Kurikulum Prototipe vs Budaya Kerja Ciptakan SMKN 1 Pagelaran Memiliki Paradigma Baru

Penulis: Dessy Darliasary Yunengsih, SP

Dibaca: 184 kali

In House Training (IHT)

Oleh Dessy Darliasary Yunengsih, SP


Tahun Ajaran 2021/2022 Semester Genap akan segera dimulai. Persiapan mulai dibenahi, diatur dan ditata untuk menyambut tahun ajaran baru. Evaluasi demi evaluasi telah dilaksanakan, dari mulai adminiatrasi pembelajaran, sarana dan prasarana sampai pengkondisian siswa.

Hal ini dilakukan supaya PTMT pada semester genap ini bisa dilakukan lebih baik dari semester sebelumnya. Begitu juga dengan persiapan para pendidik yang akan melaksanakan tugas pembelajaran baik secara daring maupun luring.

Kurikulum Prototipe dan Budaya Kerja merupakan tema yang diusung dalam kegiatan In House Training (IHT) kali ini. Bapak H. E. Dedi Hidayatuloh., S.Pd., M.Pd sebagai Pengawas Pembina KCD Wilayah VI, memandang pentingnya membahas kurikulum yang dikaitkan dengan budaya kerja. Beliau mengharapkan dari IHT tersebut bisa menjadikan pendidik yang amanah dan unggul yang bisa membekali peserta didik dalam menghadapi Generasi 5.0.

Kurikulum prototipe merupakan kurikulum yang diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama tahun 2022-2024. Kebijakan kurikulum nasional akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran.

Kurikulum prototipe melanjutkan arah pengembangan kurikulum sebelumnya, di mana kurikulum dirancang untuk mengembangkan murid secara holistik, mencakup kecakapan akademis dan non akademis, kompetensi kognitif, sosial, emosional dan spiritual. Selain itu juga berbasis kompetensi dan kontektualisasi serta personalisasi.

Karakteristik utama yang mendukung pemulihan pembelajaran, di mana pembelajaran harus berbasis proyek hal ini diharapkan untuk bisa melakukan pengembangan soft skills dan karakter. Pembelajaran bisa lebih mendalam, pada materi esensial. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaan yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right level) dan  melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

Selain dari pada itu, peran dudika sangatlah penting dalam menjembatani antarpeserta didik dengan sekolah. Sehingga diperlukan Link and Match antara dudika dengan sekolah. Pendidik bisa memiliki budaya kerja yang baik yang bisa ditularkan kepada para peserta didik. Sikap mental merupakan budaya kerja yang paling utama yang harus dimiliki oleh guru dan para siswanya. Super teams juga diperlukan untuk bisa mewujudkan budaya kerja, sehingga para pendidik bisa bahu membahu untuk memajukan sekolah dan meningkatkan kompetansi peserta didik.

Dari kurikulum prototipe ini, diharapkan para guru bisa memiliki paradigma baru tentang pendidikan. Jiwa pembelajar akan selalu melekat dalam dirinya sebagai bekal yang akan ditransfer kepada para peserta didiknya.

Wallaua’lam Bishawab

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...