Penulis Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana
Oleh Ahmad Rusdiana
Ambiguity atau ketidakjelasan dalam konteks PUCA, merupakan tantangan
terakhir yang dihadapi oleh kepemimpinan pendidikan. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya pemahaman mengenai perubahan yang terjadi dan dampaknya terhadap
lingkungan pendidikan. Johansen menyarakan agar menatasi ambiguity
diatasi dengan agility’, ‘Agility’ merupakan kelincahan menghadapi
perubahan, menghadapi tuntutan konsumen, dan dalam menghadapi perkembangan baru
yang tiba-tiba muncul. Bila organisasi tidak lincah dan tangguh, maka
organisasi kita akan gamang, dan kemudian hilang dalam percaturan usaha. Hal
ini dapat terjadi karena mereka terlambat memahami perubahan, terlambat
bertindak, dan terlambat berubah, sehingga kehilangan arah dan tiba-tiba
menjadi tidak kontekstual lagi dengan situasi yang berubah tersebut.
Agilitas
organisasi merupakan kemampuan organisasi untuk berubah dan membuat
aturan bisnis lebih efektif dan efisien ketika berhadapan dengan berbagai jenis
perubahan-perubahan yang terjadi dalam perusahaan. Kapasitas tersebut membuat
organisasi menjadi lebih responsif, fleksibel, dan inovatif. (Alberts dan Hayes, 2003).
Agility dalam konteks
bisnis dikenal sebagai Agile methodology atau Agile project
management, dan teorinya dikembangkan oleh sekelompok ahli perangkat lunak
pada tahun 2001 yang dikenal sebagai "Agile Alliance". Mereka
merumuskan "Agile Manifesto", yang mencakup nilai-nilai dan
prinsip-prinsip yang mendasari pendekatan Agile. Agile Manifesto menekankan
nilai-nilai seperti individu dan interaksi, software yang berfungsi, kerjasama
pelanggan, dan merespon perubahan. Prinsip-prinsipnya mencakup berfokus pada
orang-orang dan tujuan, memberikan hasil yang berguna secara teratur, bekerja
sama secara terus-menerus dengan pelanggan dan pengguna, serta merespon
perubahan dengan cepat. Meskipun awalnya diterapkan dalam pengembangan
perangkat lunak, pendekatan Agile telah diterapkan di berbagai industri dan
bidang bisnis sebagai strategi untuk meningkatkan kecepatan, fleksibilitas, dan
adaptasi dalam lingkungan bisnis yang berubah-ubah.
Sharifi
and Zang dalam Taghizadeh, (2015), melakukan penelilian Agilitas Organisasi
dalam penelitian ini adalah penilaian yang dilakukan oleh individu tentang
kemampuan organisasinya untuk bereaksi secara tepat dan merespon
perubahan lingkungan di sekitar bisnisnya dengan empat kemampuan utama, yakni:
Pertama Daya tanggap, (responsiveness); dalam pandangan Tjiptono dalam
Hardiyansyah (2011). yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan
dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Karyawan yang menilai kemampuan
organisasinya beradaptasi terhadap berbagai perubahan secara positif akan
termotivasi untuk terlibat dan menyesuaikan diri dengan inovasi-inovasi baru
terutama jika manajemennya melibatkan karyawan dalam seluruh perubahan yang
terjadi. dicirikan dengan sikap peduli yang ditunjukan oleh karyawan yang
berupa respon terhadap segala keluhan atau masukan yang diberikan oleh member
atau pelanggan.
Kedua Kompetensi, dapat diartikan juga sebagai karakter
individu yang dapat diukur dan ditentukan untuk menunjukkan perilaku dan
performa kerja tertentu pada diri seseorang (Spencer, McClelland & Spencer,
1994). Jadi, kompetensi merupakan panduan bagi perusahaan untuk menunjukkan
fungsi kerja yang tepat bagi seorang karyawan. Kompetensi berkaitan dengan
sikap (apa yang dikatakan dan dilakukan seseorang) yang menunjukkan performa
seseorang baik atau buruk. Dicirikan dengan: (1)Semangat berprestasi untuk
mencapai target kerja (2)Teliti dan punya perhatian terhadap tugas kerja;
(3)Proaktif (4)Punya keingintahuan tinggi; (5)Berempati terhadap orang lain;
(6)Berorientasi kepada pelanggan; (7)Kemampuan komunikatif yang diplomatis dan
persuasif.
Ketiga Kecepatan; adalah kemampuan untuk mengerjakan suatu aktivitas
secara berulang yang sama dan berkesinambungan dalam waktu sesingkat mungkin. (Nala, 2011), Berhubungan dengan waktu
penyelesaian tugas (pekerjaan) sesuai dengan waktu yang diberikan. Setiap pekerjaan
yang dilakukan oleh pegawai memiliki standart waktu yang telah ditentukan. Visi
dan misi suatu organisasi akan tercapai apabila pekerjaan yang dilakukan oleh
pegawai dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dalam hal
ini diantaranya: ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan dan pekerjaan
selesai pada saat dibutuhkan. Sedangkan Menurut Eri yang dikutip dalam Tiar
(2015), kecepatan adalah kemampuan seseorang yang memungkinkan orang merubah
arah atau melaksanakan gerakan yang sama atau tidak sama secepat mungkin.
Keempat Fleksibilitas; menekankan kemauan dan kemampuan untuk beradaptasi
dengan perubahan. Ini
termasuk mengenai bagaimana dan kapan pekerjaan diselesaikan. The Balance Careers menekankan fleksibilitas ini bergantung
pada kemampuan adaptasi yang kamu miliki. Untuk menjadi pekerja yang
fleksibel, harus mampu beradaptasi terhadap pekerjaan yang kamu terima. Pekerja
yang fleksibel mampu menyesuaikan diri dengan tantangan yang diterimanya sesuai
dengan kebutuhan perusahaan. Hal ini termasuk menyesuaikan diri ketika kondisi kerja tidak ideal.
Model kepemimpinan agile sudah
tepat untuk diterapkan diterapkan dalam kondisi terminal era revolusi industri
dan digitalisasi, mengingat semua aspek kehidupan yang berpusat pada empat
prinsip kemajuan termasuk teknis asisten, interkoneksi, terdesentralisasi
Keputusan, dan transparansi informasi. Islam sangan menganjurkan terhadap kepemimpinan
agile atau ketangkasan. Ditegaskan dalam surat al-Anfal;60: "Dan
persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan
yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah
dan musuhmu"(QS. al-Anfal [8]: 60).
Maksudnya, dalam ketangkasan berkuda terkandung faedah yang tidak terkira
banyaknya. Di antaranya adalah dapat dipergunakan untuk mencari nafkah, cepat
bergerak untuk suatu keperluan yang mendadak, digunakan untuk menyergap musuh,
dan dapat mencapai tempat yang jauh dalam waktu yang singkat.
Memiliki karakter ‘Agility’ ideal pimpinan di masa kini, bukankah
sayang jika tidak kita lakukan? Tantangan akan selalu ada dan beragam, tapi
menjadi pemimpin akan memberikan banyak manfaat, bagi diri sendiri, maupun
orang lain. Satu orang saja tidak cukup, yuk, kita bersama menjadi pemimpin ‘Agility’ yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan kehidupan di masa kini!
Wallahu A'lam Bishowab
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Founder tresnabhakti.org, pegiat Rumah
Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku:
Manajemen Risiko, Manajemen Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen
Kewirausahaan Pendidikan; Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung
Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan
Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan
Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa,
melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang
didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan,
kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya
tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina
dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C.
Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kec.n. Panawangan
Kab.Ciamis Jabar. Karya lengkap dapat diakses melalui:
https:(1)//a.rusdiana.id(2)http://tresnabhakti.org/webprofil
(3)http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators
(4) https://www.google.com/search?q=buku+ a.rusdiana +shopee&source (5)
https://play.google.com/store/books/author?id.