Penulis: Cicih Sukarsih
Cicih Sukarsih
Oleh Cicih
Sukarsih
(SMA Negeri 1
Leuwiliang)
Mungkin agak
membingungkan, bahasa Indonesia punya rumus. Nah saya sengaja membuat
rumus-rumus untuk memudahkan siswa memahaminya. Sebagai guru bahasa Indonesia,
saya memiliki tanggung jawab untuk membenahi setiap tulisan siswa, rasanya mata
ini sepet jika ada tulisan yang seharusnya disatukan malah dipisahkan atau
sebaliknya. Selain itu ada juga yang
seharusnya kata itu luluh karena mendapat imbuhan malah tidak dan banyak lagi hal
lain yang harus kita kaji bersama.
Rumus pertama yang
biasa saya berikan pada siswa adalah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Baik sesuai dengan kondisi atau keadaan dan benar sesuai dengan ketentuan
atau kaidah yang berlaku yaitu PUEBI. Terutama pada penggunaan kata di,
ke, dan dari yang dipisahkan. Rumus pertama adalah dia
berfungsi sebagai kata depan (preposisi), contoh di atas,
ke bawah, dari halaman. Kedua menunjukkan tempat, sudah jelas jika
sebagai preposisi, berarti menunjukkan tempat: di rumah, ke rumah, dari
rumah. Yang ketiga dapat dipergunakan ketiga-tiganya: di sana, ke
sana, dari sana. Sedangkan untuk kata di, ke, dan dari
yang penulisannya harus disatukan adalah, yang pertama
dia berfungsi sebagai imbuhan awalan (prefiks),
contoh: disambung, dijual, dikontrakkan, disewakan, dimakan, diminum,
dibaca, kehendak, kekasih, ketua. Yang kedua bukan
menunjukkan tempat, contoh: disengaja, kekasih. Dan yang
ketiga adalah ketiga-tiganya tidak dapat dipakai secara bersamaan,
contoh: kata mari, dimari kemari, dari mari. Maka dari itu tidak
ada kata dimari dan dari mari. Yang keempat kata di dapat digantikan dengan
me-(N) contoh: dijual dapat diganti dengan menjual
Rumus berikutnya
adalah untuk menetukan penulisan yang seharusnya luluh atau tidaknya, yaitu
pada huruf yang kata dasarnya memiliki awalan K, P, S, T (tapi
untuk memudahkan saya selalu mengatakan KTSP). Huruf-huruf ini
apabila dihadapkan dengan imbuhan me-(N) dia harus luluh.
Contoh:
Me-(N) ditambah
kata konsumsi menjadi mengonsumsi.
Me-(N) ditambah
kata kena (-i) menjadi mengenai
Me-(N) ditambah
kata tutup menjadi menutup
Me-(N) ditambah
kata tata menjadi menata
Me-(N) ditambah
kata sapu menjadi menyapu
Me-(N) ditambah
kata sontek menjadi menyontek (bukan mencontek, karena kata
dasarnya sontek bukan contek. KBBI, 2011: 1330)
Me-(N) ditambah
kata sukses (-kan) menjadi menyukseskan bukan mensukseskan
Me-(N) ditambah
kata pukul menjadi memukul
Me-(N) ditambah
kata patung menjadi mematung
Me-(N) ditambah
kata pengaruh (-i) menjadi memengaruhi.
Jadi selain kata
yang mendapat awalan hurufnya K, P, S, T berarti tidak luluh. Kita harus selalu
melihat kata dasarnya apa, bukan lagi enak dan tidak enak, bukan perkara indah
tidaknya, tapi harus merujuk pada ketentuannya.
Berbeda dengan
gabungan dua konsonan, seperti kl, kr, pr. Pada saat berhadapan
dengan Me-(N) tidak luluh, contoh: Me-(N) ditambah kata klarifikasi
menjadi mengklarifikasi bukan mengelarifikasi. Me-(N) ditambah
kata kritik menjadi mengkritik bukan mengeritik.
Me-(N) ditambah kata proses menjadi memproses bukan
memeroses.
Rumus yang lain
yang selalu saya gunakan untuk mempermudah siswa belajar adalah bentuk gabung
atau disebut juga kata majemuk. Rumus pertama, jika tidak diberi imbuhan,
penulisannya terpisah. Contoh: kata
tanda tangan, terima kasih, tanggung jawab kambing hitam, garis bawah.
Rumus kedua, jika hanya diberi awalan atau akhiran penulisan
awalan atau akhirannya yang serangkai, contoh: bertanda tangan, tanda
tangani, berterima kasih, terima kasihi, bertanggung jawab, tanggung jawabkan,
mengambing hitam, kambing hitamkan. bergaris bawah, garis bawahi.
Rumus ketiga jika kata majemuk mendapakan awalan dan akhiran secara bersamaan,
penulisan harus digabungkan, contoh: ditandatangani, menandatangani,
mempertangungjawabkan, pertanggungjawaban, dipertanggungjawabkan mengambinghitamkan,
dikabinghitamkan, menggarisbawahi, digarisbawahi.
Rumus selanjutnya
adalah mengenai penulisan serapan asing, dan kata dasar yang dibubuhi imbuhan
akhiran (sufiks). Contoh kata serapan asing a, ab, non, in,
i, de, re, anti, anta, anto, auto, tuna, pasca, adi, antar, pra, pramu, purna,
swa, bio, dur, semi, mikro, makro, ekso, hipo, epi, ko/kom/kon,multi, poli, supra,
infra, intro, ultra, super, hiper, trans, homo, mono, mini, dis, kontra, dan maha. Rumus pertama, jika
kata serapan asing (prefiks)
tersebut berhadapan dengan kata dasar penulisannya harus digabung
contoh: amoral, abnormal, nonaktif, informal, illegal, degenerasi,
reformasi, antiperang, antagonis, antonym, autobiografi, tunanetra,
pascabanjir, adiguna, antardesa, prasejarah, pramusaji, purnabakti, swadaya,
bioteknologi, durjana, semifinal, mikroorganik, makroekonomi, eksosentris, hiponim,
epidermis, koperasi, komposisi, konsentrasi, multifungsi, poligami
(poligini/poliandri), supranatural, infrastruktur, instrospeksi, ultraviolet,
supermarket, hipernim, transparan, homogen, monogami, minibus, diskualifikasi,
dan kontradiksi. Rumus kedua jika kata serapan asing (prefiks)
berhadapan dengan kata yang diawali huruf kapital, penulisannya
harus menggunakan tanda penghubung (-), contoh: antar-SMA,
non-Islam. Rumus ketiga khusus untuk kata maha. Jika kata maha berhadapan
dengan kata dasar tulisannya harus digabung, contoh: maha
ditambah kata kuasa menjadi mahakuasa, maha
ditambah kata kasih menjadi mahakasih. Pengecualian untuk
kata maha ditambah kata esa (karena ini hanya ditujukan pada
Tuhan) penulisannya dipisah dan tanpa kata penghubung, contoh: Maha Esa.
Selanjutnya jika kata maha berhadapan dengan kata yang diberi imbuhan awalan (prefiks),
penulisan dipisahkan, contoh: maha ditambah pengasih menjadi maha
pengasih. Maha ditambah kata penyayang menjadi maha penyayang.
Dan untuk kata dasar yang diberi akhiran (sufiks) rumusnya adalah
kata dasar ditambah akhiran, contoh: biologi ditambah akhiran wan
menjadi biologiwan, sejarah ditambah akhiran wan menjadi sejarahwan,
kata rohani ditambah akhiran wan menjadi rohaniwan.
Rumus lainnya yang
biasa dipakai untuk memudahkan belajar adalah materi kalimat majemuk atau
kalimat kompleks. kalimat majemuk adalah gabungan dua atau lebih kalimat
tunggal. Kalimat majemuk terdiri atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk
bertingkat, dan kalimat majemuk campuran Supaya mudah diingat untuk membedakan
ketiga jenis kalimat majemuk tersebut, kunci kalimat majemuk ada pada kata penghubung
(konjungsi).
Rumus untuk
kalimat majemuk setara kata penghubung (konjungsi) yang
digunakan adalah konjungsi koordinatif (penambahan
(dan,serta), pemilihan (atau), pertentangan (sedangkan, padahal), perlawanan
(tetapi, melainkan), penguatan (bahkan), dan pengurutan (lalu, kemudian).
Contoh kalimat
setara: Rina mengonsep surat itu dan Astri mengetiknya. Engkau
tinggal di sini atau ikut dengan saya? Peserta seminar sudah
berdatangan, sedangkan panitia belum siap menyambut mereka.
Muridnya kaya tetapi gurunya miskin. Mutiara adalah anak yang
paling pandai di kelas bahkan guru-guru sampai kagum melihatnya. Annisa
membuat naskah itu kemudian mencetaknya.
Sedangkan untuk kalimat
majemuk bertingkat kata penghubung (konjungsi) yang
digunakan adalah konjungsi subordinatif. (yang menyatakan waktu (Ketika, semenjak, sejak, saat,
sesudah, sebelum), menyatakan tujuan (agar, supaya, untuk, demi), menyatakan
syarat (jika, kalau, bila, manakala), menyatakan sebab (sebab, karena),
menyatakan akibat (akibat, akibatnya), menyatakan pengandaian (andai,
seandainya, andaikan), menyatakan konsesif (walaupun, biarpun, meskipun),
menyatakan perbandingan (seperti, seolah-olah, laksana), menyatakan hasil
(sehingga, hingga, sampai), menyatakan cara (dengan, tanpa), menyatakan alat
(dengan, tanpa), menyatakan komplementatif (bahwa), dan menyatakan atributif
(yang).
Contoh kalimat majemuk bertingkat: Ketika Ibu mempersiapkan sarapan, Azahra masih memakai baju seragam. Agar cita-citamu tercapai, rajin-rajinlah kau menuntut ilmu. Aku akan
mentraktirmu jika ulanganmu berhasil meraih angka tertinggi. Hari ini Humaidah tidak pergi
ke sekolah karena harus mengantar ibu ke dokter. Hujan yang lebat dan terus-menerus mengakibatkan banjir di Jakarta. Andaikan pemakai jalan berdisiplin tinggi, lalu lintas akan teratur. Semangat
belajar siswa angat tinggi walaupun dalam kondisi pandemik. Guru itu diam saja seakan-akan tidak mengetahui perbuatan siswanya. Daerah itu sangat terisolasi sehingga sulit dijangkau internet. Guru berusaha meningkatkan prestasi belajar
siswa dengan menerapkan berbagai metode variatif. Ibu memotong kue itu dengan pisau kecil. Saya perlu
menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara daring. Yang
seharusnya mengerjakan pekerjaan itu bapaknya, bukan ibunya.
Pada kalimat majemuk bertingkat kita akan menemukan anak kalimat atau klausa bawah dan induk kalimat atau
klausa atas. Untuk memudahkan mencari anak kalimat atau klausa
bawah dan induk kalimat atau klausa atas, kuncinya tetap ada pada kata
penghubung (konjungsi), keberadaan atau posisi kata penghubung (konjungsi), yang berada dekat kata penghubung (konjungsi) itulah anak kalimat. Dan jika anak kalimat
mendahuli induk, penulisan memakai tanda koma, sebaliknya jika induk yang lebih
dulu, tidak memakai tanda koma.
Contoh Dia datang Ketika
kami sedang rapat (yang berdekatan
dengan kata penghubung atau konjungsi adalah kami
sedang rapat, jadi itulah anak kalimat. Dan karena induk yang
lebih dulu, tidak ada tanda koma. Perhatikan kalimat kedua Walaupun sedang pandemik, siswa tetap
bersemangat belajar. Yang berdekatan dengan
kata penghubung (konjungsi) adalah sedang pandemik, maka itulah anak kalimat, dan karena anak
kalimat mendahului induk, maka penulisan memakai tanda koma.
Yang terakhir dari uraian kalimat majemuk adalah kalimat majemuk
campuran. Kata penghubung (konjungsi) yang digunakan adalah konjungsi
koordinatif dan konjungsi subordinatif , contoh
kalimatnya: Ketika guru sedang menjelaskan, Chanda sedang bermain gawai dan Julain
sedang mengerjakan tugas.masih banyak contoh lain, yang digarisbawahi di sini
kita menggunakan kata penghubung (konjungsi) koordinatif dan kata
penghubung (konjungsi) subordinatif.
Sebetulnya setiap
guru dapat menerapkan pembelajaran dengan berbagai macam cara agar memudahkan
siswanya memahami pelajarannya. Dengan cara menerapkan rumus dalam berbagai
materi buat saya pribadi dapat mempermudah siswa untuk memahami pelajaran
bahasa Indonesia yang katanya mudah tapi sulit atau juga sulit tapi mudah,
bergantung setiap individu memaknainya.