Penulis: Katman, M.A.
Katman, M.A.
Oleh
Katman, M.A.
(Satgas
Gerakan Literasi Sekolah/Komunitas Cinta Indonesia/KACI #PASTI BISA#)
Pada bulan Januari 2009, George Friedman, seorang penulis Amerika
Serikat menuliskan sebuah buku yang berjudul The Next 100 Years. Dia bukan
peramal, namun apa yang dia tuliskan dalam buku tersebut adalah sebuah prediksi
yang didasarkan pada siklus kehidupan manusia dari abad ke abad. Beberapa
pendekatan yang dipaparkan dalam buku tersebut adalah berbagai peristiwa
sejarah pada awal abad ke-19 yang diawali dengan sejarah kejayaaan Jerman di
Eropa dan kejayaan Komunis di Rusia. Hingga runtuhnya dominasi Komunis Uni
Soviet pada tahun 2000an.
Salah satu tonggak prediksi Friedman adalah kondisi tahun 2020. Dia
meramalkan akan terjadinya krisis politik di China. Krisis tersebut dipicu oleh
melemahnya ekonomi China. Dia menyebutkan bahwa kesetiaan orang-orang China
sebenarnya hanya kepada 2 hal, yaitu: uang dan keterpaksaan. Ketika bisnis
melambat maka dapat memicu gejolak dan meningkatkan pengangguran. Salah satu
prediksi akan kondisi yang bakal terjadi di China adalah karena kehancuran
ekonomi maka China akan bergolak dan terpecah belah, yang dapat menimbulkan
friksi antar daerah yang melemahkan pemerintah pusat Beijing.
Namun gejolak politik China saat ini tampaknya masih teredam oleh
berjangkitnya pandemi Corona di negara tersebut. Bahkan pandemi itu menyebar keseluruh
pelosok dunia. Pelambatan ekonomi China pada posisi 18 April 2020 mencapai
titik terendah sebesar (6,8%) sejak berjangkitnya wabah corona.
Mengutip CNBC Indonesia “Biro Statistik Nasional Negeri Tirai Bambu
atau China melaporkan ekonomi pada kuartal I-2020 terkontraksi alias tumbuh
negatif -6,8% year-on-year (YoY). Ini adalah kontraksi pertama sejak China
mencatat pertumbuhan ekonomi secara YoY pada 1992. Padahal China merupakan
kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS). Selain
China, perekonomian dunia secara keseluruhan akan mengalami kontraksi yang
sangat dalam tahun ini. Dampak virus corona (Covid-19) membuat ekonomi global
mengalami tekanan serius. Bahkan IMF sempat menyebutkan, dampak virus corona
bisa menyebabkan terjadinya krisis sosial dan
sejumlah lembaga keuangan dunia memprediksi akan terjadi kontraksi ekonomi
global pada 2020”.
Sementara itu Rusia diprediksi akan mengalami kemunduran pada bidang
militer setelah tahun 2020. Hal ini akan membuka peluang dominasi Amerika
Serikat atas Rusia. Negara-negara yang berbatasan dengan Rusia akan bersekutu
dengan Amerika untuk menghindari dominasi Rusia. Kondisi tersebut akan menekan
Rusia secara sosial, ekonomi dan politik.
Prediksi Friedman akan terjadinya krisis 2020 sama sekali tidak
menyinggung bahwa pemicu krisis tersebut adalah wabah Covid 19. Namun lebih
didasarkan pada teori empirik siklus politik dan kondisi sosial ekonomi
negara-negara tersebut.
Terlepas dari apapun yang mendasari teori Friedman tersebut, keberuntungan
akan berpihak kepada negara-negara yang sudah siap menghadapi sebuah krisis.
Negara yang sudah menyiapkan langkah-langkah antisipasi akan terjadinya
peristiwa besar pada tahun 2020, maka negara itu setidaknya akan mampu
mengendalikan gejolak sosial dan politik ketika tekanan ekonomi menghimpit
keuangan negara. Saat ini negara-negara yang mengalami tekanan ekonomi akibat
dari menurunnya transaksi keuangan sebagai dampak dari merebaknya pandemi yang
belum diketahui kapan berakhirnya, maka yang dapat menyelamatkan bangsa dan
negara adalah pemimpin dan masyarakat yang cerdas. Yaitu mereka yang mengerti
dan memahami rantai peristiwa dengan baik.
Pada kasus pendemi tersebut, sampai saat ini Vietnam menunjukkan
kompetensi yang baik dalam memahami konteks suatu masalah global yang dihadapi.
Menyadari bahwa pandemi adalah sebuah realita yang harus betul-betul dikuasai
pola dan rangkaian penyebarannya. Kepiawaian menangkap suatu gejala
permasalahan tersebut merupakan kecerdasan yang terbentuk dari upaya panjang
melalui pendidikan yang dikembangkan oleh negara tersebut. Hal ini linier
dengan prestasi yang dicapai oleh Vietnam dalam skor PISA yang melampaui negara
lain termasuk Indonesia. Perbandingan Nilai PISA Indonesia dengan Vietnam pada
periode 2015 perolehan nilai rata-rata untuk sains Indonesia 403 sementara
Vietnam 525. Pada tahun 2018 perolehan Indonesia turun menjadi 396 untuk Sains,
serta masing-masing 371 dan 379 untuk membaca dan matematika.
Sebenarnya yang menjadi penting bukanlah nilai PISA yang diperoleh oleh
suatu negara, tetapi lebih dari itu sejauh mana negara ini menyadari bahwa
Literasi menjadi bagian penting dari kehidupan berbangsa. Selain digambarkan
dalam nilai PISA, pencapaian literasi juga tampak pada bagaimana pemerintah dan
masyarakat mampu mengakses data dan informasi secara selektif dan memberikan respon yang tepat terhadap
informasi yang diperolehnya. Oleh karena itu selain pemerintah, setiap individu
mesti menyadari akan pentingnya pengembangan diri melalui literasi.
Bagaimana memulai membentuk individu yang literat? Merdeka belajar
sebagai salah satu kebijakan pemerintah ibarat sebuah sebuah kran yang dibuka
teramat lebar untuk memulai menebarkan bibit-bibit individu yang literat. Untuk
memanfaatkan kesempatan tersebut yang perlu dilakukan pertama kali bagi kita
terutama yang berada pada garis depan pengampu pendidikan adalah meningkatkan
kemampuan untuk mengajak diri kita dan peserta didik membuka wawasan berpikir
atau openmind. Ini sebagai langkah awal memasuki rimba literasi yang menjanjikan
berbagai tantangan cara berpikir dan bertindak.
Sembari belajar membuka pikiran, selanjutnya perlu pengenalan terhadap
berbagai peristiwa dan informasi agar kita dapat mengenalinya dengan baik.
Karena informasi yang kita terima kemungkinan sesungguhnya bisa jadi sebuah
fakta, asumsi, ide atau gagasan, dan sebaliknya bisa juga sebagai hal palsu
(hoax). Dari sinilah pembentukan manusia cerdas dimulai. Ketika kita sudah
mampu berpikir secara terbuka maka setiap informasi yang diterima diperlukan fakta
atau data yang menguatkannya. Seorang yang literat mampu menjaga informasi
tersebut sebagai pengetahuan bagi dirinya sendiri saja sampai dia menemukan
data atau fakta yang menyertainya. Sebelum data atau fakta diperolehnya maka
informasi tersebut bisa saja kita anggap sebagai sebuah asusmsi seseorang
bahkan baru sebatas ide atau gagasan saja.
Seiring dengan tumbuhnya kemampuan seseorang dalam mengelola informasi
dengan baik maka keingintahuannya menjadi lebih tinggi. Terbangunnya rasa
keingintahuan seseorang akan mendorong orang tersebut secara terus menerus
menerobos lorong informasi untuk mendapatkan pengetahuan akan data dan fakta
yang sebanyak mungkin. Lorong informasi tersebut boleh jadi berupa buku-buku
sejarah, keagamaan, koran, majalah dan media cetak sejenis, bahkan buku
referensi keilmuan lainnya.
Dari mana memulainya? Jika yang diinginkan adalah kecepatan dan
keluasan jangkauan maka Tri Pusat Pendidikan harus bergerak bersama-sama.
Sekolah, keluarga dan masyarakat menetapkan dimulainya sebuah gerakan literasi
serentak. Bukan secara seremonial saja namun dengan jaminan keberlanjutan
program yang terukur.
Bagaimana jika sekolah mendahului gerakan tersebut? Sekolah sebagai
pusat inovasi memiliki posisi strategis dalam membentuk manusia cerdas. Apakah
literasi di sekolah itu maknanya hanya membaca buku saja. Tentunya tidak. Namun
pada kenyataannya guru dan siswa menjadikan
keterbatasan buku sebagai kendala dalam mengembangkan gerakan literasi.
Sementara mereka tidak pernah tahu, kapan kekurangan buku tersebut akan dapat
dipenuhi. Di sinilah guru dapat memulai membuka pikiran barunya, yakni dengan
berhenti pasrah pada kekurangan buku menuju pencarian solusi. Sebuah solusi
yang linier adalah mencari berbagai pihak yang dapat mendonasikan buku, sehingga
tersedia buku di sekolah. Namun seorang pembaharu tidak akan melakukan hal yang
linier. Bisa saja dilakukan lomba menulis buku yang diikuti oleh guru dan siswa
dengan tema tertentu atau tema bebas. Selain itu dapat pula berupa eksplorasi
bersama siswa kemudian di tuangkan dalam sebuah cerita dan terkumpul menjadi
sebuah buku. Jika dikembangkan kolaborasi dengan sekolah lain maka dalam
setahun produk buku cerita bahkan buku praktik baik pelajaran tertentu akan
melimpah. Untuk meningkatkan kualitas tulisan dapat sekali waktu dilakukan
workshop penulisan buku di sekolah masing- masing. Sementara setiap sekolah
menghasilkan satu atau dua buku, selanjutnya antar sekolah dapat bertukar buku
karya masing-masing. Pada beberapa tahun berikutnya ruang kelas akan dipenuhi
berbagai buku yang merupakan hasil karya otentik masing-masing sekolah. Itu
baru sebagai konsep sebuah gambaran saja.
Orang cerdas adalah orang literat, bangsa cerdas adalah bangsa literat.
Salam Literasi.