Penulis: Ardi Margono
Ardi Margono
Oleh Ardi Margono
(Guru SMK Negeri 1 Talaga –
Majalengka/KACI)
Kecakapan abad 21 mengisyaratkan
pentingnya kompetensi yang harus dimiliki seseorang, meliputi; berpikir kritis
(critical thinking), pemecahan masalah
(problem solving), kreativitas dan inovasi (creativity and innovation), kemampuan berkomunikasi (communication
skill), kemampuan bekerja sama (collaboration)
dan kepercayaan diri (self confidence)
menjadi suatu keharusan yang harus diupayakan. Guru harus kreatif dan inovatif
dalam menghadapi perubahan tatanan kehidupan sebagai dampak pandemi Corona Virus Dieases -19 (Covid-19).
Untuk itu adaptasi terhadap penyampaian pembelajaran
juga harus dikemas baik melalui dalam jaringan (daring), di luar jaringan
(luring) maupun kombinasi daring dan luring dengan tetap mengacu pada kebijakan
dinas pendidikan (Jabar) dan protokol kesehatan tentang pelaksanaan
pembelajaran tetap berpegang pada 50% daring - 50% luring sampai dikeluarkannya
kebijakan baru dalam bidang pendidikan.
Prof. Adang Suherman dalam
webinar, 27 Juli 2020 menyatakan dan menggarisbawahi istilah “tentang” pada
pembelajaran adaptasi kebiasaan baru bermakna hasil belajar dan istilah “melalui”
bermakna proses belajar yang harus dikerjakan oleh guru dalam menerapkan
rencana physical literacy dan active for life dengan melibatkan tenaga kesehatan, belajarkan rutinitas
adaptasi kebiasaan baru melalui
karakter disiplin. Hal ini tentu saja akan berimbas pada munculnya gaya
mengajar yang akan diterapkan oleh masing-masing guru dengan berbagai tipe dan
karakteristiknya.
“Creating Inclusive PE Environments” adalah istilah yang digunakan
untuk kelas pendidikan jasmani pendidikan secara umum di mana semua siswa
disertakan. Ini termasuk siswa yang mungkin atau mungkin juga tidak menyukai
proses pembelajaran pendidikan jasmani. Program ini memiliki manfaat untuk
semua siswa memperoleh keterampilan sosial yang berharga, ketika mereka dapat
berkolaborasi dan berkomunikasi dalam suatu permainan sehingga terciptanya lingkungan
pendidikan jasmani yang inklusif.
Di sisi lain, program ini harus
dapat meningkatkan hubungan siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa
dengan lingkungan belajarnya seperti akses internet, modul/bahan ajar, tujuan
beraktivitas agar lebih memahami kekurangan serta kelebihan masing-masing dan
mengembangkan sikap responsif yang lebih positif dan “fun”. Imbasnya mereka cenderung melihat perbedaan dan dapat
menerima dengan lebih mudah. Sebagai guru penjaskes, tujuan Anda adalah
mengembangkan potensi maksimal dari peserta didik dengan menekankan rasa saling
menghormati, saling menerima dan kerja sama sebagai nilai inti di kelas
tersebut.
Untuk dapat melaksanakan program
ini dengan baik, maka guru harus memahami setidaknya, ada dua kelompok gaya
mengajar yang kita kenal, pertama;
tipe memori/reproduksi, ini dominan oleh keputusan yang dibuat oleh guru dan
siswa hanya melaksanakan instruksi dari guru dan kedua; tipe produksi, ini dominan keputusan oleh siswa karena siswa
akan berfikir aras tinggi bagaimana caranya dalam melakukan aktivitas jasmani,
yaitu:
A. Gaya Mengajar Memori/Reproduksi,
Pertama; gaya mengajar komando (the command
style), mereproduksi peforma/respon yang diprediksi, peran guru mengambil semua keputusan (pre-impact-post).
Sedangkan siswa tidak mengambil keputusan sama sekali, jadi gaya mengajar ini
cocok digunakan untuk mengajar siswa yang usia bawah, jenis
aktivitas berbahaya, dan waktu yang sangat terbatas.
Kedua; gaya mengajar latihan (the practice
style) yakni individu/siswa diberikan kesempatan untuk melakukan latihan
sendiri dengan mereproduksi tugas yang diberikan. Anatominya pre (guru), impact
(siswa), post (guru). Contoh siswa diminta melakukan servis selama 5 menit maka
siswa akan melakukanya dimana saja dan cara apa saja. Ketiga; gaya mengajar
resiprokal (the reciprocal style) di mana
siswa saling berinteraksi, saling memberikan umpan balik, dan sangat penting
adanya kriteria. Anatominya : pre (guru), impact (siswa pelaku), post (siswa
observer).
Keempat; gaya mengajar koreksi
diri (the self-chek style), siswa
melaksanakan tugas kemudian menilai kinerja diri sendiri, peningkatan independensi, harus ada lembar kriteria, untuk
aktivitas atau keterampilannya disediakan umpan balik. Anatominya : pre (guru),
impact (siswa), post (siswa). Kelima; gaya mengajar inklusi (the inclusion style), siswa dengan
berbagai macam kemampuan dapat berpastisipasi dalam tugas yang sama dengan
memilih tingkat kesulitan sesuai dengan kemampuan mereka dan gaya ini mampu
mengakomodir perbedaan-perbedaan kemampuan siswa. Anatominya : pre (Guru),
impact (siswa) dan post (siswa).
B. Gaya Mengajar Discovery / Produksi,
Pertama; gaya mengajar penemuan terbimbing (the guided discovery style), guru menyusun pertanyaan yang logis dan
berurutan kemudian siswa menemukan satu jawaban yang telah ditetapkan. Contoh
siswa di minta mengoper bola ke teman yang sangat jauh maka siswa akan mengarah
ke jawaban untuk mengoper bola dengan melambung/tinggi. Anatominya: pre (guru),
impact (guru-siswa), post (guru-siswa). Kedua; gaya mengajar penemuan konvergen
(the convergent discovery style),
pertanyaan yang luas lalu mengerucut kepada satu jawaban (dengan cara yang
berbeda-beda). Anatominya : pre (guru) impact (siswa) post ( siswa-guru).
Ketiga, gaya mengajar penemuan divergent
(the divergent discovery style),
pertanyaan yang dibuat akan memiliki banyak jawaban yang benar yang ditemukan
oleh siswa, misalnya, bagiamana caranya mendapatkan poin dalam permainan.
Anatominya : pre (guru) impact (siswa) post ( siswa-guru). Keempat; gaya
mengajar siswa mendesain program individual (the learner-desaigned individual program
style), siswa merencanakan / menyusun perbaikan cara bermain/aktivitas dalam bentuk lembar perencanaan.
Anatominya: pre (guru) impact (siswa) dan post (siswa).
Menurut penulis, kedua kelompok
gaya mengajar yang cocok untuk diterapkan pada proses belajar mengajar pasca
pandemi covid-19 yaitu tipe produksi dengan deskripsi dominan keputusan oleh
siswa (student centered learning)
karena dapat merespon siswa untuk berpikir bagaimana caranya dalam melakukan
aktivitas jasmani dengan media/bahan yang diberikan oleh guru. Treatment ini
memberi makna memicu siswa untuk berpikir aras tinggi mengenai keterampilan
psikomotorik yang harus dilakukan mandiri/siswa. Materi ajar yang disampaikan
tidak hanya pada perbedaan kemampuan siswa dalam pembelajaran pendididikan
jasmani olahraga dan kesehatan, tetapi meliputi juga pemahaman pengetahuan dan
keterampilan berkaitan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa, termasuk kemudahan
akses dan perlengkapan pasca pandemi C-19 agar pembelajaran tetap dapat
berlangsung sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, kebijakan dari dinas
pendidikan dan protokol kesehatan dari pemerintah.
Sumber Rujukan:
Juknis (Penilaian Angka Kredit )
Bagi Guru, Disdik, Dinas Pendidikan Jawa Barat. Bahan tayang webinar; “Strategi
Pembelajaran PJOK di Era New Normal” oleh Universitas Negeri Surabaya, 27 Juni
2020.
Dr. Michalis Stylianou dan Prof.
Louise McCuaig; 2019. (PPT) Topik “Mosston’s
Spectrum of Teaching Styles” Building
26, Room 243-UQ-Brisbane-Australia.