BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS AGAR SISWA LEBIH MUDAH MEMAHAMI

Penulis: Cicih Sukarsih

Dibaca: 466 kali

Cicih Sukarsih

Oleh Cicih Sukarsih

(SMA Negeri 1 Leuwiliang)

 

Mungkin agak membingungkan, bahasa Indonesia punya rumus. Nah saya sengaja membuat rumus-rumus untuk memudahkan siswa memahaminya. Sebagai guru bahasa Indonesia, saya memiliki tanggung jawab untuk membenahi setiap tulisan siswa, rasanya mata ini sepet jika ada tulisan yang seharusnya disatukan malah dipisahkan atau sebaliknya.  Selain itu ada juga yang seharusnya kata itu luluh karena mendapat imbuhan malah tidak dan banyak lagi hal lain yang harus kita kaji bersama.

Rumus pertama yang biasa saya berikan pada siswa adalah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Baik sesuai dengan kondisi atau keadaan dan benar sesuai dengan ketentuan atau kaidah yang berlaku yaitu PUEBI. Terutama pada penggunaan kata di, ke, dan dari yang dipisahkan. Rumus pertama adalah dia berfungsi sebagai kata depan (preposisi), contoh di atas, ke bawah, dari halaman. Kedua menunjukkan tempat, sudah jelas jika sebagai preposisi, berarti menunjukkan tempat: di rumah, ke rumah, dari rumah. Yang ketiga dapat dipergunakan ketiga-tiganya: di sana, ke sana, dari sana. Sedangkan untuk kata di, ke, dan dari yang penulisannya harus disatukan adalah, yang pertama dia berfungsi sebagai imbuhan awalan (prefiks), contoh: disambung, dijual, dikontrakkan, disewakan, dimakan, diminum, dibaca, kehendak, kekasih, ketua. Yang kedua bukan menunjukkan tempat, contoh: disengaja, kekasih. Dan yang ketiga adalah ketiga-tiganya tidak dapat dipakai secara bersamaan, contoh: kata mari, dimari kemari, dari mari. Maka dari itu tidak ada kata dimari dan dari mari. Yang keempat kata di dapat digantikan dengan me-(N) contoh: dijual dapat diganti dengan menjual

Rumus berikutnya adalah untuk menetukan penulisan yang seharusnya luluh atau tidaknya, yaitu pada huruf yang kata dasarnya memiliki awalan K, P, S, T (tapi untuk memudahkan saya selalu mengatakan KTSP). Huruf-huruf ini apabila dihadapkan dengan imbuhan me-(N) dia harus luluh.

Contoh:

Me-(N) ditambah kata konsumsi  menjadi mengonsumsi.

Me-(N) ditambah kata kena (-i) menjadi mengenai

Me-(N) ditambah kata tutup menjadi menutup

Me-(N) ditambah kata tata menjadi menata

Me-(N) ditambah kata sapu menjadi menyapu

Me-(N) ditambah kata sontek menjadi menyontek (bukan mencontek, karena kata dasarnya sontek bukan contek. KBBI, 2011: 1330)

Me-(N) ditambah kata sukses (-kan) menjadi menyukseskan bukan mensukseskan

Me-(N) ditambah kata pukul menjadi memukul

Me-(N) ditambah kata patung menjadi mematung

Me-(N) ditambah kata pengaruh (-i) menjadi memengaruhi.

Jadi selain kata yang mendapat awalan hurufnya K, P, S, T berarti tidak luluh. Kita harus selalu melihat kata dasarnya apa, bukan lagi enak dan tidak enak, bukan perkara indah tidaknya, tapi harus merujuk pada ketentuannya.

Berbeda dengan gabungan dua konsonan, seperti kl, kr, pr. Pada saat berhadapan dengan Me-(N) tidak luluh, contoh: Me-(N) ditambah kata klarifikasi menjadi mengklarifikasi bukan mengelarifikasi. Me-(N) ditambah kata kritik menjadi mengkritik bukan mengeritik. Me-(N) ditambah kata proses menjadi memproses bukan memeroses.

Rumus yang lain yang selalu saya gunakan untuk mempermudah siswa belajar adalah bentuk gabung atau disebut juga kata majemuk. Rumus pertama, jika tidak diberi imbuhan, penulisannya terpisah. Contoh:  kata tanda tangan, terima kasih, tanggung jawab kambing hitam, garis bawah. Rumus kedua, jika hanya diberi awalan atau akhiran penulisan awalan atau akhirannya yang serangkai, contoh: bertanda tangan, tanda tangani, berterima kasih, terima kasihi, bertanggung jawab, tanggung jawabkan, mengambing hitam, kambing hitamkan. bergaris bawah, garis bawahi. Rumus ketiga jika kata majemuk mendapakan awalan dan akhiran secara bersamaan, penulisan harus digabungkan, contoh: ditandatangani, menandatangani, mempertangungjawabkan, pertanggungjawaban, dipertanggungjawabkan mengambinghitamkan, dikabinghitamkan, menggarisbawahi, digarisbawahi.

Rumus selanjutnya adalah mengenai penulisan serapan asing, dan kata dasar yang dibubuhi imbuhan akhiran (sufiks). Contoh kata serapan asing a, ab, non, in, i, de, re, anti, anta, anto, auto, tuna, pasca, adi, antar, pra, pramu, purna, swa, bio, dur, semi, mikro, makro, ekso, hipo, epi, ko/kom/kon,multi, poli, supra, infra, intro, ultra, super, hiper, trans, homo, mono, mini, dis,  kontra, dan maha. Rumus pertama, jika kata serapan asing (prefiks)  tersebut berhadapan dengan kata dasar penulisannya harus digabung contoh: amoral, abnormal, nonaktif, informal, illegal, degenerasi, reformasi, antiperang, antagonis, antonym, autobiografi, tunanetra, pascabanjir, adiguna, antardesa, prasejarah, pramusaji, purnabakti, swadaya, bioteknologi, durjana, semifinal, mikroorganik, makroekonomi, eksosentris, hiponim, epidermis, koperasi, komposisi, konsentrasi, multifungsi, poligami (poligini/poliandri), supranatural, infrastruktur, instrospeksi, ultraviolet, supermarket, hipernim, transparan, homogen, monogami, minibus, diskualifikasi, dan kontradiksi. Rumus kedua jika kata serapan asing (prefiks) berhadapan dengan kata yang diawali huruf kapital, penulisannya harus menggunakan tanda penghubung (-), contoh: antar-SMA, non-Islam. Rumus ketiga khusus untuk kata maha. Jika kata maha berhadapan dengan kata dasar tulisannya harus digabung, contoh: maha ditambah kata kuasa menjadi mahakuasa, maha ditambah kata kasih menjadi mahakasih. Pengecualian untuk kata maha ditambah kata esa (karena ini hanya ditujukan pada Tuhan) penulisannya dipisah dan tanpa kata penghubung, contoh: Maha Esa. Selanjutnya jika kata maha berhadapan dengan kata yang diberi imbuhan awalan (prefiks), penulisan dipisahkan, contoh: maha ditambah pengasih menjadi maha pengasih. Maha ditambah kata penyayang menjadi maha penyayang. Dan untuk kata dasar yang diberi akhiran (sufiks) rumusnya adalah kata dasar ditambah akhiran, contoh: biologi ditambah akhiran wan menjadi biologiwan, sejarah ditambah akhiran wan menjadi sejarahwan, kata rohani ditambah akhiran wan menjadi rohaniwan.

Rumus lainnya yang biasa dipakai untuk memudahkan belajar adalah materi kalimat majemuk atau kalimat kompleks. kalimat majemuk adalah gabungan dua atau lebih kalimat tunggal. Kalimat majemuk terdiri atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran Supaya mudah diingat untuk membedakan ketiga jenis kalimat majemuk tersebut,  kunci kalimat majemuk ada pada kata penghubung (konjungsi).

Rumus untuk kalimat majemuk setara kata penghubung (konjungsi) yang digunakan adalah konjungsi koordinatif (penambahan (dan,serta), pemilihan (atau), pertentangan (sedangkan, padahal), perlawanan (tetapi, melainkan), penguatan (bahkan), dan pengurutan (lalu, kemudian).

Contoh kalimat setara: Rina mengonsep surat itu dan Astri mengetiknya. Engkau tinggal di sini atau ikut dengan saya? Peserta seminar sudah berdatangan, sedangkan panitia belum siap menyambut mereka. Muridnya kaya tetapi gurunya miskin. Mutiara adalah anak yang paling pandai di kelas bahkan guru-guru sampai kagum melihatnya. Annisa membuat naskah itu kemudian mencetaknya.

Sedangkan untuk kalimat majemuk bertingkat kata penghubung (konjungsi) yang digunakan adalah konjungsi subordinatif. (yang menyatakan waktu (Ketika, semenjak, sejak, saat, sesudah, sebelum), menyatakan tujuan (agar, supaya, untuk, demi), menyatakan syarat (jika, kalau, bila, manakala), menyatakan sebab (sebab, karena), menyatakan akibat (akibat, akibatnya), menyatakan pengandaian (andai, seandainya, andaikan), menyatakan konsesif (walaupun, biarpun, meskipun), menyatakan perbandingan (seperti, seolah-olah, laksana), menyatakan hasil (sehingga, hingga, sampai), menyatakan cara (dengan, tanpa), menyatakan alat (dengan, tanpa), menyatakan komplementatif (bahwa), dan menyatakan atributif (yang).

Contoh kalimat majemuk bertingkat: Ketika Ibu mempersiapkan sarapan, Azahra masih memakai baju seragam.  Agar cita-citamu tercapai, rajin-rajinlah kau menuntut ilmu. Aku akan mentraktirmu jika ulanganmu berhasil meraih angka tertinggi. Hari ini Humaidah tidak pergi ke sekolah karena harus mengantar ibu ke dokter. Hujan yang lebat dan terus-menerus mengakibatkan banjir di Jakarta. Andaikan pemakai jalan berdisiplin tinggi, lalu lintas akan teratur. Semangat belajar siswa angat tinggi walaupun dalam kondisi pandemik.  Guru  itu diam saja seakan-akan tidak mengetahui perbuatan siswanya. Daerah itu sangat terisolasi sehingga sulit dijangkau internet. Guru berusaha meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menerapkan berbagai metode variatif. Ibu memotong kue itu dengan pisau kecil.  Saya perlu menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara daring. Yang seharusnya mengerjakan pekerjaan itu bapaknya, bukan ibunya.

Pada kalimat majemuk bertingkat kita akan menemukan anak kalimat atau klausa bawah dan induk kalimat atau klausa atas. Untuk memudahkan mencari anak kalimat atau klausa bawah dan induk kalimat atau klausa atas, kuncinya tetap ada pada kata penghubung (konjungsi), keberadaan atau posisi kata penghubung (konjungsi), yang berada dekat kata penghubung  (konjungsi)  itulah anak kalimat. Dan jika anak kalimat mendahuli induk, penulisan memakai tanda koma, sebaliknya jika induk yang lebih dulu, tidak memakai tanda koma.

Contoh Dia datang Ketika kami sedang rapat  (yang berdekatan dengan kata penghubung atau konjungsi adalah kami sedang rapat, jadi itulah anak kalimat. Dan karena induk yang lebih dulu, tidak ada tanda koma. Perhatikan kalimat kedua Walaupun sedang pandemik, siswa tetap bersemangat belajar. Yang berdekatan dengan kata penghubung (konjungsi) adalah sedang pandemik, maka itulah anak kalimat, dan karena anak kalimat mendahului induk, maka penulisan memakai tanda koma.

Yang terakhir dari uraian kalimat majemuk adalah  kalimat majemuk campuran. Kata penghubung (konjungsi) yang digunakan adalah konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif , contoh kalimatnya: Ketika guru sedang menjelaskan, Chanda sedang bermain gawai dan Julain sedang mengerjakan tugas.masih banyak contoh lain, yang digarisbawahi di sini kita menggunakan kata penghubung (konjungsi) koordinatif dan kata penghubung (konjungsi) subordinatif.

Sebetulnya setiap guru dapat menerapkan pembelajaran dengan berbagai macam cara agar memudahkan siswanya memahami pelajarannya. Dengan cara menerapkan rumus dalam berbagai materi buat saya pribadi dapat mempermudah siswa untuk memahami pelajaran bahasa Indonesia yang katanya mudah tapi sulit atau juga sulit tapi mudah, bergantung setiap individu memaknainya. 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...