Angin Segar VCT Batch 6 di Tengah Pandemi Covid-19

Penulis: Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.

Dibaca: 519 kali

Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.

Oleh Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.

(Guru di MTs Cijangkar Ciawi Tasikmalaya, Instruktur Virtual Coordinating Training (VCT) Batch 6 Provinsi Jawa Barat)

Di tengah pandemi covid-19 di mana pemerintah mengeluarkan kebijakan social dan physical distancing, Virtual Coordinator Indonesia (VCI) kembali menggelar pelatihan bertajuk Virtual Coordinator Training (VCT). Pelakasanaan VCT saat ini sudah memasuki batch 6 yang dilakukan serentak di seluruh Indonesia. Kegiatan yang digelar atas prakarsa Dr. Gatot Hari Prowirjanto sebagai Koordinator SEAMEO Indonesia Centre Coordinator (SEA ICC) diikuti berbagai kalangan terutama para guru yang bersemangat dan secara sukarela mengikuti kegitan ini.

Dari penyelenggaraan batch 1 sampai batch 6 peserta yang mengikuti cenderung bertambah dan yang berhasil sampai menyelesaikan pelatihan pun jumlahnya makin banyak. Di Jawa Barat sendiri VCT batch 6 ini peserta yang mendaftar sebanyak 3.131 orang dari seluruh kabupaten dan kota yang ada di Jawa Barat, kebanyakan peserta berprofesi sebagai guru dari berbagai jenjang mulai TK sederajat sampai SMA sederajat.

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mau tidak mau semua aspek kehidupan harus menerima imbasnya, pemanfaatan TIK harus dilakukan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan di tengah persaingan yang serba ketat dan cepat. Penggunaan TIK menjadi pilihan yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan ini, karena pemanfaatan TIK lebih efektif, efisien tanpa terbatas ruang dan waktu.

Salah satu bidang kehidupan yang merasakan imbasanya adalah dunia pendidikan, penguasaan TIK oleh para guru saat ini mutlak diperlukan untuk membantu menyelesaikan pekerjaannya sebagai pendidik di tengah penyebaran covid-19, karena Proses Belajar Mengajar (PBM) dilakukan secara daring. PBM yang dilaksanakan secara daring memerlukan sarana dan prasarana berbasis TIK yang didukung oleh koneksi internet.

Pelaksanaan VCT batch 6 di saat pandemi covid-19 terjadi, sangat membantu para guru dalam upaya menguasai TIK untuk digunakan dalam melaksanakan pembelajaran secara daring, karena dalam VCT para peserta diberikan skill set dasar dalam penguasaan TIK yang nantinya bisa dikembangkan secara outodidak oleh peserta atau dengan cara berdiskusi dengan tutor sebaya sesama peserta dan saling berbagi ilmu serta saling membantu dalam menyelesaikan penugasan.

Sebelum dilakukan penugasan para peserta diberikan pembekalan materi dan pemahaman tentang VCT sebagai modal awal pengetahuan yang harus dikembangkan ketika melakukan penugasan sampai selesai mengisi kantong tugas yang semuanya dilakukan secara daring. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan dibimbing oleh para instruktur serta diharuskan mengerjakan tugas tanpa bertemu secara langsung dan cukup menggunakan media sosial untuk berkomunikasi.

Penulis sendiri yang pada penyenggaraan VCT batch 6 ini bertindak sebagai instruktur setelah melewati proses pelatihan sebagai syarat kecakapan, merasakan sendiri manfaat dari penyelenggaraan pelatihan ini. VCT merupakan pintu gerbang untuk membuka wawasan dalam berbagai bidang ilmu. TIK sebagai dasar pengetahuan menjadi media untuk mendapatkan ilmu-ilmu lainnya yang sangat bermanfaat bagi peningkatan kompetensi peserta yang bekerja di bidangnya masing-masing.

Para peserta berbagi ilmu pengetahuan ketika bertugas menjadi presenter untuk memenuhi salah satu tugas yang harus dikerjakan, mereka saling bantu dalam tim kecil untuk menyelesaikan berbagai masalah yang mereka temukan ketika mengerjakan tugas. Selama mendampingi para peserta menyelesaikan penugasan penulis sebagai instruktur menemukan beberapa pelajaran yang sangat bermanfaat.

Sebelum pelatihan dimulai peserta dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan sudah diberitahu lewat grup diskusi di media sosial bahwa mereka adalah peserta VCT yang mendaftar melalui link pendafataran yang disebar oleh panitia melalui media sosial. Diawal pelaksaan VCT, peserta  dengan beragam profesi dan latar belakang mulai terlihat motivasinya mengikuti pelatihan, di antara mereka ada yang sungguh-sunguh mengikuti kegitan, ada yang biasa saja, bahkan ada yang acuh tak acuh tanpa memperdulikan.

Selama dua hari pemaparan materi skill set yang harus dikuasai, tidak semua peserta bisa mengikuti kegiatan yang dilakukan secara daring melalui teleconference. Ketika ditanya alasan, beragam jawaban yang mereka sampaikan antara lain: tidak tahu, sibuk dengan kegitan lain, tidak memiliki quota dan sebagian ada yang sengaja tidak ikut karena memang tidak berniat mengikuti pelatihan karena pada saat mendaftar hanya ikut-ikutan teman tanpa mengetahui tujuannya.

Begitu pun ketika masa peserta harus melaksanakan penugasan, maka seleksi alam mulai berlaku, dari 22 peserta yang saya bimbing hanya tujuh orang yang dapat menyelesaikan tugas. Instruktur harus bekerja ekstra keras untuk memotivasi dan membimbing peserta dalam melakukan penugasan, hampir setiap hari memberikan motivasi agar peserta tetap semangat melaksanakan penugasan di tengah kesibukan dan kendala yang mereka hadapi.

Namun ada rasa bangga yang dirasakan oleh penulis ketika membimbing peserta yang sampai selesai mengerjakan tugas dengan berbagai hambatan, mereka dengan gigih terus mencoba walau gangguan tetap terjadi. Peserta yang tempat domisilinya terkendala dengan sinyal seluler harus berupaya mencari waktu yang tepat agar jaringan bagus, sampai-sampai harus melakukan penugasan tengah malam. Ibu-ibu yang memiliki anak kecil, harus berebut waktu dengan mereka yang ingin diperhatikan, belum lagi harus menyiapkan takjil karena VCT Batch 6 ini pelaksanaannya di bulan Ramadan, dan ketika adzan magrib berkumandang masih melaksanakan penugasan.

Sungguh perjuangan yang luar biasa, apalagi jika pengetahuan TIK masih terbatas, namun dengan semangat yang tinggi mereka bahu-membahu saling bantu antarsatu dengan yang lainnya hingga tugas pun selesai dilaksanakan dan dapat memenuhi kantong tugas yang disediakan oleh panitia. Namun bagi peserta mendapatkan ilmu pengetahuan itu lebih penting dibanding mendapatkan selembar sertifikat sebagai bukti keikutsertaan.

Seluruh peserta yang penulis bimbing berlatar belakang guru, dengan sukarela mereka menyediakan waktu, pikiran, tenaga dan bahkan biaya sendiri untuk membeli quota agar dapat menyelesaikan tugas VCT ini. Bagi mereka pengorbanan yang sangat berat tersebut tidak masalah disaat situasi darurat dan sulit seperti ini asalkan mereka mendapatkan ilmu untuk meningkatkan kompetensinya.

Kalau ada orang nyinyir terhadap profesi guru yang dianggap gaptek, bagi peserta itu tidak berlaku, karena mereka tahu bahwa manusia itu harus menjadi pemelajar, kehidupan yang dinamis harus diimbangi dengan upaya positif dalam meningkatkan ilmu pengetahuan. Stigma guru makan gaji buta di masa pandemi covid-19 kenyataannya terbalik dengan apa yang mereka lakukan, siang malam mereka bekerja dengan berbagai keterbatasan demi kemajuan diri yang akan menyokong kemajuan bangsa melalui dunia pendidikan.

Tak bisa dimungkiri tidak semua guru memiliki semangat yang sama dengan mereka, namun setidaknya upaya mereka bisa menularkan energi positif bagi guru-guru lainnya agar mau meningkatkan kompetensi. Semangat yang membara dari para peserta ini juga semestinya didukung sepenuhnya oleh instansi terkait dengan memberikan dukungan baik moril atau bahkan materil.

VCT adalah pelatihan berbasis kesadaran, peserta dengan sukarela mengikuti tahapan kegiatan, pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi untuk mengakomodir kebutuhan yang diperlukan oleh peserta pelatihan. Selama ini ada bentuk pelatihan yang dilakukan oleh intansi-intansi pemerintah dengan biaya yang jumlahnya tidak sedikit, karena menggunakan fasilitas yang menyenangkan yang terkadang outputnya kurang memberikan imbas positif terhadap kemajuan yang ingin dicapai.

Pendidikan adalah proses perubahan tingkah laku, outputnya tidak akan menampakkan hasil dalam jangka waktu yang singkat, namun upaya harus terus likakukan agar terbentuk suatu budaya baik yang berimbas terhadap kemajuan bangsa. Dalam melakukan proses pasti ditemukan kekurangan dan ini tidak hanya terjadi dalam dunia pendidikan saja, yang paling penting adalah bagaimana kita memperbaiki diri, dan belajar dari kesalahan tanpa menghakimi orang lain.

Itulah secercah cahaya yang penulis dapatkan setelah mengikuti VCT, energi positifnya harus tetap dipelihara dan disebarkan. Tak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Aloh swt., jangan berhenti berbuat baik karena Aloh swt. sangat tahu apa yang kita butuhkan, sejatinya tugas manusia di dunia ini adalah hanya untuk beribadah (QS. 51:56).

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...