Penulis: A. Rusdiana
A. Rusdiana
Oleh A. Rusdiana
BULAN SYAWAL 1444 H, yang
sangat dinanikan telah tiba. Alhamdulillah di tahun ini kita bisa dipertemukan kembali dengan bulan
Syawal setelah kita melewati bulan Ramadhan dengan segala rangkaian ibadahnya. Bulan Syawal adalah bulan
kemenangan setelah kita digembleng selama satu bulan penuh agar kita menjadi
hamba yang bertakwa. Bulan Syawal juga bisa diartikan sebagai bulan peningkatan
yaitu peningkatan kualitas iman, takwa dan amal seseorang setelah digembleng
dengan totalitas di bulan Ramadhan.
Ironis, setelah Ramadhan
berlalu banyak masjid kembali sepi, majelis ilmu tak seramai waktu Ramadhan,
Al-quran pun tak lagi ramai dibaca, tempat-tempat hiburan malam kembali dibuka,
seolah-olah suasana religi hanya ada sewaktu Ramadhan saja. Sangat
memprihatinkan hal ini terjadi di negeri yang mayoritas penduduknya adalah
muslim.
Jika ditelaah lebih dalam
kondisi ini terjadi karena paham sekulerisme yang masuk ke negeri ini.
Sekulerisme adalah sebuah paham yang berasal dari Barat yang memisahkan agama
dari kehidupan sehingga agama hanya dianggap ada ketika berada di tempat-tempat
ibadah dan hari besar keagamaan saja. Tidak heran jika di Barat banyak terjadi
kerusakan masyarakat karena mereka memandang bahwa aturan agama hanya ada
ketika berada di tempat-tempat ibadah dan ketika ada hari besar keagamaan saja,
selebihnya untuk urusan kehidupan sehari-hari mereka memakai aturan buatan
manusia.
Padahal kalau kita mau
berfikir lebih dalam bahwa manusia tidak layak mengatur diri mereka sendiri,
karena manusia bersifat lemah, terbatas dan butuh yang lain. Mereka pikir juga,
bahwa suasana keimanan yang tinggi hanya ada di bulan Ramadhan saja. Hal
demikian adalah perwujudan dari paham sekulerisme. Paham sekulerisme ini jelas
berbahaya bagi seorang muslim karena paham ini bisa menjauhkan seorang muslim
dari aturan Allah Swt dalam kehidupan sehari-hari. Paham sekulerisme ini masuk
ke negeri-negeri muslim lewat penjajahan yang akhirnya kaum muslimin selangkah
demi selangkah memisahkan agama dari kehidupan. Paham ini yang menyebabkan
keimanan dan ketakwaan seorang muslim menjadi rapuh.
Padahal bagi seorang muslim
sejati, keimanan dan ketakwaan harus melekat setiap saat, tidak hanya bulan
Ramadhan saja, namun di bulan-bulan lain termasuk bulan Syawal.
Pertama: Bulan
Syawal adalah bulan kemenangan yang bisa menjadi pembuktian keberhasilan
gemblengan selama bulan Ramadhan. Sejatinya gemblengan selama Ramadhan adalah
latihan bagi seorang muslim untuk bertakwa sebagaimana dalam firman Allah Swt, "Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (Q.S.Al-Baqarah [2] : 183).
Kedua: Bulan Syawal
adalah bulan peningkatan
dalam mempertahankan keimanan dan
ketakwaan, kaum muslimin saat ini seharusnya bercermin pada kondisi kaum
muslimin di masa Rasulullah SAW. Rasulullah adalah suri tauladan yang mampu
menggembleng keimanan dan ketakwaan kaum muslimin pada saat itu sehingga mampu
meraih derajat mulia. Hal ini terbukti dengan adanya seruan jihad yang mereka
menyambutnya dengan lapang. Setidaknya ada beberapa peristiwa besar yang
terjadi di bulan Syawal diantaranya: (1) Perang dengan Bani Sulaim terjadi di
bulan Syawal tahun kedua hijriyah (2) Perang Khandaq terjadi di bulan Syawal
tahun kelima hijriyah (3) Perang Hunain terjadi pada bulan Syawal tahun ke
delapan hijriyah dan (4) Pengepungan
Thaif pada bulan Syawal tahun ke delapan hijriyah
Peristiwa-peristiwa diatas
merupakan gambaran bahwa kaum muslimin di masa Rasulullah Saw tetap
mempertahankan keimanan dan ketakwaan mereka sekalipun Ramadhan telah berlalu.
Kaum muslimin pada saat itu juga memperkokoh amal mereka supaya kualitas iman
dan takwa mereka tidak turun.
Ketiga:
Bulan Syawal bulan penguatan untuk
memperkokokoh keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, ada amalan yang sering
terlupakan yakni anjuran melakukan puasa enam hari di bulan syawal. Nabi
Muhammad SAW bersabda "Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadan lalu
menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, Maka pahalanya seperti
berpuasa selama satu tahun" (HR. Muslim).
Adapun pelaksanaannya dimulai dari hari kedua atau tanggal 2 Syawal 1444
H - 7 Syawal 1444 H.
Diakhir tulisan ini
menghimbau “Mari kita jadikan bulan Syawal 1444 H. ini sebgai momentum untuk memperkokoh
amal guna meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT.
Wallahu A’lam
Bissowab
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Lahir di Ciamis, 21 April 1961. Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan
Gunung Djati Bandung. Peneliti Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS)
sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana
Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA,
MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan
Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun
1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan
pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50
mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Pegiat Rumah Baca
Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan.
Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di
akses melalui:(1)http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2)https://www.google.com/search?q=buku+a.rusdiana+shopee&source(3)https://play.google.com/store/books/author?id=Prof.+DR.+H.+A.+Rusdiana,+M.M.