan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan mereka.

3.     Komunikasi yang jelas dan terbuka: Komunikasi yang efektif dan terbuka dapat membantu menghindari kesalahpahaman dan mengurangi kompleksitas yang timbul akibat kurangnya informasi yang jelas.

4.     Fokus pada hal-hal inti mendasar: Organisasi harus membangun kedisiplinan di sekitar hal-hal inti mendasar, yang secara konstan memperkuat prioritas yang riil, serta mencegah organisasi masuk dalam kumpulan aktivitas tidak bernilai tambah.

5.     Kemampuan untuk menyelesaikan masalah: Organisasi harus memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Hal ini akan membantu menghindari terjadinya kompleksitas yang berlebihan dalam organisasi.

'Clarity' (kejelasan) kata kuncinya terletak pada "prioritas yang jelas dan terfokus". Islam mengajarkan adanya skala prioritas (fiqh al-awlawiyyah). Misalnya, harus mendahulukan kewajiban daripada yang sunnat. Dalam waktu yang sempit, misalnya, sebaiknya tidak mengerjakan pekerjaan sunat yang menyebabkan habisnya waktu untuk mengerjakan yang wajib. Dalam Islam, misalnya, suatu kewajiban harus dilaksanakan sesuai dengan standar waktu yang ditentukan. Misalnya: Inna al-shalât kânat ‘alâ al-mu`minîn kitâban mawqûtan (Sesungguhnya salahat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya). (Q.S. al-Baqarah[2]:103).

Kata kunci dalam memanage segalanya, tidak hanya soal ibadah, mungkin juga kuliah atau pekerjaan adalah “prioritas” (awlawiyyah). Jika studi/kuliah merupakan prioritas pertama, maka waktu harus diberikan sebagian besarnya untuk studi/kuliah pula, sehingga kegiatan-kegiatan lain yang sifat sekunder berada di bawahnya dalam skala prioritas. Mungkin banyak orang yang sudah berujar bahwa keberhasilan bukanlah semata persoalan kecerdasan, sekalipun itu sangat menentukan, melainkan juha persoalan memanage waktu.

Walahu A'lam Bisowab

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Founder tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku: Manajemen Risiko, Manajemen Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan; Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kec.n. Panawangan Kab.Ciamis Jabar. Karya lengkap dapat diakses melalui: https:(1)//a.rusdiana.id(2)http://tresnabhakti.org/webprofil

(3)http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators (4) https://www.google.com/search?q=buku+ a.rusdiana +shopee&source (5) https://play.google.com/store/books/author?id.

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...