HARUSKAH KATA TERKONDISIKAN DENGAN BENAR?

Penulis: Cicih Sukarsih

Dibaca: 297 kali

Cicih Sukarsih

Oleh Cicih Sukarsih

(SMA Negeri 1 Leuwiliang)

 

Pada saat kita berbicara, terkadang tidak pernah memperhatikan kata apa yang sudah kita pakai, karena pada saat itu kata-kata mengalir begitu saja. Jika kita berbicara masalah sastra, kata-kata yang kita pergunakan disesuaikan dengan bahasa sastra itu sendiri, yang disesuaikan dengan diksinya agar karya itu menjadi indah dan enak dibaca. Berbeda saat Anda berbicara pada forum resmi, yang dipakai bukan bahasa satra. Anda harus memperhatikan baku atau tidaknya kata itu, atau sebagai orator harus peka dengan siapa kita berbicara, bahasa apa yang harus kita pergunakan.

Kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: Edisi Keempat’ 2022: 633) adalah unsur bahasa yang diucapkan atau yang dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang digunakan dalam berbahasa. Di sinilah kita sering sekali mendapatkan saat berbicara, ada beberapa kata yang dipergunakan secara pleonasme, bersinonim, bukan pasangannnya, atau bahkan yang kontradiksi. Pleonasme adalah sebuah majas atau gaya bahasa yang bermakna sama untuk menegaskan suatu hal. Pleonasme lazimnya dipakai untuk penegasan atau pun untuk memperkuat sifat ekspresif kalimat. Contoh pleonasme; naik ke atas, turun ke bawah, mundur ke belakang, masuk ke dalam, melihat dengan mata kepala sendiri, menendang dengan kaki, dan lainnya. Kata-kata itu sebenarnya sudah tidak perlu lagi dikatakan dalam satu konteks kalimat pada saat kita berbicara resmi, tapi terkadang kita ingin menegaskan pernyataan akhirnya itu semua terbiasa. Kata lain yang seringkali dipakai secara bersamaan dalam satu kalimat seperti kata hanya, saja, cuma, sekadar, belaka. Contoh “ Hanya saja itu cuma sekadar bagian kecil yang tidak ada ….”  Atau sering kita baca, “ Hanya terdiri atas beberapa saja”. Itu adalah kata yang sama, tapi terkadang kita  memakai kata itu secara bersamaan dalam satu konteks kalimat yang padahal itu sangat mubajir kalau dalam bahasa Indonesia. Kata lain: agar, supaya, demi, untuk.  tidak perlu kita menggunkan kata “agar supaya cita-cita ini tercapai…. Atau demi untuk suatu kesuksesan…” ambil kata itu satu saja, karena semua itu bersinonim. Kata lainnya adalah, merupakan, sebagai berikut. kita sering mendapatkan ini dalam sebuah tulisan, “ Hal ini adalah merupakan…, atau adalah sebagai berikut”.  Kata lain seperti misalnya. Seperti dan misalnya sama saja tidak perlu disebutkan secara bersamaan. Kata yang tidak pernah kita sadari pula yang sering kita pakai seperti kata mulai, dari, sejak,  yang pada konteks kalimatnya itu dipakai mulai dari, sejak dari, padahal kata itu semua bersinonim, cukup kita berkata dari SD, sejak SD, mulai SD tidak perlu mulai dari SD, sejak dari SD. Kata lain yang bersinonim seperti kata karena dan sebab. Tidak sedikit orang berkata “ Hal itu disebabkan karena….”. atau “ Hal itu dikarenakan”. Kata karena dan kata sebab sama semakna, maka dari itu pada saat kita mengambil kata disebabkan jangan menggunakan kata karena, tapi pakai kata disebabkan oleh. Dan satu hal lagi mentang-mentang kata sebab dan karena sama akhirnya kita juga mengatakan” Hal itu dikarenakan…” dikarenakan mungkin karena menganalogikan kata disebabkan. Dalam bahasa Indonesia tidak dapat demikian, kata sebab ada menyebabkan dan disebabkan. Tapi untuk kata karena tidak ada mengarenakan, maknaya tidak ada kata dikarenakan.

Hal lain yang kadang-kadang tidak masuk akal dalam sebuah tulisan, ada kata yang memakai di antaranya tapi disebutkan semuanya, ini sudah aneh. Di antaranya yah secara logikanya cuma sebagian dari yang ada, tidak disebutkan secara keseluruhan. Kita di situ menuliskan dengan jelas, “Hal ini … di antaranya adalah ….” Tapi hasilnya semuanya dituiliskan bukan satu, dua atau sebagian kita sebutkan. Kata lain yang sering dipakai dan kita tidak pernah merasa bahwa kita sudah mengondisikan untuk terjadi perselingkuhan kata. Sangat mengerikan,  seperti kata terdiri mayoritas pengguna bahasa memasangkannya dengan kata dari, jadi terdiri dari. Padahal itu bukan pasangan kata yang ideal. Pasangan terdiri itu adalah kata atas. Dan pasangan dari itu adalah terbuat. Jadi kalau kita ingin memasangkan kata yang benar berarti terdiri atas, terbuat dari. Sepintas tidak pernah kita merasa itu salah, di sinilah kita harus bijak mengambil dan memilih kata. Sebagai pengguna bahasa, mulai sekarang kita belajar untuk tidak lagi mengondisikan perselingkuhan kata, tidak lagi memuat mubajir kata, atau menghambur-hamburkan kata. Kita mulai belajar menata kata dengan benar sesuai PUEBI dan kita juga berbicara dengan baik sesuai kondisi kita.

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...