Sekolah yang hampa

Penulis: M. Dzikra Irawan

Dibaca: 1181 kali

M. Dzikra Irawan

Oleh M. Dzikra Irawan

(10.5 SMAN 1 KOTA SUKABUMI)

 

Hahhahahah sekolah yang ku kira seru ternyata tak seperti yang ku kira walau sekolah yang luas tapi tak seindah sekolah kecil ku yang dulu. Setiap pagi ku hanya menyaksikan para pelajar berlalu lalang pergi ke kelasnya masing-masing, setiap pagi aku hanya termenung terdiam sambil menyaksikan para guru menjelaskan pelajarannya.

Otak ku terisi semua materi yang telah ku pelajari selama sembilan jam yang belum tentu akan ku gunakan di masa mendatang, dipaksa oleh keadaan untuk mempelajari hal yang belum tentu ku suka dan dipaksa untuk mendapatkan nilai sempurna.

Hahahahahah sungguh miris sekali yaa patokan manusia cerdas di Indonesia ini, orang yang tak memiliki keahlian di bidang matematika dibilang bodoh dan memiliki IQ rendah. Sebaliknya orang yang memiliki keahlian matematika dipuji dan dianggap pintar.

Setiap hari ku hanya menghabiskan sekolah dengan termenung memikirkan keseruan yang akan aku lakukan di luar sekolah, tapi itu hanyalah khayalan semata. Nyatanya aku setelah pulang sekolah aku hanya menjadi budak tugas mengerjakan tugas kelompok sampai larut malam, ku harap semua kegiatan itu telah selesai dan bisa beristirahat namun semua angan- angan itu sirna seketika karena masih ada pekerjaan rumah yang tersisa.

Sampai larut malam ku kerjakan semua pekerjaan itu hanya semata untuk mendapatkan sebuah angka yang konon katanya angka tersebutlah yang menjadikan sebuah patokan kesuksesan seseorang.

Pagi buta ku terbangun untuk menjalankan ibadah kepada Tuhan, ku persiapan semua kebutuhan untuk pergi mencari ilmu mungkin raga ku terbangun tapi jiwa ku tertidur ntah sampai kapan dia tertidur karena lelahnya kehidupan ini.

Seperti pagi biasanya ku melihat para manusia berlalu lalang seperti boneka yang digerakkan oleh tuannya, kemudian aku pun berpikir apa yang membuat memikirkan suatu pertanyaan apa yang membuat mereka bersemangat sekali sedangkan mereka akan berada seharian di sebuah gedung yang hampa ini.

Di siang hari yang sangat cerah akhirnya otak dan tubuh ku diberi kesempatan untuk beristirahat untuk mengisi kembali tenaga aku melihat ke jendela sambil menghela nafas karena kelelahan dan sedikit meregangkan otot aku berfikir apakah aku sanggup menyelesaikan apa yang telah aku mulai, aku pun merenung sejenak sambil memikirkan pertanyaan tersebut, tak terasa istirahat ku telah selesai tanpa aku bisa menjawab pertanyaan tersebut.

Waktu pun menunjukkan pukul empat sore itu waktunya tubuh dan pikiran ini beristirahat dan pergi ke tempat ternyaman, namun seperti biasanya itu hanyalah sebuah angan angan semata aku perlu melakukan sebuah tugas yang belum ku selesaikan namun kali ini berbeda aku ditemani oleh seseorang aku merasakan aura yang berbeda ketika berada bersamanya dia menemani ku mengerjakan tugas sampai selesai, tak seperti biasanya ada seseorang yang menemaniku tapi tak masalah selagi dia tidak mengganggu ku itu bukan urusan ku.

Keesokan harinya seperti biasa namun tak ku sangka seseorang yang kemarin menemani kini kembali menemani ku, aku pun mencoba berbicara sepatah kata padanya tak ku sangka kepribadiannya yang hangat membuat ku merasa nyaman, aku pun termenung berdiam diri sebentar dan bertanya kepada diri ku sendiri apakah kehampaan di dalam diriku akan sirna dengan datangnya kehangatan yang membuat hari-hari kembali berwarna?

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...