Memanfaatkan Kearifan Lokal Secara Maksimal

Penulis Mochammad Altiar Farizki

Dibaca: 490 kali

Mochammad Altiar Farizki

Oleh Mochammad Altiar Farizki

(12 IPS 3 SMAN 1 KOTA SUKABUMI)

 

Pernahkah kalian mendengar atau mengetahui tentang kearifan lokal? Nampaknya kearifan lokal asing di telinga kita, padahal sebagai warga Negara Indonesia kita harus mengetahui dan memanfaatkan kearifan lokal secara maksimal. Indonesia merupakan Negara yang besar yang pastinya mempunyai kearifan lokal yang sangat beragam pada setiap daerah masing-masing. Namun apakah kita sudah sadar terhadap kearifan lokal dan melestarikannya? Nampaknya sebagian masyarakat belum sadar dan bersikap cuek terhadap kearifan lokal di Indonesia.

Menurut berbagai sumber literasi yang saya baca kearifan lokal merupakan pandangan hidup kita terhadap lingkungan serta bagaimana strategi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang tentunya bermanfaat bagi masyarakat setempat. Kearifan lokal dapat dibedakan menjadi dua bentuk yang pertama adalah wujud nyata (tangible) dan tidak berwujud (intangible).

Contoh bentuk kearifan lokal wujud nyata (tangible) seperti bangunan/rumah adat, patung, senjata tradisional. Sedangkan contoh bentuk kearifan lokal  tidak berwujud (intangible) adalah petuah, pantun dan nyanyian. Selain itu kearifan lokal banyak memberikan manfaat bagi masyarakat setempat. Salah satunya  seperti bisa menambah ilmu pengetahuan masyarakat melalui ajaran-ajaran nilai tradisi yang menambah keterampilan masyarakat dalam membuat sesuatu. Seperti seni membatik yang termasuk kearifan lokal.

Batik merupakan salah satu hasil karya bangsa Indonesia yang diakui dan diapresiasi dunia serta UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan Internasional). Kita patut bangga setelah mengetahui hal tersebut, setiap daerah di Indonesia memiliki batik khas daerah masing-masing yang tentunya kita harus berpartisipasi melestarikannya.

Di tengah era globalisasi perkembangan batik di Indonesia mengalami perubahan serta memunculkan dampak positif dan dampak negatif. Globalisasi telah membawa perubahan di berbagai belahan dunia, tak terkecuali bagi Bangsa Indonesia. Perkembangan batik di Indonesia di era globalisasi adalah memunculkan berbagai motif serta desain yang unik dan menarik. Kita harus bangga terhadap batik buatan Indonesia yang mendunia dengan kita mencitai produk  dalam negeri artinya kita meminimalisasi dampak negatif globalisasi yang dikhawatirkan kita lebih mencitai produk asing dibandingkan produk dalam negeri.

Setelah mengetahui seni membatik merupakan kearifan lokal, selanjutnya ada hutan larangan apakah hutan larangan termasuk kearifan lokal? Hutan larangan merupakan salah satu kearifan lokal di Indonesia. Hutan Larangan ini kadang dikaitkan dengan hal-hal mitos dan seram yang ditunjukan untuk pendatang. Sebenarnya hutan larangan bertujuan untuk menjaga agar hutan tetap lestari. Seperti yang kita ketahui hutan merupakan sumber oksigen yang kita harus jaga keberadaannya serta hutan juga tempat flora dan fauna hidup.

Dalam memanfaatkan kearifan lokal kita harus mengenalinya dimulai dari lingkungan sekitar. Begitu banyak kearifan lokal khas daerah masing-masing di Indonesia. Sebagai Warga Negara Indonesia kita harus berpartisipasi untuk menjaga kearifan lokal agar tetap lestari, yang tak kalah penting adalah kita harus bersyukur telah terlahir di Indonesia yang memiliki kearifan lokal yang unik dan beragam.

KOTA SUKABUMI  31-1-2023

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...