Penulis: Dr. H. Dedi Nurhadiat, M.Pd.
Dr. H. Dedi Nurhadiat, M.Pd.
Oleh Dr. H. Dedi Nurhadiat, M.Pd.
Walaupun bagaimana keadaannya,
kita harus mengikuti aturan SKB 4 Menteri. Karena
siswa kita, orangtua, dan para guru sudah tidak betah dengan keadaan ini. Diam
di rumah itu sangat menjemukan sekali. Jika tidak disikapi, bisa sakit karena stres.
Serta para siswa sangat haus akan ilmu yang disajikan secara normal. Kita akan
terharu setelah membaca tulisan siswa labschool tentang kerinduan terhadap
lingkungan sekolah. Seperti tulisan siswa yang linknya di-share oleh guru senior SMP Labschool di bawah ini.
Bukan terharu membaca tulisan Omjay di blog yang dishare berikut ini. Tapi saya sangat terharu membaca tulisan para siswa SMP Labschool yang linknya ada dalam naskah ini. Mereka curhat dalam bentuk tulisan begitu lugas dan bebas. Tanpa ada rasa takut salah dalam merangkai kata-kata. Tulisannya sangat panjang, seolah menandakan, mereka terbiasa menulis. Gambaran nyata bahwa tulisan ini dibuat dari dalam hati (motivasi intrinsik). Terungkap begitu rindunya siswa dengan PTM secara normal.
https://wijayalabs.blogspot.com/2022/01/akhirnya-kami-pjj-lagi.html
Tadinya hanya
tertarik melihat judul besar tulisan. Lalu penasaran untuk membaca pada
alinea pertama saja. Itupun hanya berniat membaca sekilas di alinea pertama
itu, Saya semula hanya menduga isinya berupa informasi biasa tentang latar
belakang kembali belajar PJJ. Hal ini, tampaknya hal biasa sesuai
protokol kesehatan, karena sesuai aturan nasional SKB 4 Mentri. Kehebatan
Omjay diantaranya sering memuat link tulisan dengan pelengkap bacaan.
Keterharuan itu tiba, justru saat mendalami isi hati siswa dalam tulisan mereka
itu. Seharusnya semua guru dan sekolah saat PJJ harus mengorek isi hati siswa
seperti ini. Karena pertemuan dengan siswa begitu mahalnya, terlebih
mengenali karakter dan kepribadian setiap individu siswa.
Akhirnya sayapun
membaca tulisan Omjay hingga di ruang komentar. Begitu dahsyat komentar mereka.
Tampaknya itu dari berbagai pelosok di NKRI karena berada di group penulis
tingkat nasional. Pantas saja Omjay sebagai guru komputer senior di Labschool
begitu rajin menulis. Diduga karena hampir setiap tulisan Omjay baik di kompasiana,
di blog, di my.id atau di koran kompas, dst. Selalu banyak tanggapan dan
komentar. Pantas sekali jika beliau pernah beberapa kali mendapat
penghargaan menulis tingkat nasional.
Kadang tulisannya
mengangkat hal sepele, seperti nuansa desa, saat bertamu, suasana di bandara,
dst. Tampaknya tema tulisan tentang PJJ paling dibutuhkan masyarakat
dewasa ini. Mengapa? Karena wabah ini, belum berakhir. Dan hal ini, jadi
bahan pelajaran juga buat kami sekeluarga agar terus meningkatkan kewaspadaan.
Karena keluarga besan kami di Bekasi, sekeluarga baru mau sembuh dari serangan
virus. Sementara 100% PTM sedang gencar dilakukan. Hingga wakil gubernur Jawa
Barat, terjun di Bekasi. Untuk mengantisifasi adanya kelalaian penyelenggara
sekolah. Karena begitu ketatnya aturan di sekolah untuk bisa menjalankan PTM
100% itu. Hingga wakil gubernur harus berkeliling daerah.
Seberat apapun aturan
bagi penyelenggara sekolah, tampaknya PJJ harus bisa berjalan, karena
kebutuhan siswa. Mengapa harus PTM? Setelah saya terharu membaca tulisan
siswa di SMP Labschool itu. Tak lain berkat link dari karya siswa
yang ada di tulisan Omjay, kita jadi tahu jeritan hati siswa. Selama ini hanya
info sekilas dalam senda gurau saja. Tidak terlalu mendalam seperti ungkapan
dalam sebuah tulisan.
Ternyata siswa di
Labschool ini, tampaknya dibiasakan menulis untuk di-share. Karena kebiasaan siswa mengeluarkan kata lewat
tulisan, hingga irama kata-katanya ada yang menyentuh hati kita sebagai
pendidik. Sebenarnya strategi ini, sebelumnya sudah saya sosialisasikan di
SMA1 Setu, Bekasi. Dan semua guru di sana sudah dibagi webb gratis. Dan hal ini
akan saya terapkan juga di SMAN2 Cikarang Barat yang baru saya pimpin beberapa
minggu belakangan ini. Tentu belum banyak yang bisa diperbuat.
Untuk sementara, di
SMAN2 Cikarang Barat yang belum banyak meluluskan siswa (hanya sekitar 2
angkatan). Mulai bulan ini, melangkah dengan tahapan-tahapan program. Pertama
melalui pembagian web gratis dari my.id. Dalam beberapa hari saja
sudah terlihat gairahnya. Seperti dapat kita buka di http://wagloputra.my.id.
Diharapkan semester depan, semua guru dan siswa selalu menuliskan hal-hal yang
dianggap bermanfaat. Tentu sesuai dengan bidang studi dan hasil evaluasinya.
Dalam rangka meniru Labschool,
domain my.id saat ini sudah saya bagikan secara gratis bukan hanya untuk guru
SMA. Tapi juga SMK, SMP, SD dan TK di seluruh Indonesia lewat organisasi. Hal
ini dilakukan juga sejak saya memimpin SMA sebelum rotasi. Dengan demikian
gerakan masal menulis, diharapkan akan mewarnai Indonesia. Dan sosialisasi
nasional sudah dilakukan lewat acara nguping (Ngobrol Urusan Penting) di malam
tahun baru 2022. Acara itu, diselenggarakan media SATUGURU bersama PANDI.
Labschool, Jakarta
adalah tauladan buat pendidikan Indonesia. Sosialisasi dan tradisi menulis, telah
terselenggara dan disaksikan peserta guru bloger Indonesia dengan peserta
dari Sabang hingga Meroke. Di acara puncaknya adalah berupa pengumuman
kejuaraan menulis tingkat nasional. Lewat tulisan guru senior Labschool mata dunia
terbuka, strategi jitu menangani covid-19 begitu transparan di sekolah ini.
Lewat tulisan mereka terus berbagi.
Tidak mudah bagi
sekolah negeri di pelosok daerah, untuk meniru Labschool. Karena mungkin penulisnya
jika mengangkat tema “kembali PJJ lagi” dianggap menebar aib. Dan sekolah
tersebut dianggap pengelolaannya kurang bagus. Padahal penilaian masyarakat
sangat positif. Karena masyarakat tahu persis kesigapan sekolah ini, dalam
segala hal.
Gerakan mengajak
kolega dan komunitas, meniru Labschool, tidak mudah. Apalagi ajakan menulis
yang dipublikasikan media SATUGURU yang baru
berdiri. Karena media ini, baru berbadan hukum dan lahir di akhir tahun 2021.
Tampaknya mereka yang saya ajak bergabung di media SATUGURU, belum yakin benar
tentang kesungguhannya media ini dibentuk. Padahal di dalamnya ada pengelola Labschool Jakarta. Yang
rutin mengasuh guru bloger Indonesia.
Asosiasi Kepala
Sekolah Indonesia telah banyak membantu media SATUGURU, dan Sekjen AKSI terjun
langsung menulis di my.id. Padahal jika mereka tahu, pentolan media SATUGURU
itu para tokohnya orang senior dan ternama di UI, ITB dan Unpad. Seperti dibahas
pada acara Ngobrol Urusan Penting (NGUPING) di malam pergantian tahun, di bulan
lalu.
Untuk itu, penulis di setiap ada pertemuan MKKS, pertemuan Asosiasi &
Federasi (AKSI, APSI, FGII), penataran, atau pelatihan. Saya selalu membagikan
domain my.id, secara gratis, setelah memberikan motivasi tentang menulis.
Dan berbagi informasi media SATUGURU secara detile. Namun sementara ini, ada
laporan kurang nyaman juga. Konon kata admin hanya sebagian kecil saja yang
mulai menulis, secara rutin. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk meyakinkan
belum berbuah manis. Tapi dengan tulisan Omjay dari Labschool semangat itu
bangkit kembali. Lab School memang layak jadi acuan.
Saya turut bangga
dengan pembiasaan Omjay di SMP Labschool. Namun ada pertanyaan. Apakah itu
program sekolah atau program Omjay? Dan pertanyaan itu langsung direspons.
[20/1 7:29 PM] Omjay:
Menulis itu sdh menjadi budaya sekolah kami dan salah satu profil lulusan
sekolah kami adalah membuat karya tulisan dan mempresentasikan hasil kartulnya
di depan dewan guru. Kalau mereka tidak membuat kartul, maka mereka tidak
diperkenankan naik kelas berikutnya. Semua siswa wajib membuat kartul
[20/1 7:32 PM] Omjay:
Budaya menulis sudah menjadi budaya sekolah kami dan semua siswa diwajibkan
membuat karya tulis sebagai salah satu profil lulusan sekolah labschool.
Begitu bangga saya
bisa bergabung dengan pengelola guru bloger Indonesia di SATUGURU. Sehingga bisa
belajar manajemen dari labschool. (DN)