Penulis Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana
Oleh Ahmad Rusdiana
Menjalin relasi sangat penting
bagi sifat bisnis yang melibatkan komunikasi. Sebuah penelitian menyebut
kepemimpinan yang tidak efektif dapat merugikan perusahaan lebih dari sekadar
moral. Kunci kesuksesan organisasi adalah kemampuan pemimpin dalam berkomunikasi
bukan sekadar kemampuan menyampaikan pendapat. G.Riley Mills, menyebut, "kemampuan
berkomunikasi dengan kejelasan tujuan adalah kunci kesuksesan pribadi dan
profesional.” Ungkapan tersebut menjadi alasan mengapa komunikasi kepemimpinan
yang efektif sangat penting?. Jika pemimpin tertarik untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi menjadi lebih efektif. Ada delapan keterampilan komunikasi
yang dibutuhkan diantaranya:
Pertama; Kemampuan menyesuaikan gaya komunikasi; Gaya komunikasi yang berbeda adalah
penyebab komunikasi buruk yang paling sering terjadi. Menurut Economist
Intelligence Unit, gaya komunikasi yang buruk dan dapat menyebabkan masalah
yang lebih signifikan, seperti prioritas yang tidak jelas dan peningkatan
stres. Oleh sebab itu, pemimpin sebaiknya mampu mengidentifikasi gaya
kepemimpinan, sehingga dapat lebih memahami bagaimana sebaiknya berinteraksi
dengan karyawan. Jika seorang pemimpin memiliki kewibawaan, kemungkinan besar
mereka memiliki visi yang jelas untuk mencapai kesuksesan dan menyelaraskan
anggota timnya.
Kedua: Kemampuan menjadi active listener; Para
pemimpin yang efektif tahu kapan mereka perlu berbicara dan, yang lebih
penting, kapan mereka perlu mendengarkan. Tunjukkan bahwa pemimpin memiliki kepedulian dengan meminta pendapat, ide,
dan umpan balik karyawan. Dan ketika mereka berbagi, terlibat secara aktif
dalam percakapan ajukan pertanyaan, undang mereka untuk menguraikan, dan
membuat catatan. Menjadi pendengar aktif (active listener) bukan hal
mudah. Pemimpin sebaiknya menghindari interupsi ketika karyawan mengungkapkan
pendapatnya. Tetap fokus pada karyawan dan apa yang mereka katakan. Untuk mencapai
itu, pemimpin juga perlu menghilangkan gangguan, misalnya bermain handphone dan
interupsi lainnya.
Ketiga:Transparansi; Dalam sebuah survei oleh American
Management Association, lebih dari sepertiga manajer senior, eksekutif, dan
karyawan mengatakan mereka "hampir tidak pernah" tahu apa yang
terjadi di perusahaan. Hal tersebut menihilkan adanya transparansi. Para
pemimpin dapat membangun kepercayaan di antara tim mereka dan menumbuhkan
lingkungan di mana karyawan merasa diberdayakan untuk berbagi ide dan
berkolaborasi. Mengakui kesalahan saja dapat mendorong eksperimen dan
menciptakan ruang yang aman untuk pemecahan masalah secara aktif. Setiap
individu harus memahami peran yang mereka mainkan dalam kesuksesan perusahaan.
Semakin transparan pemimpin, semakin mudah bagi karyawan untuk membuat hubungan
itu.
Keempat: Kejelasan komunikasi; Faktor kejelasan dalam cara
berkomunikasi jadi kunci penting. Ketika
berkomunikasi dengan karyawan, bicaralah secara spesifik. Jelaskan paparan
dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh karyawan. Semakin jelas disampaikan,
maka semakin sedikit kebingungan yang dialami karyawan.
Kelima; Kemampuan
mengajukan pertanyaan terbuka; Apabila pemimpin ingin memahami motivasi,
pemikiran, dan tujuan karyawan dengan lebih baik, mulai berlatih untuk
mengajukan pertanyaan terbuka. Jennifer Currence, presiden perusahaan konsultan
The Currence Group, mengatakan kepada Society of Human Resource
Management untuk menggunakan akronim TED, yang merupakan singkatan dari: (T):
Tell me more atau ceritakan lebih banyak; (E): Explain what you
mean atau jelaskan maksudmu; (D): Define that term or concept for me
atau tentukan pengertian atau konsep untuk saya
Contoh kalimat pertanyaan terbuka di atas secara tidak langsung akan
mengiring karyawan atau lawan bicara untuk menjelaskan secara lebih
mendetail.
Kenam: Empati; Tak
sedikit pemimpin yang kehilangan kewibawaan karena kurang mengasah empati.
Dalam keterampilan berkomunikasi, empati menduduki peringkat teratas dalam
suksesnya komunikasi. Semakin baik pemimpin mengakui dan memahami perasaan,
serta pengalaman karyawan, mereka semakin merasa didengar dan dihargai
perasaannya. Dalam survei tahun 2018 berjudul State of Workplace Empathy,
hasilnya menyebut 96 persen responden mengungkapkan pentingnya bagi pemimpin
untuk menunjukkan empati, namun 92 persen mengklaim sikap berempati diremehkan.
Jika pemimpin ingin meningkatkan komunikasi dan membangun budaya yang lebih
kuat dan produktif, berlatihlah menanggapi dengan empati.
Ketujuh: Keluwesan berkomunikasi lewat bahasa tubuh; Komunikasi bukan hanya apa yang
ingin dikatakan; melainkan perlu adanya penyesuaian atau pembawaan diri.
Menurut pelatih eksekutif Darlene Price, sebanyak 93 persen dampak komunikasi
berasal dari isyarat nonverbal. Untuk memastikan pesan sampai dengan tepat,
fokuslah pada bahasa tubuh. Jika pemimpin mencoba menginspirasi seseorang,
berbicara dengan kepalan tangan dan alis yang berkerut tidak akan mengirimkan
pesan yang tepat. Alih-alih, lakukan kontak mata untuk membangun minat dan hubungan
baik dan tunjukkan senyum tulus untuk menyampaikan kehangatan dan kepercayaan.
Kedelapan: Kemampuan menerima dan menerapkan umpan balik; Meminta
umpan balik dari anggota tim tidak hanya dapat membantu dalam perkembangan
sebagai pemimpin, tetapi juga membangun kepercayaan di antara rekan kerja. Namun demikian, penting bagi seorang
pemimpin untuk tidak hanya mendengarkan umpan balik. Pemimpin sebaiknya
memiliki rencana aksi untuk menindaklanjutinya. Perlu adanya keseriusan dari
pemimpin untuk terus melakukan tindak lanjut terkait masukan yang didapatkan
untuk perubahan.
Alat pemimpin yang paling kuat
adalah memiliki kemampuan berkomunikasi". Komunikasi yang efektif menjadi
bagian vital dalam sebuah perusahaan, mampu menggiring orang untuk mendapatkan kepercayaan,
menyelaraskan upaya dalam mengejar tujuan, dan menginspirasi perubahan positif.
Bukankah? Nabi Muhammad SAW, sukses dalam menjalankan misi aktivitas usaha dan dakwahnya
tidak dapat dipisahkan dari kemampuan komunikasi yang beliau miliki. Melalui
hadits beliau yang berbunyi “Khaatibunnaasa ‘ala qadri ‘uqulihim”,
berkomunikasilah kepada manusia sesuai dengan kemampuan akalnya. Begitu juga
seorang manajer kewirausahaan memerlukan orang-orang yang efektif mengomunikasikan
visi ushanya, membimbing tim, dan memengaruhi perubahan.
Wallahu A'alam Bishowab.
*) Tulisan ini merupakan
Pengembangan ke-5 dari "Ingin Jadi Manajer Kewirausahaan Sukses?" yang sempat terpotong oleh
"Tenacity: Karakteristik Motivasi Wirausaha yang Terlupakan".
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti,
Pengampu mata kuliah manajemen Kewirausahaan pendidikan; Penulis buku:
Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen. Manajemen Kewirausahaan Pendidikan;
Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik,
Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al
Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs,
sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan
Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan
sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan
asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama
Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti sejak
tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat.
Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: (1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators.
(2) https://www.google.com/search? q=buku+a. rusdiana+shopee&source (3)
https://play. google.com/store/books/author?id.