SEMANGAT MERDEKA BELAJAR DAN SEMANGAT MERDEKA MENGAJAR DALAM PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN

Penulis: Hj. MEDINA SITI ALMUNAWAROH, M.Pd. dan RAHMI M.Pd.

Dibaca: 1131 kali

Siswa merdeka tampil percaya diri dengan bakatnya

Oleh

Hj. MEDINA SITI ALMUNAWAROH, M.Pd.

(Kepala SMAN 18 Kota Bekasi dan Kepala Sekolah Penggerak)

dan

RAHMI, M.Pd.

(Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA Negeri 18 Kota Bekasi, Guru Penggerak Angkatan 2 Bekasi)

 

Semangat merdeka belajar dan semangat merdeka mengajar telah mengisi sekolah sekolah kita. Meskipun sinarnya belum terlihat kuat, namun gelombang semangatnya terus bertumbuh seiring dengan masifnya program merdeka belajar. Menurut Ki Hadjar Dewantara, merdeka artinya tidak diperintah. Maksudnya, merdeka adalah suatu kondisi jiwa seseorang yang merasa berdaya untuk menentukan apa yang menjadi pilihannya.

Tidak dipungkiri, sampai saat ini praktik-praktik pembelajaran yang menerapkan fungsi kontrol guru terhadap perilaku siswa melalui hukuman masih mendominasi, seperti hukuman jika siswa datang terlambat, jika tidak mengerjakan PR, jika tidak melaksanakan piket kelas, dsb.  Kontrol guru yang kuat terhadap siswanya memang berhasil membuat guru mengendalikan situasi pada saat itu namun alasan agar terhindar dari hukuman, disadari atau tidak, menjadi motivasi siswa berperilaku di sekolah. Hasilnya adalah siswa siswa yang belajar jika ada guru, siswa siswa yang disiplin jika ada guru, siswa yang berbuat baik jika ada guru, dsb.

Selain dengan menerapkan hukuman, upaya mengontrol perilaku siswa juga ada yang dilakukan melalui bujukan (imbalan), misalnya hadiah kepada siswa jika mereka tertib, memberi hadiah kepada siswa jika berhasil mendapat skor seratus di dalam ulangan, dan sebagainya. Pemberian imbalan guru kepada siswa ini memang berhasil membuat guru mengendalikan situasi pada saat itu namun alasan untuk mendapatkan upah, hadiah, imbalan dari sang guru, disadari atau tidak, menjadi motivasi siswa berperilaku di sekolah. Hasilnya adalah siswa siswa yang belajar jika ada hadiah, siswa siswa yang disiplin untuk mendapat hadiah, siswa yang berbuat baik jika upah, dsb.

Perilaku yang lahir karena dorongan motivasi eksternal ini tentu tidaklah lama, mudah hilang karena kemunculannya sangat dipengaruhi oleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Jika guru tidak ada atau jika tidak ada imbalan dari guru, maka tidak ada perilaku perilaku baik itu. Suasana jiwa demikian, bukanlah suasana jiwa orang yang merdeka karena jiwanya masih diperintah bukan oleh dirinya sendiri melainkan oleh orang lain. Jiwa merdeka adalah jiwa yang tergerak hati dan pikirannya karena dorongan yang kuat dari dirinya sendiri, bukan karena takut dihukum atau bukan pula karena mau mendapatkan imbalan. 

Siswa belajar bersama dokter kulit membahas kesehatan kulit

Di dalam jiwa manusia merdeka terdapat utuhnya manusia. Manusia yang utuh adalah manusia yang memiliki pikiran (cipta), perasaan (rasa), kemauan (karsa) dan tenaga (pekerti). Ilustrasi yang mungkin tepat menggambarkan hubungan antara pikiran, perasaan, kemauan dan tenaga adalah bahwa 'interaksi' antara pikiran dan perasaan akan menghasilkan kemauan yang kemudian dari kemauan yang muncul ini diwujudkan dalam bentuk perilaku/pekerti. Motivasi eksternal membuat interaksi antara pikiran dan perasaan 'terdistorsi’. Akibat distorsi ini, pikiran atau perasaan sudah tidak digunakan lagi sehingga menghasilkan pemikiran/pertimbangan yang tidak bijaksana. Yang menjadi fokusnya adalah bagaimana supaya ia tetap mendapat hadiah atau bagaimana caranya agar ia tidak mendapat hukuman.

Motivasi instrinsik menghasilkan ‘interaksi yang jernih’ antara pikiran dan perasaan sehingga menghasilkan pemikiran yang jernih sekaligus kokoh. Pemikiran yang jernih dan kokoh ini selanjutnya menghasilkan kemauan yang juga kokoh untuk kemudian diwujudkan dalam bentuk perilaku yang juga kokoh, yaitu perilakunya manusia merdeka. Begitu kokohnya kemauan manusia merdeka sampai-sampai, menurut Ki Hadjar Dewantara, mereka (manusia merdeka) dapat menegakkan (mendisiplinkan) diri sendiri, tertib mengatur perikehidupannya, sekaligus tertib mengatur hubungan mereka dengan kemerdekaan orang lain.

Memiliki siswa yang memiliki motivasi intrinsik untuk belajar (merdeka belajar) adalah dambaan tidak hanya semua guru melainkan juga negeri ini. Gambaran siswa tersebut antara lain adalah mereka belajar dengan penuh syukur dan bahagia karena keputusan untuk belajar adalah keputusan yang dipilih sendiri oleh mereka setelah mereka mempertimbangkan pentingnya ilmu pengetahuan yang mereka pelajari ini di dalam kehidupan mereka. Selain itu mereka juga akan bersungguh sungguh dalam menjalani proses belajarnya, berani mencoba memperaktikkan pengetahuan yang didapatnya dan berkembanglah kemampuan berpikir kritisnya. Mereka juga akan disiplin karena mereka begitu sangat menghargai waktu dan kesempatan belajarnya sehingga sangat tidak ingin jadwal mereka jadi berantakan. Siswa merdeka juga dapat menghargai kemerdekaan orang lain dan menampilkan sikap hormat kepada orang lain. Pendek kata siswa merdeka memiliki karakter beriman bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, berpikir kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebhinekaan global.

Untuk mewujudkan profil siswa yang memiliki semangat merdeka belajar, maka yang perlu diperhatikan: pertama, guru perlu memiliki semangat merdeka mengajar yaitu guru yang semangat mengajarnya berasal dari motivasi instrinsik guru tersebut. Guru menyadari peran penting profesinya bagi peradaban bangsa ini kedepan. Kesadaran akan pentingnya peran guru ini membuat sang guru melakukan refleksi kritis terhadap pembelajaran yang dilakukannya dan  memiliki energi untuk terus belajar mencari tahu strategi mengajar yang efektif untuk siswa siswanya. 


Belajar di Luar Kelas. Siswa yang dengan percaya diri tampil stand up comedy: tindak lanjut pembahasan materi Anekdot pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

https://youtu.be/b-MXv48VpAE

https://youtu.be/JA4PSlPq4ps

Yang kedua, guru dapat menggunakan beberapa ‘soft devices’ dalam memberikan pelayanan bagi siswa dalam Pendidikan yang memerdekakan, yaitu:

1.         Profil Pelajar Pancasila

Profil pelajar pancasila berisi butir butir capaian karakter yang dapat digunakan guru di dalam setiap pembelajaran di kelas. Profil Pelajar Pancasila memiliki enam dimensi, yaitu beriman bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, berpikir kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebhinekaan global. Setiap dimensi di dalam profil Pelajar Pancasila ini terdiri atas beberapa elemen dan pencapaiannya dirinci dalam bentuk sub-sub elemen. Di dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, profil pelajar pancasila adalah ‘atmosfer’ yang memenuhi setiap ruang-ruang aktivitas di sekolah, mulai dari ‘selasar’ hingga ruang ruang kelas. Artinya, guru dapat mencermati sub sub elemen di dalam profil pelajar pancasila dan menjadikannya ‘ruh’ dalam aktivitas pembelajaran di kelas dan di sekolah.

2.         Projek Pengembangan Profil Pelajar Pancasila

Projek Pengembangan Profil Pelajar Pancasila adalah pembelajaran projek yang berbasis pada pengembangan sub sub elemen di dalam Profil Pelajar Pancasila. Di dalam penerapan kurikulum merdeka, 25-30% dari waktu KBM aktif yang tersedia, dialokasikan untuk Projek Pengembangan Profil Pelajar Pancasila. Kegiatan projek ini sangat menarik dan menantang nalar dan daya kritis siswa karena bukan hanya membahas sebuah isu yang nyata terjadi di lingkungan mereka namun juga terlibat memberi solusi atas permasalahan yang terjadi. Siswa terlibat mulai dari tahap perencanaan projeknya hingga tahap pelaksanaan aksi nyatanya.  

Siswa yang merdeka berkolaborasi untuk menampilkan sebuah lagu di hadapan guru dan teman-temannya di acara Literasi Asik SMAN 18 Bekasi

Projek Pengembangan Profil Pelajar Pancasila ini sangat ideal karena proses pembelajarannya dapat ‘menembus’ dinding kelas. Artinya, guru dapat melibatkan pihak luar sekolah untuk melengkapi pengalaman belajar siswanya, misalnya memanggil profesional terkait isu yang sedang dibahas, menggunakan aset yang dimiliki oleh sekolah dan daerah sebagai sarana belajar, turut andil dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di lingkungan sekotar, dsb. Dengan kata lain, pelaksanaan projek pengembangan profil pelajar pancasila ini adalah kegembiraan bagi guru dan siswa merdeka karena bagi siswa merdeka, projek ini memuaskan kebutuhan belajarnya, sementara bagi guru merdeka projek ini  memfasilitasi semangat guru dalam menghadirkan pembelajaran yang lengkap bagi siswa-siswanya.

1.         Keyakinan Kelas

Dalam upaya mewujudkan siswa yang memiliki semangat merdeka belajar, maka menjadi tantangan bagi guru merdeka mengajar untuk membantu siswa menemukan motivasi belajar intrinsik yang bersumber dari kesadaran dalam diri siswa tersebut. Yang pertama dilakukan oleh guru adalah guru dapat membantu siswa dalam memaknai peran mereka sebagai manusia yang merdeka. Guru dapat menekankan kepada siswa bahwa mereka berdaya untuk menegakkan diri mereka sendiri, mereka berdaya untuk tertib mengatur perikehidupannya, dan berdaya untuk tertib mengatur hubungan mereka dengan kemerdekaan orang lain.

Selanjutnya guru dapat memimpin siswa untuk membentuk keyakinan kelas, yaitu nilai nilai universal yang dapat diterapkan oleh seluruh siswa dan juga guru, seperti prinsip prinsip ketuhanan, kemanusiaan, kesetaraan, dan keadilan sosial yang dapat diberlakukan di dalam setiap aktivitas dan interaksi guru dan siswa di kelas. Melalui penerapan keyakinan kelas ini, guru bersama sama siswa membangun sebuah ketertiban umum yang berlaku universal, tidak hanya di ruang kelas, di sekolah, di wilayah namun juga di dalam pergaulan antarbangsa di seluruh dunia.   

2.         Pembelajaran Berdiferensiasi

Semangat guru merdeka mengajar dalam upaya pencapaian penguasaan kompetensi siswa siswanya dapat dilakukan dengan praktik pembelajaran berdiferensiasi. Melalui praktik pembelajaran berdiferensiasi ini guru dapat memfasilitasi kebutuhan belajar siswanya dengan cara menyajikan pembelajaran yang dapat dipahami oleh siswa yang memiliki profil belajar yang berbeda-beda.

3.         Segitiga Restitusi

Siswa yang memiliki semangat merdeka belajar memiliki semangat untuk mencoba menerapkan pengetahuan pengetahuan yang mereka dapatkan. Di dalam upaya belajar menerapannya itu, kesalahan tidak terlepas dari proses belajar mereka. Menghadapi situasi tersebut, guru dapat menggunakan segitiga restitusi yang bertujuan agar siswanya dapat kembali ‘move on’ dari perasaan gagalnya dengan cara yang reflektif.

4.         Menghargai Kodrat Siswa

Ketercapaian kompetensi sebagaimana yang tercantum di dalam kurikulum menjadi unsur yang penting di dalam proses belajar. Guru pun menerapkan strategi belajar yang menyenangkan membuat siswa nyaman belajar agar siswa dapat memahami materi yang disampaikannya dengan baik.  Meskipun demikian, guru juga perlu memahami bahwa setiap siswa memiliki kodratnya masing-masing, seperti bakat, minat, kecepatan dalm memahami materi pelajaran, dsb. Guru selayaknyalah menghargai kodrat siswanya itu. Dengan demikian ketercapaian kompetensi dapat ‘dileburkan’ ke dalam pengembangan karakter yang berorientasi pada kebajikan-kebajikan universal, seperti Profil Pelajar Pancasila, di dalam perilaku hidap siswa sehari-hari.

Pendidikan yang memerdekakan adalah upaya bersama kita dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Melalui semangat guru merdeka dan kebijakan-kebijakan yang berorientasi kepada sisiwa, salah satunya kebijakan tentang pendidikan yang memerdekakan, kita dapat mengaktifkan semangat siswa untuk menjadi siswa yang memiliki semangat merdeka belajar, yaitu siswa yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar sehingga siswa siswa kita menjadi generasi emas Indonesia yang bernalar kritis, mandiri (berkompeten), kreatif, memiliki inisiatif dan menghargai nilai nilai kemanusiaan sebagaimana yang tercantum di dalam Profil Pelajar Indonesia. Bersama kita tumbuh, mencetak manusia utuh, menuju Indonesia Tangguh. Aamin aamiin yra.

SEKIAN

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...