STRATEGI MENGATASI AMBIGUITY (KETIDAK JELASAN) DENGAN ‘AGILITY’ (KELINCAHAN)

Penulis Ahmad Rusdiana

Dibaca: 171 kali

Ahmad Rusdiana

Oleh Ahmad Rusdiana

 

Ambiguity atau ketidakjelasan dalam konteks PUCA, merupakan tantangan terakhir yang dihadapi oleh kepemimpinan pendidikan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman mengenai perubahan yang terjadi dan dampaknya terhadap lingkungan pendidikan. Johansen menyarakan agar menatasi ambiguity diatasi dengan agility’, ‘Agility’ merupakan kelincahan menghadapi perubahan, menghadapi tuntutan konsumen, dan dalam menghadapi perkembangan baru yang tiba-tiba muncul. Bila organisasi tidak lincah dan tangguh, maka organisasi kita akan gamang, dan kemudian hilang dalam percaturan usaha. Hal ini dapat terjadi karena mereka terlambat memahami perubahan, terlambat bertindak, dan terlambat berubah, sehingga kehilangan arah dan tiba-tiba menjadi tidak kontekstual lagi dengan situasi yang berubah tersebut.

Agilitas organisasi merupakan kemampuan organisasi untuk berubah dan membuat aturan bisnis lebih efektif dan efisien ketika berhadapan dengan berbagai jenis perubahan-perubahan yang terjadi dalam perusahaan. Kapasitas tersebut membuat organisasi menjadi lebih responsif, fleksibel, dan inovatif. (Alberts dan Hayes, 2003).

Agility dalam konteks bisnis dikenal sebagai Agile methodology atau Agile project management, dan teorinya dikembangkan oleh sekelompok ahli perangkat lunak pada tahun 2001 yang dikenal sebagai "Agile Alliance". Mereka merumuskan "Agile Manifesto", yang mencakup nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mendasari pendekatan Agile. Agile Manifesto menekankan nilai-nilai seperti individu dan interaksi, software yang berfungsi, kerjasama pelanggan, dan merespon perubahan. Prinsip-prinsipnya mencakup berfokus pada orang-orang dan tujuan, memberikan hasil yang berguna secara teratur, bekerja sama secara terus-menerus dengan pelanggan dan pengguna, serta merespon perubahan dengan cepat. Meskipun awalnya diterapkan dalam pengembangan perangkat lunak, pendekatan Agile telah diterapkan di berbagai industri dan bidang bisnis sebagai strategi untuk meningkatkan kecepatan, fleksibilitas, dan adaptasi dalam lingkungan bisnis yang berubah-ubah.

Sharifi and Zang dalam Taghizadeh, (2015), melakukan penelilian Agilitas Organisasi dalam penelitian ini adalah penilaian yang dilakukan oleh individu tentang kemampuan organisasinya untuk bereaksi secara tepat dan merespon perubahan lingkungan di sekitar bisnisnya dengan empat kemampuan utama, yakni:

Pertama Daya tanggap, (responsiveness); dalam pandangan Tjiptono dalam Hardiyansyah (2011). yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Karyawan yang menilai kemampuan organisasinya beradaptasi terhadap berbagai perubahan secara positif akan termotivasi untuk terlibat dan menyesuaikan diri dengan inovasi-inovasi baru terutama jika manajemennya melibatkan karyawan dalam seluruh perubahan yang terjadi. dicirikan dengan sikap peduli yang ditunjukan oleh karyawan yang berupa respon terhadap segala keluhan atau masukan yang diberikan oleh member atau pelanggan.

Kedua Kompetensi, dapat diartikan juga sebagai karakter individu yang dapat diukur dan ditentukan untuk menunjukkan perilaku dan performa kerja tertentu pada diri seseorang (Spencer, McClelland & Spencer, 1994). Jadi, kompetensi merupakan panduan bagi perusahaan untuk menunjukkan fungsi kerja yang tepat bagi seorang karyawan. Kompetensi berkaitan dengan sikap (apa yang dikatakan dan dilakukan seseorang) yang menunjukkan performa seseorang baik atau buruk. Dicirikan dengan: (1)Semangat berprestasi untuk mencapai target kerja (2)Teliti dan punya perhatian terhadap tugas kerja; (3)Proaktif (4)Punya keingintahuan tinggi; (5)Berempati terhadap orang lain; (6)Berorientasi kepada pelanggan; (7)Kemampuan komunikatif yang diplomatis dan persuasif.

Ketiga Kecepatan; adalah kemampuan untuk mengerjakan suatu aktivitas secara berulang yang sama dan berkesinambungan dalam waktu sesingkat mungkin. (Nala, 2011), Berhubungan dengan waktu penyelesaian tugas (pekerjaan) sesuai dengan waktu yang diberikan. Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai memiliki standart waktu yang telah ditentukan. Visi dan misi suatu organisasi akan tercapai apabila pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dalam hal ini diantaranya: ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan dan pekerjaan selesai pada saat dibutuhkan. Sedangkan Menurut Eri yang dikutip dalam Tiar (2015), kecepatan adalah kemampuan seseorang yang memungkinkan orang merubah arah atau melaksanakan gerakan yang sama atau tidak sama secepat mungkin.

Keempat Fleksibilitas; menekankan kemauan dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan. Ini termasuk mengenai bagaimana dan kapan pekerjaan diselesaikan. The Balance Careers menekankan fleksibilitas ini bergantung pada kemampuan adaptasi yang kamu miliki. Untuk menjadi pekerja yang fleksibel, harus mampu beradaptasi terhadap pekerjaan yang kamu terima. Pekerja yang fleksibel mampu menyesuaikan diri dengan tantangan yang diterimanya sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Hal ini termasuk menyesuaikan diri ketika kondisi kerja tidak ideal.

Model kepemimpinan agile sudah tepat untuk diterapkan diterapkan dalam kondisi terminal era revolusi industri dan digitalisasi, mengingat semua aspek kehidupan yang berpusat pada empat prinsip kemajuan termasuk teknis asisten, interkoneksi, terdesentralisasi Keputusan, dan transparansi informasi. Islam sangan menganjurkan terhadap kepemimpinan agile atau ketangkasan. Ditegaskan dalam surat al-Anfal;60: "Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah dan musuhmu"(QS. al-Anfal [8]: 60).

Maksudnya, dalam ketangkasan berkuda terkandung faedah yang tidak terkira banyaknya. Di antaranya adalah dapat dipergunakan untuk mencari nafkah, cepat bergerak untuk suatu keperluan yang mendadak, digunakan untuk menyergap musuh, dan dapat mencapai tempat yang jauh dalam waktu yang singkat.

Memiliki karakter ‘Agility’ ideal pimpinan di masa kini, bukankah sayang jika tidak kita lakukan? Tantangan akan selalu ada dan beragam, tapi menjadi pemimpin akan memberikan banyak manfaat, bagi diri sendiri, maupun orang lain. Satu orang saja tidak cukup, yuk, kita bersama menjadi pemimpin ‘Agility’ yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan kehidupan di masa kini!

Wallahu A'lam Bishowab

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Founder tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku: Manajemen Risiko, Manajemen Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan; Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kec.n. Panawangan Kab.Ciamis Jabar. Karya lengkap dapat diakses melalui: https:(1)//a.rusdiana.id(2)http://tresnabhakti.org/webprofil

(3)http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators (4) https://www.google.com/search?q=buku+ a.rusdiana +shopee&source (5) https://play.google.com/store/books/author?id.

 

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...