Best Practice: PENGGUNAAN TELEGRAM SEBAGAI KELAS MAYA BAHASA INGGRIS PADAPEMBELAJARAN JARAK JAUH DI SMA NEGERI 4 CIBINONG

Penulis: NENENG HENDRIYANI, M.Pd.

Dibaca: 1446 kali

NENENG HENDRIYANI, M.Pd.

Oleh NENENG HENDRIYANI, M.Pd.

(SMA NEGERI 4 CIBINONG/#KACI)

 

Telegram bukanlah aplikasi baru bagi para guru Indonesia. Terutama bagi mereka yang senang berbagi ilmu secara daring. Aku sendiri mengenal aplikasi ini dua tahun lalu. Saat itu hanya sebagai pengguna pasif (passive user). Tujuannya hanyalah sebagai wadah untuk bersilaturahim dengan guru-guru se-Indonesia yang sama-sama senang menimba ilmu secara gratis dari rekan sejawat di seantero nusantara.

Grup-grup yang kuikuti di telegram pun bervariasi. Mulai dari sekadar membahas hobi menulis hingga pelatihan dasar, menengah dan mahir mengenai penggunaan berbagai aplikasi penunjang kompetensi sebagai guru. Ada grup yang khusus membahas fungsi power point. Ada juga yang khusus terjadwal melatih anggota grupnya melalui Learning Management System (LMS) dengan beragam pelatihan berpola 32 jam pelajaran.

Dari yang sekadar ikut-ikutan belajar di berbagai grup telegram itulah kemudian aku memberanikan diri mencoba mengaplikasikannya di kelasku sendiri mulai tahun pelajaran 2020/2021. Bukan tanpa alasan aku memilih menggunakan telegram.

Sebelumnya, Maret 2020 hingga Juni 2020 aku menggunakan aplikasi lain untuk membantu mengelola kegiatan belajar mengajar secara daring. Yaitu, Google classroom dan WhatsApp group.

Saat itu aku mengajar tiga belas kelas; tiga kelas di tingkat sepuluh dan sepuluh kelas di tingkat sebelas. Dengan mengandalkan Google classroom dan WhatsApp group aku mengajar secara daring sesuai jadwal yang ditentukan sekolah.

Banyak sekali kendala yang kutemui saat itu. Salah satunya adalah komunikasi. Mengajar kelas sebanyak itu dalam ruang yang terpisah-pisah membutuhkan energi dan konsentrasi tinggi. Belum lagi spek gawai pintar yang juga kurang memadai seringkali membuat pening.

Tidak sedikit peserta didik yang bertanya secara pribadi lewat WhatsApp tentang materi dan tugas yang diberikan di Google classroom. Pertanyaan mereka seringkali masuk ke WhatsApp pribadi tanpa mengenal waktu. Kadang siang, kadang juga malam saat seharusnya istirahat. Ini membuatku payah dan kerepotan membalas chat pertanyaan mereka satu persatu. What a mess! Belum lagi masalah penilaian yang harus dilakukan memakan waktu yang cukup banyak. Dengan hanya menggunakan satu gawai pintar aku sangat kesulitan memeriksa tugas yang mereka kirimkan di Google classroom.

Berangkat dari pengalaman tidak menyenangkan itulah aku kemudian memutuskan menggunakan aplikasi telegram.

Dengan ukuran 22 MB aplikasi ini ternyata sudah diunduh lebih dari 500 juta kali. Ini membuktikan bahwa aplikasi ini lebih populer dibandingkan Google classroom. Hingga saat ini Google classroom sendiri sudah diunduh sebanyak seratus juta kali. Ukurannya memang lebih kecil bila dibandingkan dengan telegram; 13 mb. Namun demikian tidak menyurutkan banyak orang untuk memasangnya baik di gawai pintar maupun di laptopnya.

Aplikasi telegram sendiri memiliki banyak kelebihan. Pertama, ia dapat menampung 200.000 user (pengguna) dalam satu grupnya. Grup ini bisa di-setting publik atau private (rahasia). Pada grup ini, guru berfungsi sebagai administrator yang bisa menyetting apa saja yang bisa dilakukan anggotanya. Untuk membantu tugas guru, aku dapat menambah jumlah administrator yang berfungsi layaknya admin pada WhatsApp Group.

Pada ruang diskusi sendiri sebagai guru saya sangat dimudahkan oleh aplikasi telegram ini. Betapa tidak. Seluruh peserta didik yang harus diajar pada tahun pelajaran ini semuanya bisa masuk ke dalam satu ruang kelas maya. Tidak disekat-sekat dalam ruang kelas berbeda seperti di Google classroom.

Hal ini membuat saya mudah menyampaikan materi dalam berbagai bentuk media hanya dengan sekali klik di ruang kelas maya tersebut. Semua peserta didik memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam mengakses semua materi yang diberikan real-time. Amazing. Bila ada yang perlu didiskusikan terkait materi bisa langsung diskusi di dalam grup. Semua boleh bertanya dan merespon pertanyaan temannya. Bahkan penyampaian tugas oleh peserta didik pun bisa dilakukan di sana. Guru tinggal klik buka dokumen tugas yang mereka kirimkan. Bahkan mereka bisa saling memberikan supportnya satu sama lain dalam bentuk sticker. Ini cukup membantu mereka dalam mengekspresikan pendapat dan perasaannya meskipun dibatasi jarak pada dunia nyata.

Pada aplikasi ini guru dapat menghapus komentar peserta didik yang sudah diposting seminggu yang lalu. Ini digunakan untuk membuat ruang diskusi tidak penuh dengan komentar yang beraneka ragam. Guru bisa memilih mana yang akan dipertahankan untuk dikonsumsi oleh semua peserta didik dan mana yang perlu dihapus. Bila ingin lebih rapi dalam pengumpulan tugas, guru bisa memanfaatkan Google form atau zoho form. Salah satu link form ini tinggal salin dan share di grup diskusi dan channel guru. Peserta didik hanya perlu mengunggah tugas mereka ke dalam form tersebut. Selain itu, guru juga bisa menyematkan pesan penting yang akan menjadi perhatian semua anggota grup dengan hanya mengklik pin pada pesan yang akan disematkan.

Gambar

Grup Telegram Untuk Kelas X MIPA, IPS dan IBB SMA Negeri 4 Cibinong

Selain memiliki pilihan berupa grup yang bisa digunakan untuk diskusi pembelajaran, aplikasi ini juga memiliki channel. Channel ini berfungsi sebagai broadcasting room. Pada room ini guru hanya perlu mengirim pesan berupa file dokumen, media, atau lagu. Peserta didik yang sudah bergabung dengan channel dapat mengakses semua pesan yang dikirimkan.

Gambar

ChannelTelegram Untuk Kelas XI MIPA SMA Negeri 4 Cibinong

Channel di dalam telegram berfungsi sebagai ruang penyimpanan materi dan kantong tugas yang bisa diakses peserta didik dengan mudah. Di ruang tersebut mereka tidak bisa berkomunikasi layaknya grup diskusi. Setting channel pada telegram memungkinkan guru yang memiliki banyak kelas bernapas lega dari berbagai kekhawatiran akan tertindihnya materi pelajaran oleh chat peserta didiknya. Selain itu, semua media baik file dokumen, gambar dan video semuanya disimpan di cloud. Ini meringankan sekali. Setidaknya tidak membuat gawai lekas panas dan hang.

Selain itu telegram juga memiliki fitur new secret chat. Fitur ini memungkinkan penggunanya untuk melakukan percakapan yang terlindungi dan lebih bersifat pribadi. Keamanannya lebih tinggi karena terenkripsi satu sama lain. Artinya hanya pengguna yang berada pada fitur tersebut yang dapat berkomunikasi (baca: menulis, membaca, dan membalas pesan). Mengapa bisa begitu? Hal ini terjadi karena pesan yang ada di fitur tersebut tidak bisa diteruskan ke grup atau channel apa pun. Jadi kerahasiaannya benar-benar terjaga.

Kelebihan aplikasi telegram lainnya adalah polling. Polling ini bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan. Di antaranya untuk mengetahui pendapat peserta didik mengenai suatu hal atau topik. Selain itu bisa juga digunakan untuk latihan soal. Bahkan bisa berfungsi sebagai survey yang digunakan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam sebuah materi pembelajaran.


Gambar

Polling Bahasa Inggris di Grup Kelas Maya X MIPA, IPS, dan IBB

Berkat penggunaan telegram sebagai kelas maya pada mata pelajaran bahasa Inggris yang saya ampu pada tingkat sepuluh dan sebelas tahun pelajaran 2020/2021 ini Alhamdulillah kendala yang biasa saya hadapi sebelumnya bisa diatasi dengan baik. Rekaman data pembelajaran pun dapat lebih rapid an mudah diakses kapan pun dan di mana pun.

Nah, tertarik untuk mencoba? Sila unduh aplikasi telegram ini melalui Google play store.


BIOGRAFI PENULIS

Neneng Hendriyani, M.Pd, guru Bahasa Inggris di SMA N 4 Cibinong dan penulis 11 judul buku ber-ISBN; SMAFOUR in students English writing (Mendongkrak Motivasi Dan Kemampuan Siswa Menulis Berbagai Teks Bahasa Inggris) (2020), Albatros (2019), Enrichment Book for XI SMK Based on Curriculum 2013 revision (2018), Antologi Bunga Rampai Goresan Pena Guru Jawa Barat (2018), Let's Learn English Together (2018), Perlukah Kita Jujur? (2018), Setangkup Rindu dari Masa Lalu (2017), Janji Firly (2017), Tips Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (2017), Bogor: Peninggalan Sejarah dari Masa Ke Masa (2017), Alih Kode dan Campur Kode: Strategi Siswa Dalam Berbicara Bahasa Inggris (2017) ini juga menulis esai, artikel dan resensi yang terbit di media massa (koran) lokal Pikiran Rakyat, Bali dan jurnal PGRI Pusat dan Balai Bahasa Banten (Kandaga). Juga menjadi pembimbing siswa dalam menulis buku. Sudah ada 13 judul buku yang dihasilkan oleh siswa binaannya. 2 buku saat masih aktif mengajar di SMK Negeri 1 Cibinong, 11 buku ditulis oleh siswa SMA Negeri 4 Cibinong.

Selain itu juga aktif mengikuti lomba penulisan puisi dengan tema yang ditentukan panitia penyelenggara untuk tingkat nasional dan internasional. Karya yang berhasil lolos seleksi panitia tingkat nasional dan internasional Senyuman Lembah Ijen (Antologi puisi Nusantara ditulis bersama penyair Asia Tenggara) 2018, antologi 50 Opini Puisi Esai Indonesia, 2018, antologi Puisi Banjarbaru's Rainy Day Literary Festival, 2018, antologi Puisi penyair Asean 2018 (Kinanti di Kampar Kiri), Antologi Puisi penyair Asean 2019 (Membaca Asap), Antologi Puisi Melawan Covid-19 Tahun 2020.

Karya Nulis Bareng yang tercatat pernah dihasilkan adalah Jangan Berhenti Mengajar (2017), Menghidupkan Ruh Dewi Sartika-Seri Puisi (2017), Menghidupkan Ruh Dewi Sartika-Seri

Esai (2017), Antologi Fikmin Pelita di Mata Pelangi (2019), 1001 Membuat Guru-Siswa Suka Baca Buku (Buku 2) (2019), Untuk Anakku 2 (2019), Bertualang ke Negeri Satwa (Kumpulan Dongeng Fabel) (2020), 52 Kisah Dongeng Fabel Menginspirasi Buah Hati (2020).

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...