Penulis: Cicih Sukarsih
Cicih Sukarsih
Oleh Cicih
Sukarsih
(SMA Negeri 1
Leuwiliang)
Pada saat kita
berbicara, terkadang tidak pernah memperhatikan kata apa yang sudah kita pakai,
karena pada saat itu kata-kata mengalir begitu saja. Jika kita berbicara
masalah sastra, kata-kata yang kita pergunakan disesuaikan dengan bahasa sastra
itu sendiri, yang disesuaikan dengan diksinya agar karya itu menjadi indah dan
enak dibaca. Berbeda saat Anda berbicara pada forum resmi, yang dipakai bukan
bahasa satra. Anda harus memperhatikan baku atau tidaknya kata itu, atau
sebagai orator harus peka dengan siapa kita berbicara, bahasa apa yang harus
kita pergunakan.
Kata menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI: Edisi Keempat’ 2022: 633) adalah unsur bahasa yang
diucapkan atau yang dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan
pikiran yang digunakan dalam berbahasa. Di sinilah kita sering sekali
mendapatkan saat berbicara, ada beberapa kata yang dipergunakan secara
pleonasme, bersinonim, bukan pasangannnya, atau bahkan yang kontradiksi. Pleonasme
adalah sebuah majas atau gaya bahasa yang bermakna sama untuk menegaskan suatu
hal. Pleonasme lazimnya dipakai untuk penegasan atau pun untuk memperkuat sifat
ekspresif kalimat. Contoh pleonasme; naik ke atas, turun ke bawah, mundur
ke belakang, masuk ke dalam, melihat dengan mata kepala sendiri, menendang
dengan kaki, dan lainnya. Kata-kata itu sebenarnya sudah tidak perlu
lagi dikatakan dalam satu konteks kalimat pada saat kita berbicara resmi, tapi terkadang
kita ingin menegaskan pernyataan akhirnya itu semua terbiasa. Kata lain yang
seringkali dipakai secara bersamaan dalam satu kalimat seperti kata hanya,
saja, cuma, sekadar, belaka. Contoh “ Hanya saja itu cuma
sekadar bagian kecil yang tidak ada ….”
Atau sering kita baca, “ Hanya terdiri atas beberapa saja”.
Itu adalah kata yang sama, tapi terkadang kita
memakai kata itu secara bersamaan dalam satu konteks kalimat yang
padahal itu sangat mubajir kalau dalam bahasa Indonesia. Kata lain: agar,
supaya, demi, untuk. tidak perlu
kita menggunkan kata “agar supaya cita-cita ini tercapai…. Atau demi
untuk suatu kesuksesan…” ambil kata itu satu saja, karena semua itu
bersinonim. Kata lainnya adalah, merupakan, sebagai berikut. kita
sering mendapatkan ini dalam sebuah tulisan, “ Hal ini adalah merupakan…,
atau adalah sebagai berikut”. Kata lain seperti misalnya.
Seperti dan misalnya sama saja tidak perlu disebutkan secara bersamaan. Kata
yang tidak pernah kita sadari pula yang sering kita pakai seperti kata mulai,
dari, sejak, yang
pada konteks kalimatnya itu dipakai mulai dari, sejak dari,
padahal kata itu semua bersinonim, cukup kita berkata dari SD, sejak
SD, mulai SD tidak perlu mulai dari SD, sejak
dari SD. Kata lain yang bersinonim seperti kata karena dan
sebab. Tidak sedikit orang berkata “ Hal itu disebabkan
karena….”. atau “ Hal itu dikarenakan”. Kata karena
dan kata sebab sama semakna, maka dari itu pada saat kita
mengambil kata disebabkan jangan menggunakan kata karena,
tapi pakai kata disebabkan oleh. Dan satu hal lagi
mentang-mentang kata sebab dan karena sama akhirnya
kita juga mengatakan” Hal itu dikarenakan…” dikarenakan
mungkin karena menganalogikan kata disebabkan. Dalam bahasa
Indonesia tidak dapat demikian, kata sebab ada menyebabkan
dan disebabkan. Tapi untuk kata karena tidak ada mengarenakan,
maknaya tidak ada kata dikarenakan.
Hal lain yang
kadang-kadang tidak masuk akal dalam sebuah tulisan, ada kata yang memakai di
antaranya tapi disebutkan semuanya, ini sudah aneh. Di antaranya yah
secara logikanya cuma sebagian dari yang ada, tidak disebutkan secara
keseluruhan. Kita di situ menuliskan dengan jelas, “Hal ini … di antaranya
adalah ….” Tapi hasilnya semuanya dituiliskan bukan satu, dua atau sebagian
kita sebutkan. Kata lain yang sering dipakai dan kita tidak pernah merasa bahwa
kita sudah mengondisikan untuk terjadi perselingkuhan kata. Sangat mengerikan, seperti kata terdiri mayoritas
pengguna bahasa memasangkannya dengan kata dari, jadi terdiri
dari. Padahal itu bukan pasangan kata yang ideal. Pasangan terdiri
itu adalah kata atas. Dan pasangan dari itu
adalah terbuat. Jadi kalau kita ingin memasangkan kata yang benar
berarti terdiri atas, terbuat dari. Sepintas tidak pernah
kita merasa itu salah, di sinilah kita harus bijak mengambil dan memilih kata. Sebagai
pengguna bahasa, mulai sekarang kita belajar untuk tidak lagi mengondisikan
perselingkuhan kata, tidak lagi memuat mubajir kata, atau menghambur-hamburkan
kata. Kita mulai belajar menata kata dengan benar sesuai PUEBI dan kita juga
berbicara dengan baik sesuai kondisi kita.