Gaya Mengajar Penjaskes Pasca Pandemi Covid-19

Penulis: Ardi Margono

Dibaca: 752 kali

Ardi Margono

Oleh Ardi Margono

(Guru SMK Negeri 1 Talaga – Majalengka/KACI)

 

Kecakapan abad 21 mengisyaratkan pentingnya kompetensi yang harus dimiliki seseorang, meliputi; berpikir kritis (critical thinking), pemecahan masalah (problem solving), kreativitas dan inovasi (creativity and innovation), kemampuan berkomunikasi (communication skill), kemampuan bekerja sama (collaboration) dan kepercayaan diri (self confidence) menjadi suatu keharusan yang harus diupayakan. Guru harus kreatif dan inovatif dalam menghadapi perubahan tatanan kehidupan sebagai dampak pandemi Corona Virus Dieases -19 (Covid-19). Untuk itu adaptasi terhadap penyampaian pembelajaran juga harus dikemas baik melalui dalam jaringan (daring), di luar jaringan (luring) maupun kombinasi daring dan luring dengan tetap mengacu pada kebijakan dinas pendidikan (Jabar) dan protokol kesehatan tentang pelaksanaan pembelajaran tetap berpegang pada 50% daring - 50% luring sampai dikeluarkannya kebijakan baru dalam bidang pendidikan.

Prof. Adang Suherman dalam webinar, 27 Juli 2020 menyatakan dan menggarisbawahi istilah “tentang” pada pembelajaran adaptasi kebiasaan baru bermakna hasil belajar dan istilah “melalui” bermakna proses belajar yang harus dikerjakan oleh guru dalam menerapkan rencana physical literacy dan active for life dengan melibatkan tenaga kesehatan, belajarkan rutinitas adaptasi kebiasaan baru melalui karakter disiplin. Hal ini tentu saja akan berimbas pada munculnya gaya mengajar yang akan diterapkan oleh masing-masing guru dengan berbagai tipe dan karakteristiknya.

Creating Inclusive PE Environments” adalah istilah yang digunakan untuk kelas pendidikan jasmani pendidikan secara umum di mana semua siswa disertakan. Ini termasuk siswa yang mungkin atau mungkin juga tidak menyukai proses pembelajaran pendidikan jasmani. Program ini memiliki manfaat untuk semua siswa memperoleh keterampilan sosial yang berharga, ketika mereka dapat berkolaborasi dan berkomunikasi dalam suatu permainan sehingga terciptanya lingkungan pendidikan jasmani yang inklusif.

Di sisi lain, program ini harus dapat meningkatkan hubungan siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan lingkungan belajarnya seperti akses internet, modul/bahan ajar, tujuan beraktivitas agar lebih memahami kekurangan serta kelebihan masing-masing dan mengembangkan sikap responsif yang lebih positif dan “fun”. Imbasnya mereka cenderung melihat perbedaan dan dapat menerima dengan lebih mudah. Sebagai guru penjaskes, tujuan Anda adalah mengembangkan potensi maksimal dari peserta didik dengan menekankan rasa saling menghormati, saling menerima dan kerja sama sebagai nilai inti di kelas tersebut.

Untuk dapat melaksanakan program ini dengan baik, maka guru harus memahami setidaknya, ada dua kelompok gaya mengajar yang kita kenal, pertama; tipe memori/reproduksi, ini dominan oleh keputusan yang dibuat oleh guru dan siswa hanya melaksanakan instruksi dari guru dan kedua; tipe produksi, ini dominan keputusan oleh siswa karena siswa akan berfikir aras tinggi bagaimana caranya dalam melakukan aktivitas jasmani, yaitu:

A. Gaya Mengajar Memori/Reproduksi, Pertama; gaya mengajar komando (the command style), mereproduksi peforma/respon yang diprediksi, peran guru mengambil semua keputusan (pre-impact-post). Sedangkan siswa tidak mengambil keputusan sama sekali, jadi gaya mengajar ini cocok digunakan untuk mengajar siswa yang usia bawah, jenis aktivitas berbahaya, dan waktu yang sangat terbatas.

Kedua; gaya mengajar latihan (the practice style) yakni individu/siswa diberikan kesempatan untuk melakukan latihan sendiri dengan mereproduksi tugas yang diberikan. Anatominya pre (guru), impact (siswa), post (guru). Contoh siswa diminta melakukan servis selama 5 menit maka siswa akan melakukanya dimana saja dan cara apa saja. Ketiga; gaya mengajar resiprokal (the reciprocal style) di mana siswa saling berinteraksi, saling memberikan umpan balik, dan sangat penting adanya kriteria. Anatominya : pre (guru), impact (siswa pelaku), post (siswa observer).

Keempat; gaya mengajar koreksi diri (the self-chek style), siswa melaksanakan tugas kemudian menilai kinerja diri sendiri, peningkatan independensi, harus ada lembar kriteria, untuk aktivitas atau keterampilannya disediakan umpan balik. Anatominya : pre (guru), impact (siswa), post (siswa). Kelima; gaya mengajar inklusi (the inclusion style), siswa dengan berbagai macam kemampuan dapat berpastisipasi dalam tugas yang sama dengan memilih tingkat kesulitan sesuai dengan kemampuan mereka dan gaya ini mampu mengakomodir perbedaan-perbedaan kemampuan siswa. Anatominya : pre (Guru), impact (siswa) dan post (siswa).

B. Gaya Mengajar Discovery / Produksi, Pertama; gaya mengajar penemuan terbimbing (the guided discovery style), guru menyusun pertanyaan yang logis dan berurutan kemudian siswa menemukan satu jawaban yang telah ditetapkan. Contoh siswa di minta mengoper bola ke teman yang sangat jauh maka siswa akan mengarah ke jawaban untuk mengoper bola dengan melambung/tinggi. Anatominya: pre (guru), impact (guru-siswa), post (guru-siswa). Kedua; gaya mengajar penemuan konvergen (the convergent discovery style), pertanyaan yang luas lalu mengerucut kepada satu jawaban (dengan cara yang berbeda-beda). Anatominya : pre (guru) impact (siswa) post ( siswa-guru).

Ketiga, gaya mengajar penemuan divergent (the divergent discovery style), pertanyaan yang dibuat akan memiliki banyak jawaban yang benar yang ditemukan oleh siswa, misalnya, bagiamana caranya mendapatkan poin dalam permainan. Anatominya : pre (guru) impact (siswa) post ( siswa-guru). Keempat; gaya mengajar siswa mendesain program individual (the learner-desaigned individual program style), siswa merencanakan / menyusun perbaikan cara bermain/aktivitas dalam bentuk lembar perencanaan. Anatominya: pre (guru) impact (siswa) dan post (siswa).

Menurut penulis, kedua kelompok gaya mengajar yang cocok untuk diterapkan pada proses belajar mengajar pasca pandemi covid-19 yaitu tipe produksi dengan deskripsi dominan keputusan oleh siswa (student centered learning) karena dapat merespon siswa untuk berpikir bagaimana caranya dalam melakukan aktivitas jasmani dengan media/bahan yang diberikan oleh guru. Treatment ini memberi makna memicu siswa untuk berpikir aras tinggi mengenai keterampilan psikomotorik yang harus dilakukan mandiri/siswa. Materi ajar yang disampaikan tidak hanya pada perbedaan kemampuan siswa dalam pembelajaran pendididikan jasmani olahraga dan kesehatan, tetapi meliputi juga pemahaman pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa, termasuk kemudahan akses dan perlengkapan pasca pandemi C-19 agar pembelajaran tetap dapat berlangsung sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, kebijakan dari dinas pendidikan dan protokol kesehatan dari pemerintah.

 

Sumber Rujukan:

Juknis (Penilaian Angka Kredit ) Bagi Guru, Disdik, Dinas Pendidikan Jawa Barat. Bahan tayang webinar; “Strategi Pembelajaran PJOK di Era New Normal” oleh Universitas Negeri Surabaya, 27 Juni 2020.

Dr. Michalis Stylianou dan Prof. Louise McCuaig; 2019. (PPT) Topik “Mosston’s Spectrum of Teaching Styles” Building 26, Room 243-UQ-Brisbane-Australia.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...