Gua Lowo di Trenggalek, Mutiara dalam Gelap

Penulis: Ferdinal

Dibaca: 264 kali

Riset Kolaborasi Indonesia 2022

Oleh Ferdinal

(Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)

Malang, 8 September 2022

 

“Menurut seorang peneliti gua dari Perancis, Gua Lowo adalah gua terpanjang di Asia Tenggara dengan semua keunikan di dalamnya. Gua ini membutuhkan aksi nyata banyak pihak untuk dapat melestarikan, mengembangkan dan mempromosikan gua ini ke masyarakat nasional dan internasional,” ungkap Bapak  Jati Mustiko, Camat Watulimo, Trenggalek, Jawa Timur.

Warisan alam ini merupakan modal besar bagi masyarakat sekitar dalam mengembangkan pariwisata daerah serta menjadi sumber penghasilan masyarakat jika dikelola dan dikembangkan dengan baik dan bertanggung jawab. Gua ini menjadi salah satu andalan Kabupaten Trenggalek dalam menarik wisatawan lokal, nasional maupun internasional untuk datang berkunjung ke kabupaten di pantai selatan pulau jawa ini.

Menurut petugas Gua Lowo, sebelum pandemi, sekitar 600 orang datang mengunjungi gua ini setiap akhir pekan dan setengahnya pada hari-hari biasa. Setelah ditutup untuk umum ketika pandemi Covid-19 marak, gua ini kembali dibuka. Pandemi berpengaruh besar dalam mengurangi aktifitas masyarakat. Sekarang pada akhir minggu hanya ada sekitar 300 ratusan pengunjung.

Sejauh ini, Gua Lowo masih dijadikan destinasi wisata alam. Gua ini dikembangkan sebagai tujuan wisata bagi mereka yang ingin melihat wajah gua dari luar dan dalam. Dengan keunikan dan keindahannya pengunjung bisa menikmati sambil mengambil foto sebagai kenangan.

Belum banyak pihak yang berkompeten melakukan upaya maksimal dalam pengembangan gua ini secara lebih luas sebagai lokasi penelitian dan pembelajaran. Dengan keindahan bebatuan, bentuk dan keragaman ruang yang ada dalam gua maupun bebatuan yang ada di sekitar gua ini bisa menjadi bahan kajian bagi mereka yang tertarik dengan bidang fisika, biologi, kimia, termasuk kebudayaan yang mewarnai keberadaan gua ini.

Sebuah tim Riset Kolaborasi Indonesia (RKI) yang terdiri dari Dr. Hamdi, M. Si (Universitas Negeri Padang) , Dr. Siti Zulaikah, M. Si (Universitas Negeri Malang), Drs. Ferdinal, MA, PhD (Universitas Andalas), dan Dr. Dini Fitriani, M. Si (Universitas Padjajaran) adalah salah satu tim riset yang berupaya melakukan terobosan ini. Mereka mengamati, meneliti dan memperkenalkan gua sebagai sumber ilmu pengetahuan. Keberadaan destinasi alam seperti gua tidak hanya difungsikan sebagai tujuan wisata alam semata, tapi juga bisa dikembangkan menjadi pusat ilmu pengetahuan.

Banyak  sekali pengetahuan yang bisa dipelajari dari gua ini, mulai dari jenis bebatuan, magnet bumi, guano, sedimen, sampai kepada sastra dan budaya yang ada di sekitar, seperti batu kura-kura yang ada di depan pintu gua. Konon, kura-kura ini, menurut penduduk sekitar, berkenaan dengan cerita binatang penunggu dan pelindung gua bagi yang bermaksud mengganggu gua ini.

Tim dalam salah satu sudut Gua Lowo (Dokumentasi Ferdinal)

“Selama pandemi Covid-19 marak di Indonesia dan pemerintah menerapkan larangan bagi masyarakat untuk berkumpul, Gua Lowo ditutup untuk umum,” ungkap Bapak Jati Mustiko. Pemerintah Trenggalek menindaklanjuti seruan pemerintah ini untuk menurunkan resiko penyebaran penyakit ini. “Sekarang, Gua Lowo kembali dibuka untuk umum dengan memperhatikan protokol kesehatan selama berkunjung,” lanjut dia.

Kehidupan pariwisata di daerah ini perlu digeliatkan kembali. Gua yang sudah menghidupi sebagian anggota masyarakat sekitar mulai pandemi Covid-19 sampai sekarang merasakan kehidupan yang sulit karena tidak adanya pengunjung yang datang. Sarana prasarana yang sudah disediakan oleh pemerintah daerah tidak berfungsi. 

Sarana seperti musholla, toilet, arena bermain, lapak pedagang, kedai dan lain sebagainya terlihat sepi dan ditinggalkan. Lapak pedagang yang berjejer di jalan menuju gua tampak terbengkalai. Pada hari kerja kawasan gua ini terlihat sepi. Kehidupan wisata baru terlihat pada akhir pekan.

“Destinasi wisata Gua Lowo dikelola oleh pemerintah daerah. Setiap wisatawan yang datang berkunjung dikenakan biaya masuk sebesar Rp 10.000 untuk dewasa, dan Rp 3.000 untuk anak-anak.  Biaya parkir dikenakan untuk setiap kendaraan yang di parkir di depan pintu masuk gua, bus Rp 10.000, mobil Rp 5.000, dan sepeda motor Rp 2.000,” ulas Pak Suprapto, pegawai yang ditugaskan di gua ini.

Pemerintah Trenggalek sudah berupaya untuk mengembangkan gua ini menjadi sebuah destinasi wisata yang memenuhi sarat sebagai sebuah tujuan wisata standar.  Semua hal yang dibutuhkan pengunjung diupayakan ada seperti penginapan, kuliner, transportasi serta sarana dan prasarana lainnya. Namun, hal lain yang masih kurang adalah cindera mata yang bisa dijual kepada pendatang.

“Pengunjung bisa menemukan gua dengan segala keunikan dan keindahan untuk dilihat, makanan dan minuman untuk dinikmati, dan momen khusus untuk dikenang. Namun pengunjung masih belum bisa menemukan oleh-oleh yang akan dibawa pulang selesai berwisata ke Gua Lowo,” ungkap Pak Lurah Watuagung. Oleh-oleh sangat penting dalam membuat kenangan bagi pengunjung dan mengingatkan mereka untuk mempromosikan dan kembali berkunjung di lain waktu.

Pintu masuk Gua Lowo, Trenggalek (Dokumentasi Ferdinal)

Gua Lowo memiliki ruang-ruang yang relatif luas. Pengelola sudah membuat jalan permanen, lengkap dengan lampu dan pengaman mulai dari pintu gua sampai kedalaman 600m. Sejauh ini pengunjung bisa menikmati anak sungai, bebatuan di sebelah kiri dan kanan serta apa yang ada di langit-langit gua. Jalan ini berakhir di salah satu sudut gua di mana pengunjung bisa melihat cahaya matahari yang muncul dari lobang atas  gua. Setelah sudut ini, pengunjung harus melewati sebuah lorong untuk bisa terus menikmati gua ini tanpa jalan khusus. Bagi pengunjung yang ingin terus menelusuri gua ini harus melewati sebuah aliran air dengan menggunakan peralatan yang cukup dan memadai untuk bisa menelusuri gua ini sampai titik di mana mereka bisa capai. Dari peneliti Perancis yang datang mempelajari gua ini, pengelola mendapatkan informasi bahwa gua ini sangat panjang dan sampai saat ini belum ada penelusur yang berhasil sampai di pintu terakhir gua. 

Aula alam gua Lowo, Trenggalek (Dokumentasi Ferdinal)

Adakah pengamat, peneliti, wisatawan dan pecinta alam yang ingin menaklukkan gua ini? “Kami siap melayani mereka,” ungkap camat Watulimo dan timnya.  Selamat berwisata ke Gua Lowo.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...